Ikan tuna saat ini adalah sebagai salah satu
sumber baku bagi perekonomian Indonesia memegang peran penting yang cukup
penting, mengingat poteni sumber daya ikan tuna di perairan Indonesia tersedia
cukup besar dan belum di manfaatkan secara optimal. Komoditas ikan tuna beserta
produk-produk turunya mempunyai daya keunggulan komperatif di pasar local
maupun internasional, kemampuan usaha bisnis, menyerap tenaga kerja,
meningkatkan pendapatan masyarakat khususnya masyarakat perikanan. Pada bulan
November Badan Sertifikasi Ekspor Ikan Tuna mengklaim volume ikan tuna di
Sulawesi Selatan mengalami peningkatan hingga empat persen perbulan tetapi itu
masih dalam proses merangkak dan belum ada kenaikan secara signifikan, karena sebelumnya
produksi ikan tuna selalu mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Hal itu
dipengaruhi faktor cuaca yang kemungkinan pada produksi ikan tuna saat ini
bertambah dengan melihat banyaknya ikan berimigrasi ke Selat Makassar.
Produksi ikan tuna pada bulan sebelumnya
seperti pada bulan Agustus cenderung menurun lantaran faktor cuaca dan kondisi
laut tidak stabil. Berdasar pada data Badan Sertifikasi Ekspor Ikan Tuna selama
3 bulan terakhir, hingga Juli volume ekspor ikan tuna mencapai 98,850 kilogram,
kemudian pada Agustus 119,464 kilogram serta pada September mengalami penurunan
hingga 93,202 kilogram. Rata-rata ikan tuna itu ditangkap di perairan Teluk
Bone , Mamuju dan Majene, Sulawesi Barat, dan diekspor sebagaian ke Uni Eropa.
Ikan tuna dari Bali ke sejumlah negara asing,
terutama Jepang, terus menurun. Ini terjadi karena banyak kapal penangkap
ikan tuna yang tidak melaut lantaran cuaca buruk. Sejak sebulan terakhir, ratusan kapal penangkap ikan tuna di
Bali tidak berani melaut. Masalah itu mempengaruhi nilai ekspor ikan tuna dari
Bali ke sejumlah negara Eropa, Asia dan Amerika. Cuaca membuat hasil tangkapan
nelayan menurun. Pemilik kapal mengaku, dalam situasi alam yang tidak
bersahabat seperti saat ini mereka hanya mampu membawa satu ton ikan tuna.
Jumlah itu turun 60 persen dari hasil yang selama ini bisa diperoleh, antara
lima hingga 10 ton ikan tuna.
Penurunan ekspor pada bulan September di
Sulsel hampir semua pengusaha melakukan ekspor melalui pelabuhan di Bali karena
terkena masalah sertifikasi. Apabila semua eksportir melakukan sertifikasi di
Makassar, maka volume ikan tuna di Sulsel akan lebih besar, sebab rata-rata
ikan tuna yang disertifikasi hampir semua dari Sulsel. Namun pada kondisi cuaca
yang utama, bila dilihat pada Desember bertepatan dengan pengalihan musim hujan
ke kemarau, dipastikan akan menurun. Selain itu peningkatan ekspor ikan tuna
beralasan karena armada yang melakukan penangkapan ikan jenis ini tetap dan
penangkapan dilakukan secara berkelajutan. Sistem operasional bagus dengan
jaminan kemanan sehingga ikan ini menjadi permintaan primadona negara konsumen
seperti Jepang dan Eropa. Bahkan kapal untuk menangkap ikan berkapasitas besar
diperuntukkan menangkap ikan di perairan dalam.
Ikan tuna sirip biru yang paling menjadi
komoditas utama. Ikan tuna sirip biru memang telah menjadi incaran sejak jaman
dulu karena orang-orang tertarik dengan ukurannya yang sangat besar, dan
kekuatan serta kecepatannya yang membuat mereka menjadi tantangan untuk
ditangkap.
Dengan semakin meroketnya harga ikan tuna
sirip biru di seluruh dunia, orang-orang pun akhirnya rela melakukan segala
cara untuk menangkap ikan tuna tersebut, baik legal maupun ilegal. Ikan-ikan
tuna raksasa sangat sulit untuk ditangkap. Para nelayan umumnya akan berhadapan
dengan kondisi cuaca yang beresiko tinggi di perairan berbahaya Selat Tsugaru
antara Honshu dan pulau utara Jepang Hokkaido, yang menghubungkan Samudra
Pasifik dan Laut Jepang. Setiap tahun pada awal Januari, acara lelang akbar di
pasar Tsukiji, Tokyo, selalu berhasil mencetak harga yang sangat tinggi.
Transaksi ikan yang paling mahal di dunia selalu terjadi disini. Minggu lalu
ikan tuna seberat 342 kilogram telah mencatat rekor dunia yang baru ketika
terjual dengan harga Rp. 3,5 Miliar. Ikan
seperti ini bisanya dijual ke restoran sushi kelas atas di mana satu piring
kecil dihargai lebih dari Rp. 1 juta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar