FURQON LAPORAN LIMNOLOGI
1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Limnologi
(dari bahasa inggris: limnology, dari bahasa yunani: lymne, “danau”, dan
“logos”, “pengetahuan” ) merupakan padanan bagi biologi perairan darat,
terutama perairan tawar. Lingkup kajiannya kadang-kadang mencakup juga perairan
payau (estuari). Limnology merupakan kajian menyeluruh menyerupai kehidupan di
perairan darat, sehingga d golongkan sebagai bagian dari ekologi. Dalam bidang
perikanan, limnology d pelajari sebagai dasar bagi budidaya perairan
(akuakultur) darat. (Wiki, 2011).Istilah limnology pertama kali digunakan
oleh forel (1901) didalam bukunya yang berjudul handbuch der seekunda, allgemeine limnologie dan
membahas ekosistem danau. Sejak sa’at itu limnology berkembang pesat pada
decade 90-an limnology menjadi sebuah ilmu yang menyedot perhatian dunia,
tetapi ketersedian air minum bersih di alam semakin tipis akibat berbagai
aktifitas manusia baik langsung maupun tidak langsung juga cukup pesat meskipun
belum terorganisasi dengan baik. Sampai saat ini belum ada lembaga yang khusus
mengelola suber daya air daratan (Liny, 2000).
Air merupakan sumberdaya alam yang
mempunyai fungsi sangat penbting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya serta sebagai modal dasar dalam pembangunan . dengan perannya yang
sangat penting, air akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kondisi/ komponen
lainnya. Pemanfaatan air dapat dibarengi tindakan bijaksana akan mengakibatkan
kerusakan pada kualitas air (Hendrawan, 2005).
Kualitas
air menyatakan tingkat kesesuaian untuk dipergunakan bagi pemenuhan tertentu kehidupan
manusia seperti untuk air minum, mengairi tanaman dsb. Salah satu potensi SDA
yang strategis adalah air sungai. Air sungai merupakan SDA potensial yang
menerima pencemaran limbah. Mengingat sungai merupakan SDA yang paling untuk
menunjang pembangunan ekonomi dan kesejahteraan manusia, maka fungsi sungai
sebagai sumberdaya air harus dilestarikan agar dapat menunjang pembangunan
ekonomi dan kesejahteraan manusia, maka fungsi sungai sebagai sumberdaya air
harus dilestarikan agar dapat menunjang pembangunan secara bekelanjutan
(Dragon, 2011).
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud
diadakannya praktikum limnology tentang analisa kualitas air di sungai atau
kolam dengan menggunakan perhitungan parameter fisika dan kimia.
Tujuan
diadakannya praktikum limnology tentang analisa kualitas airadalah sebagai
berikut:
1.
Agar praktikan mampu mengukur suhu air di sungai
dan kolam.
2.
Agar praktikan mampu mempraktikan penggunaan alat
pengukuran kecepatan arus dan cara mengukur arus air.
3.
Agar praktikan mampu mengatur kecerahan air atau
mengukur transpirasi perairan, yang ditentukan secara visual dengan bantuan
secchi disk.
4.
Agar praktikan mampu mengukur PH air asam atau basa
atau netral.
5.
Agar praktikan mampu megukur kadar oksigen terlarut
dalam perairan dalam mg/L.
6.
Agar praktikan mampu mengukur kadar karbon dioksida
di dalam air dalam bentuk CO2 bebas.
7.
Agar praktikan mampu menghitung kapasitas
penyanggah (buffer capcity) terhadap perubahan PH perairan.
8.
Agar praktikan mampu mengukur kadar ammonia di
perairan sebagai salah satu bentuk dari nitrogen.
9.
Agar praktikan mampu mengukur kadar bahan organic
perairan.
10.
Agar praktikan mampu mengukur kandungan orthofosfat
perairan.
11.
Agar praktikan mampu mengetahui dan menghitung
jumlah nitrogen dalam air.
12.
Agar praktikan mampu mengukur kadar garam yang ada
dalam perairan.
13.
Agar praktikan mampu mengetahui nilai kadar biutan
dengan prinsip pembacaan gelombang.
1.3 Kegunaan
Kegunaan diadakannya praktikum limnology tentang analisa kualitas
air adalah untuk mengetahui tingkat kualitas air dan mengetahui cara-cara
pengukuran parameter fisika dan kimia pada perairan kolam atau sungai.
1.4 Waktu dan Tempat
Praktikum
limnology tentang analisa kualitas air ini diadakan pada hari minggu tanggal 16
oktober 2011 pukul 06.00 – 17.00 WIB dan bertempat di laboratorium percobaaan
kolam budidaya ikan air tawar, sumber pasir, kabupaten Malang, jawa Timur.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Limnologi
Menurut Haryani (2006), Limnologi
didefinisikan sebagai ilmu yang mengungkapkan karakteristik biologi, kimia,
geologi, dan fisik serta kaitan atau interaksi fungsional antar komponen
tersebut di ekosistem perairan darat. Limnologi berkembang sejak awal abad ke
20 dengan adanya studi komparatif antara danau dalam dan danau dangkal yang
dilakukan oleh August Theiemamn. Ia meneliti beberapa danau Eifel Maat bersama
Voigt pada Ahustus 1910, yang hasilnya memperlihatkan adanya perbedaan
konsentrasi oksigen pada daerah hipolimnion dua tipe danau yang disebabkan
perbedaan kelimpahan plankton. Ke mudian bersama dengan Einar Naumann
penelitian ini menjadi dasar dalam penentuan tipe danau yaitu oligotrofik,
eutrofik dan distrofik. Selanjutnya Thienemann dan Naumann meletakkan dasar
limnology dan mendirikan Internasional Society of Theoritical and Applied Limnology
(Societas Internationalis Limnologie) tahun 1921.
Sedangkan menurut Goldman, dkk
(1994), pengetahuan dari limnology meliputi danau, aliran sungai, dan muara
seperti halnya sejumlah besar microhabitats. Microhabitats ini meluputi semua
perairan darat dan bahkan alam lingkungan yang unik. Limnology mempelajari
perairan mengalir, atau disebut Lotic dan juga seperti halnya perairan yang
tenang atau Lentic. Definisi untuk Limnology ini diberikan oleh Assosiasi
Internasional secara Teoritis dan berdasarkan Limnology Teraplikasi pada tahun
1922.
2.2 Parameter Kualitas Air
2.2.1 Parameter Fisika
·
Suhu
Menurut Nybakken
(1988), karena karakteristik yang melekat pada fisik, air, badan terutama besar
air seeeperti lautan, menunjukkan berbagai minimum perubahan suhu. Selanjutnya,
kisaran ini reraly melebihi batas mematikan bagi organisme daerah intertidal.
Namun, secar teratur dikarenakan suhu udara untuk berbagai periode dan suhu ini
memiliki jangkauan yang lebih luas, pada kedua secara harian dan musiman.
Rentang ini mungkin sering melampaui batas mematikan organisme laut. Jika air
surut terjadi ketika suhu udara adalah meksimum minimum (beriklim dingin,
kutub) atau (daerah tropis), batas mematikan dapat dilebihi dan organisme akan
mati. Bahkan jika kematian tidak terjadi segera, organisme mungkin begitu
melemah oleh suhu ekstrim bahwa mereka tidak dapat melanjutkan kegiatan normal
dan akan menderita kematian dari penyebab sekunder. Temperatur juga memiliki
pengaruh tidak langsung, organisme laut tunduk sampai mati karena pengeringan.
Pengeringan dapat bergegas dengan suhu meningkat.
Menurut Millero
(2001), jangkauan suhu pada lautan adalah -2 hingga 300C.
Phytoplankton dapat dengan cepat mati pada suhu 10-150C di mana pada
suhu tersebut merupakan suhu di atas suhu di mana mereka dapat beradaptasi guna
untuk menyesuaikan hidupnya. Menurunnya suhu secara perlahan juga dapat
menimbulkan suatu akibat terhadap hidupnya phytoplankton. Phytoplankton akan
hidup dengan baik pada kondisi 5-100C. Akibat letak dari suatu garis
lintang tertentu dapat mempengaruhi terhadap suatu keadaan kombinasi antara
suhu dan cahaya pada suatu permukaan.
Menurut Gusrina (2008), pada perairan yang
tergenang yang mempunyai kedalaman air minimal 1,5 meter biasanya akan terjadi
pelapisan (stratifikasi) suhu. Pelapisan ini terjadi karena suhu permukaan air
lebih tinggi dibanding dengan suhu air dibagian bawahnya. Stratifikasi suhu
pada kolom air dikelompokkan menjadi tiga yaitu pertama lapisan epilimnion
yaitu lapisan sebelah atas perairan yang hangat dengan penurunan suhu relatif
kecil (dari 32° C menjadi 28° C). Lapisan kedua disebut dengan lapisan
termoklin yaitu lapisan tengah yang mempunyai penurunan suhu sangat tajam (dari
28° C menjadi 21° C). Lapisan ketiga disebut lapisan hipolimnion yaitu lapisan
paling bawah di mana pada lapisan ini perbedaan suhu sangat kecil relatif
konstan. Stratifikasi suhu ini terjadi karena masuknya panas dari cahaya
matahari ke dalam kolom air yang mengakibatkan terjadinya gradien suhu yang
vertikal.
·
Kecepatan Arus
Kecepatan arus menetukan
ukuran partikel padatan yang dapat diangkut dari suatu tempat ke tempat lain.
Apabila kecepatan arus menurun maka partikel yang tidak dapat diangkut akan
diendapkan. Kecepatan dan arah arus di perairan estuaria secara periodic berubah-ubah
sehingga pola angkut dan pengendapan terjadi secara dinamik. Jika perairan
muara didominasi gelombang laut, maka transport sedimen yang terjadi di
sepanjang pantai dapat bergerak masuk ke muara sungai. Pada saat kondisi
gelombang sudah tenang di daerah muaramaka sedimen tersebut akan mengendap.
Banyaknya endapan tergantung pada gelombang dan ketersediaan sedimen pantai,
semakin besar gelombang semakin besar angkutan sedimen dan semakin banyak
sedimen yang mengendap di muara sungai (Ameliawati, 2003).
Menurut Nybakken (1988),
pada zona intertidal bahwa tindakan gelombang diberikan paling berpengaruh
terhadap organisme dan komunitas dari setiap wilayah di laut. Hal ini mempengaruhi dalam diwujudkan langsung secara
tidak langsung. Tindakan gelombang mempengaruhi kehidupan pantai secara
langsung dalam dua cara utama. Di tempat pertama, ia memiliki efek mekanis,
yang bertindak untuk menghancurkan dan merobek objek dengan yang membuat
kontak. Kedua, aksi gelombang bertindak untuk memperpanjang batas zona intertidal.
Hal ini dilakukan dengan membuang air yang lebih tinggi di pantai daripada
biasanya terjadi sebagai akibat dari pasang saja.
·
Kecerahan
Radiasi matahari
juga penting dalam melengkapi cahaya yang dibutuhkan oleh tanaman hijau-hijauan
untuk dipakai dalam prosese fotosintesis. Tumbuh-tumbuhan ini tidak dapat hidup
terus tanpa adanya cahaya matahari yang cukup. Akibatnya penyebaran mereka di
lautan dibatasi pada daerah kedalaman di mana cahaya matahari masih dapat
dijumpai. Penyinaran cahaya matahari akan berkurang secara cepat sesuai dengan
makin tingginya kedalaman lautan (Hutabarat, dkk, 2008).
Menurut Millero
(2001), dua factor yang berpengaruh dari cahaya adalah :
1.
Faktor pengontrol intensitas dan gubahan spectral
pada laut,
2.
Pilihan jenis untuk suatu intensitas tertentu dan
panjang gelombang
Sejumlah cahaya dapat
menjangkau permukaan dari lautan disebabkan dikontrol oleh
1.
Ketinggian terhadap matahari
2.
Lapisan awan
3.
Panjang gelombang (370-720 nm)
4.
Pemantulan, batas serapan, dan hamburan
Stratifikasi
vertikal kolom air pada perairan air tawar yang diakibatkan oleh intensitas
cahaya yang masuk ke perairan menurut Effendi (2003) dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu :
1) Lapisan eufotik, yang merupakan lapisan
yang masih mendapat cukup cahaya matahari;
2) Lapisan kompensasi adalah lapisan dengan
intensitas cahaya sebesar 1% dari intensitas cahaya permukaan;
3) Lapisan
profundal, yaitu lapisan yang terletak di bawah lapisan kompensasi, dengan
intensitas cahaya sangat kecil atau bahkan tidak terdapat cahaya (afotik).
2.2.2 Parameter Kimia
·
pH
Menurut Boyd
(1990) dalam Karim, et.al (2006), mengemukakan bahea pH yang
didefinisikan sebagai logaritma negative dari konsentrasi ion Hidrogen (H+),
merupakan indicator keasaman serta kebebasan air. Pada pH rendah dan tinggi
terjadi peningkatan penggunaan energy atau penurunan produksi energy dan
penahanan atau penekanan metabolism energy aerobic.
pH yang berada
pada permukaan akan memiliki jumlah yang lebih atau maksimum dikarenakan
terjadinya keseimbangan dengan atmosfer yaitu sekitar 8.2-0.1 dan sehubungan
dengan adanya fotosintesis di perairan permukaan tersebut. Pengukuran terbaru
dari pH pada perairan di permukaan Lautan Atlantik menunjukkan kecenderungan
yang menurun dari pH. Menurunnya nilai pH terjadi karena turunnya upwelling
pada daerah di kawasan katulistiwa sehingga berpengaruh secara proporsional ke
suhu. pH dapat memperlihatkan variasi diurnal dan siklus di antara 8.2 hingga
8.9. Penyusutan pH terjadi pada malam hari sehubungan dengan pernapasan dari
organism dan peningkatan pH terjadi pada sore hari sehubungan dengan adanya
fotosintesis. pH akan dapat mengalami penyusutan sehubungan dengan oksidasi
dari bahan tanaman. Penyusutan ini berbarengan dengan minimumnya jumlah dari O2
d perairan dan meksimumnya jumlah pCO2 (Millero, 2001).
·
Oksigen Terlarut (DO)
Menurut Radisho
(1997) dalam Ameliawati (2003),
oksigen terlarut (DO) dalam
perairan dimanfaatkan untuk proses respirasi biota akuatik dan dimanfaatkan
juga oleh mikroba untuk mengoksidasi bahan organic yang berlangsung pada
kondisi aerob. Ada tiga factor yang mempengaruhi sebaran kandungan oksigen
terlarut di laut, yaitu :
a)
Suhu dan salinitas, O2 bebas yang larut
dalam air laut akan menurun dengan meningkatnya suu dan salinitas
b)
Aktifitas biologi yang berpengaruh secara nyata
terhadap konsentrasi oksigen dan karbindioksida,
c)
Arus-arus dan proses percampuran yang cenderung
mengubah pengaruh kegiatan biologi lewat gerakan massa air dan difusi
Menurut Karim,
et.al (2006), tingkat konsumai O2 dipengaruhi oleh 2 faktor,
eksternal dan internal. Faktor eksternal yang berpengaruh adalah konsentrasi O2
terlarut, suhu, cahaya, status makanan dan karbondioksida, sedangkan factor
internal adalah spesies, ukuran (stadia), aktivitas, jenis kelamin, reproduksi,
dan molting.
Proses timbal balik
fotosintesis dan respirasi seluler bertanggung jawab atas perubahan dan
pergerakan utama karbon. Naik turunnya CO2 dan O2 atsmosfer secara musiman
disebabkan oleh penurunan aktivitas Fotosintetik. Dalam skala global kembalinya
CO2 dan O2 ke atmosfer melalui respirasi hampir menyeimbangkan pengeluarannya
melalui fotosintesis.Akan tetapi pembakaran kayu dan bahan bakar fosil
menambahkan lebih banyak lagi CO2 ke atmosfir. Sebagai akibatnya jumlah CO2 di
atmosfer meningkat. CO2 dan O2 atmosfer juga berpindah masuk ke dalam dan ke
luar sistem akuatik, dimana CO2 dan O2 terlibat dalam suatu keseimbangan
dinamis dengan bentuk bahan anorganik lainnya (Ketut,2008).
·
Karbondioksida
Menurut Wetzel;
dkk (1975), karbondioksida tidak dikombinasikan, asam organic seperti asam
tanic dan asam humic, asam mineral dan garam dari asam kuat dan basis lemah
biasanya bertanggung jawab untuk kadar keasamaan dari perairan alami.
Karbondioksida paling gratis pada perairan karena jarang hadir dalam jumlah
besar sehubungan dengan reaksi dengan senyawa lain disolusi dank e pengisian
angin tetap. Di investigasi limnological, penentuan dari karbondioksida bebas
oleh phytoplankton dibandingkan yang manapun bikarnonat atau karbonat. Ini
mungkin menandai pencemaran alam
organic dan kalau hadir pada kuantitas cukup terperinci paling beracun untuk
organisma akuatik.
Menurut
Goldman;dkk (1994), karbondioksida adalah suatu produk pernapasan oleh manusia
dan binatang yang dapat digunakan sebagai sumber utama untuk fotosintesis, yang
hasilnya dari fotosintesis ini dapat memperlihatkan satu hubungan kebalikan ke
oksigen. Walau hanya merupakan
satu komponen kecil dari uadara, karbondioksida jumlahnya sangat berlimpah di
air sebab daya larut gas ini dapat mencapai 200 times. Karbondioksida yang
larut di air digunakan untuk menghasilkan asam-arang (H2CO3),
yang jika dipisahkan ke dalam berbagai fraksi dapat menjadi (HCO3-,CO32-)
tergantung kepada konsentrasi ion hydrogen (pH).
·
Alkalinitas
Menurut Wetzel
(1983), kadar alkali dari perairan seperti biasanya diinterpretasikan. Hak
milik dari kadar alakali biasanya digambarkan oleh buat-buatan dari bikarbonat,
karbonat dan hidroksida dan kurang sering di perairan dekat pulau oleh garam
asam bor, silikat, dan fosfat. Sistem keseimbangan adalah penyanggaan utama
mekanisme di air bersih. Karbonat kadar alkali, kondisi kadar alkali, cadangan
alkalin, titratable berlandaskan, atau kapasitas keterikatan kaudi sering
dipergunakan untuk mengekspresikan
kuantitas penjumlahan dari dasar (biasanya di keseimbangan dengan
karbonat atau bikarbonat) yang dapat ditentukan oleh titrasi dengan satu asam
kuat, miliequivalents dari asam diperlukan untuk menetralkan hidroksil,
karbonat dan ion bikarbonat pada satu liter air dikenal sebagai total kadar
alkali. Kadar alkali sesuai nomornya konsentrasi padanan dari titratable diolh
titrasi dengan satu solusi standar
dari satu asam kuat ke titik equivalency didikte oleh pH di mana kontribusi
alkali dari hidroksida, karbonat dan bikarbonat dinetralkan.
Kadar alkali dari
air bersih menunjukkan kepada kuantitas macam-macam air yang dikombinasikan
secara bersama-sama untuk dapat mengalihkan pH ke sisi alkalin dari kenetralan.
Hak milik dari kadar alkali di air terutama disebabkan oleh buatan dari bikarbonat,
karbonat dan hidroksida dan kurang sering oleh garam asam bor, silikat dan
fosfat. Sejak CO2 secara relative melimpah pada bentuk yang berupa
gas dan terlarut, dan bikarbonat serta karbonat adalah yag umum sebagai bahan
tambang primer dari area lebar bumi, anion belakangan biasanya mendominasi
system penyanggaan dari air bersih. Kontribusi langsung ke kadar alkali oleh
hidroksida biasanya jarang pada sifat alami padahal sangat diharapkan
peranannya saat bahan gizi di perairan lemah (Wetzel;dkk, 1975).
·
Amonium-Nitrogen
Menurut Pescod
(1973) dalam Ameliawati (2003), Amonia-N yang terukur merupakan ammonia-N total
(NH3 dan NH4+). Amonia dalam bentuk yang tidak
terionisasi (pH>7) relative lebih beracun terhadapa ikan daripada dalam
bentuk ammonium (NH4+). Daya racun ammonia meningkat
sebanding dengan meningkatnya pH dan kandungan CO2 bebas. Bila pH
turun (lebih kecil sama dengan 7), daya racun ammonia menurun pula. Sedangkan
menurut (Sylvester 1958 in Wardoyo, 1981), bila O2 terlarut rendah,
daya racun ammonia meningkat. Kadar ammonia sebesar 1,0 mg/l menghambat daya
serap hemoglobin terhadap oksigen, ikan mati atau lemas. Sedangkan menurut
(Hariyadi dan Widigdo, 1992), sumber nitrogen yang terbesar berasal dari udara,
sekitar 80% dalam bentuk nitrogen
bebas yang masuk melalui system fiksasi biologis dalam kondisi aerobic.
Nitrogen di perairan terdapat dalam berbagai bentuk seperti : gas N2,
NO2 (nitrit), NO3 (nitrat), NH3 (amoniak), dan
NH4 (ammonium) serta sejumlah besar N yang berikatan dalam organic
kompleks.
·
Orthofosfat
Klasifikasi
perairan berdasarkan kadar orthofosfat adalah (0.003-0.1 mg/l) termasuk
perairan oligotropik, konsentrasi 0.011-0.03 mg/l termasuk perairan mesotrofik,
dan 0.031-0.1 mg/l termasuk perairan eutrofik. Pada perairan pesisir dan
paparan benua, sungai merupakan pembawa hanyutan sampah maupun sumber fosfat
daratan lainnya sehingga konsentrasi fosfat di muara sungai lebih besar
daripada sekitarnya (Vollenweider in Wetzel, 1975) dalam Ameliawati (2003).
Pada perairan pesisir dan paparan benua, sungai merupakan pembawa hanyutan
sampah maupun sumber fosfat daratan lainnya sehingga konsentrasi fosfat di
muara sungai lebih besar daripada sekitarnya. Sedangkan menurut Boyd (1982),
secara umum kandungan fosfat meningkat terhadap kedalaman. Senyawa PO4-P
merupakan factor pembatas bila kadarnya di bawah 0.009 mg/l. Sementara pada
kadar >1.0 mg/l PO4-P dapat menimbulkan blooming. Konsentrasi
fosfor di perairan umumnya berkisar antara 0.001-0.005 mg/l.
Posfor merupakan elemen penting dalam
kehidupan karena semua makhluk hidup membutuhkan posfor dalam bentuk ATP
(Adenosin Tri Fosfat), sebagai sumber energi untuk metabolisme sel. Posfor
terdapat di alam dalam bentuk ion fosfat (PO43-). Ion Fosfat terdapat dalam
bebatuan. Adanya peristiwa erosi dan pelapukan menyebabkan fosfat terbawa
menuju sungai hingga laut membentuk sedimen. Adanya pergerakan dasar bumi
menyebabkan sedimen yang mengandung fosfat muncul ke permukaan. Di darat
tumbuhan mengambil fosfat yang terlarut dalam air tanah Herbivora mendapatkan
fosfat dari tumbuhan yang dimakannya dan karnivora mendapatkan fosfat dari
herbivora yang dimakannya. Seluruh hewan mengeluarkan fosfat melalui urin dan
feses (Ketut,2008).
·
TOM
Menurut Wetzel;
dkk (1975), bahan organic di ekosistem akuatik terbentang dari senyawa organic
terlarut untuk agregat besar dari bahan organic butiran, dan dari hidup ke
materi mati. Sebagian tersebar bahan organic ini, yaitu bahan organic dari
organism mati. Metabolisme dari bahan dan interaksi dari materi ini secara
kimiawi dan secara biologic adalah kesatuan large extent, diurus oleh ukuran
dari bahan organic. Pelarutan bahan organic dimanfaatkan oleh binatang akuatik
secara langsung, sedangkan butiran bahan organic dari satu jangkauan ukuran
tertentu mungkin menjadi salah satu sumber makanan utama.
Bahan organic dari
tanah dan perairan dapat dipandang sebagai satu campuran yang berasal dari
pabriknya dan juga dari produk hewan dalam berbagai langkah hasil dari
penguraian yang terdiri dari pengkombinasian yang memadukan secara biologis dan
secara kimiawi dari produknya, dan dari jasad renik sisa dekomposisi. Sistem
kompleks ini mungkin disederhanakan oleh pemisahan ke dalam dua kategori :
nonhumic dan unsure humat. Unsur Nonhumic adalah satu kelas dari campounds bahwa
termasuk karbohidrat, protein, peptide, asam amino, lemak dan organic lain yang
memiliki bobot rendah unsurnya. Sedangkan unsure humat membentuk kebanyakan
dari bahan organic dari tanah dan perairan. Unsur humat terdiri dari warna
gelap dan keemas-emasan campounds yang dari bobot molekul terbentang dari
ratusan hingga banyak ribuan Dalton. Unsur humat dibentuk oleh sebagian besar
hasil aktivitas mikrobia pada pabriknya dan dari bahan hewan, tetapi
selanjutnya polymerization ini dapat terjadi abiotically. Senyawa yang
dihasilkan secara relative resisten untuk keaiban mikroba selanjutnya dan
cenderung untuk berada di system akuatik (Wetzel, 1983).
·
Nitrat-nitrogen
Menurut Wardoyo (1981) dalam Ameliawati (2003), nitrat merupakan produk
akhir dari proses oksidasi biokimia ammonia. Konsentrasi nitrat di suatu
perairan selain berasal dari proses nitrifikasi ammonia dan nitrit, juga
berasal dari masukan limbah rumah tangga, limbah pertanian yang berupa sisa
pemupukan, limbah peternakan yang merupakan sisa pakan, dan pengikatan nitrogen
bebas dari udara oleh mikroorganisme serta aliran tanah yang masuk ke laut.
Sedangkan menurut Emma (1991), secara termodinamik, nitrat merupakan senyawa
nitrogen yang paling stabil. Di beberapa perairan, nitrat digambarkan sebagai senyawa
mikronutrien pengontrol produktifitas primer di lapisan permukaan daerah
eufotik. Bila intensitas cahaya matahari yang masuk ke kolom air cukup, maka
kecepatan pengambilan nitrat (uptake) lebih cepat dari proses transportasi ke
lapisan permukaan. Kandungan nitrat-N antara <0.226 mg/l termasuk perairan
dengan tingkat kesuburan rendah, kandungan nitrat-N antara 0,227-1,129 mg/l
termasuk sedang, kandungan nitrat-N>11.30 mg/l termasuk dalam klasifikasi
perairan dengan tingkat kesuburan sangat baik.
Menurut Ketut (2008), Di alam, Nitrogen terdapat
dalam bentuk senyawa organik seperti urea, protein, dan asam nukleat atau
sebagai senyawa anorganik seperti ammonia, nitrit, dan nitrat.
Tahap pertama
Daur nitrogen adalah transfer nitrogen dari atmosfir ke dalam tanah. Selain
air hujan yang membawa sejumlah nitrogen, penambahan nitrogen ke dalam tanah
terjadi melalui proses fiksasi nitrogen. Fiksasi nitrogen secara biologis dapat
dilakukan oleh bakteri Rhizobium yang bersimbiosis dengan polong-polongan, bakteri
Azotobacter dan Clostridium. Selain itu ganggang hijau biru dalam air juga
memiliki kemampuan memfiksasi nitrogen.
Tahap kedua
Nitrat yang di hasilkan oleh fiksasi biologis digunakan oleh produsen
(tumbuhan) diubah menjadi molekul protein.
Selanjutnya jika tumbuhan atau hewan mati, mahluk pengurai merombaknya
menjadi gas amoniak (NH3) dan garam ammonium yang larut dalam air (NH4+).
Proses ini disebut dengan amonifikasi. Bakteri Nitrosomonas mengubah amoniak
dan senyawa ammonium menjadi nitrat oleh Nitrobacter. Apabila oksigen dalam
tanah terbatas, nitrat dengan cepat ditransformasikan menjadi gas nitrogen atau
oksida nitrogen oleh proses yang disebut denitrifikasi.
·
Salinitas
Salinitas adalah jumlah (gram) zat-zat yang terlarut dalam 1 kg air
laut, di mana dianggap semua karbonat-karbonat telah diubah menjadi oksida,
brom dan iodine diganti oleh chlor dan semua bahan-bahan organic telah
dioksidasi secara sempurna. Salinitas berpengaruh terhadap densitas, kelarutan
gas-gas dalam air serta menentukan tekanan osmotic dan ionic air sebagai media
internal dan eksternal dari suatu biota akuatik. Bagi biota akuatik yang
bersifat osmoconformer, cairan internalnya selalu berubah yaitu menyesuaikan
dengan kondisi osmolaritas media hidupnya. Bagi bota yang bersifat osmoregulator,
osmolaritas internalnya dipertahankan pada tingkat tertentu sehingga tidak
berubah mengikuti kondisi osmolaritas media hidupnya (Amelawati, 2003).
Phytoplankton di laut akan mapu tumbuh dengan baik pada kadar garam
serendah 15 dibandingkan pada kadar garam 35. Organisme stenohaline hanya akan
meningkat dengan pesat pada jangkauan dari kadar garam tersebut, contohnya e.g.
Peridinium balticum pada S=8-12 (Baltic). Sedangkan organisme euryhaline mampu
hidup pada jangkauan salinitas yang lebih luas (Millero, 2001).
3. METODOLOGI
3.1 Fungsi Alat dan Bahan
·
Suhu
Ø
Alat dan Fungsi.
- Temometer Hg : Untuk
mengukur suhu pada perairan(baik sungai atau kolam)
Ø
Bahan dan Fungsi.
- Air sampel(Sungai dan
Kolam) : Sebagai bahan uji yang diukur suhunya.
·
Kecepatan Arus
Ø
Alat dan Fungsi.
- Tali rafia(3,5m):Sebagai
pengukur kuat arus berdasarkan panjang talinya
- Botol Plastik:Sebagai
pengukur kecepatan arus di perairan
- Stopwach: Pengukur waktu
Ø
Bahan dan Fungsi.
-
Air sungai (kolam atau sungai): sebagai penentu kecepatan arus dan
sebagai pemberat
·
Kecerahan
Ø
Alat dan Fungsi.
-
Karet : Untuk menandai d1 dan d2
-
Sechi disk : Untuk menghitung tingkat kecerahan dalam perairan(sungai
dan kolam)
-
Penggaris : Untuk menghitung panjang tali pada sechi disk untuk d1
dan d2.
Ø
Bahan dan Fungsi
-
Air sungai / kolam : Sebagai bahan uji
·
Salinitas
Ø
Alat dan Fungsi.
-
Refraktometer : Untuk mengukur salinitas atau kadar garam perairan
-
Salinometer : Untuk mengukur salinitas atau kadar garam perairan
-
Woshing bottle : Sebagai tempat aquades
- Pipet tetes : Untuk memindahkan larutan yang akan diukur salinitasnya
dalam skala kecil.
- Beaker glass : Tempat air sampel yang akan diukur salinitasnya
- Gelas ukur : Tempat air sampel yang akan diukur salinitasnya
Ø
Bahan dan Fungsi.
-
Aquadest : Untuk pengkalibrasi
-
Tisue : Untuk membersihkan refraktometer
-
Air sampel : Sebagai bahan uji yang diukur salinitasnya(kolam atau
sungai)
·
pH
Ø
Alat dan Fungsi
- Kotak standar PH paper : Indikator nilai PH yang dapat digunakan untuk
mencocokan PH dengan PH paper.
Ø
Bahan dan Fungsi
-
Perairan(Sungai dan Kolam) : Sebagai bahan uji yang diukur nilai PHnya
-
PH paper : Sebagai pengukur PH perairan
·
DO
Ø
Alat dan Fungsi
-
Botol whinker 250ml : Sebagai tempat air sampel(Sungai dan Kolam)yang
akan diukur DOnya.
-
Statif : Sebagai penyangga buret
-
Buret : Untuk penitrasi
-
Pipet tetes : Untuk memindahkan larutan dalam skala kecil.
Ø
Bahan dan fungsi
-
MnSO4 : Sebagai pengikat O2 yang akan diukur
DOnya.
-
NaOH+KI : NaOH untuk membentuk endapan coklat,KI untuk melepaskan I2
-
H2SO4 pekat : Sebagai pengkondisian asam dan
melarutkan endapan yang telah terbentuk.
-
Amylum : Sebagai pengkondisian basa dan pembentuk warna biru.
-
Na2SO3 : Untuk penitrasi,pengikat I2.
-
Air sampel : Sebagai bahan uji yang diukur DOnya.
·
Karbondioksida (CO2)
Ø
Alat dan Fungsi
-
Buret : untuk penitrasi
-
Statif : Untuk menyangga buret
-
Erlenmeyer : tempat air sampel yang akan diukur CO2nya.
-
Gelas ukur : Sebagai tempat pengukuran air sampel sebelum dimasukan
dalam erlenmeyer.
-
Pipet tetes : Untuk mengambil dan memindahkan larutan dalam skala kecil
Ø
Bahan dan fungsi
-
Air sampel : Sebagai bahan uji yang diuji COnya
-
PP : Sebagai indicator suasana basa
-
Na2CO3(0,0454) : Sebagai larutan titrasi dan
pengikat CO2 bebas di perairan.
·
Alkalinitas
Ø
Alat dan Fungsi
-
Pipet tetes : Untuk mengambil dan memindahkan larutan dalam skala kecil.
-
Erlenmeyer : Tempat air sampel yang akan diukur alkalinitasnya.
-
Buret : Untuk penitrasi
-
Statif : Sebagai penyangga buret.
-
Gelas ukur : Sebagai tempat pengukuran air sampel sebelum dimasukan
dalam erlenmeyer.
-
Botol air mineral : Sebagai wadah air sampel yang diambil dari perairan.
Ø
Bahan dan Fungsi
-
Air sampel(Kolam dan Sungai) : Sebagai bahan uji yang diukur
alkalinitasnya.
-
Larutan HCL(0,02N) : Sebagai titrasi.
-
Indikator MO : Sebagai indicator asam.
·
Ammonia Nitrogen
Ø
Alat dan Fungsi.
-
Gelas Ukur : Sebagai tempat air sampel yang telah disaring
-
Kertas saring : Sebagai tempat air sampel yang telah disaring
-
Botol air mineral : Sebagai wadah air sampel yang digunkan sebagai bahan
uji yang diambil dari perairan.
-
Cuvet : Sebagai tempat
larutan baku yang ditaksir kadar ppm ammonia nitrogennya.
-
Rak tabung : Sebagai tempat cuvet
-
Timbangan : Untuk menimbang bahan yang akan diuji.
-
Pipet tetes : Untuk memindahkan larutan dalam skala kecil.
-
Larutan pembanding :
Sebagai indikator pembanding.
Ø
Bahan dan Fungsi.
-
Air sampel(Sungai dan Kolam) : Sebagai bahan uji yang akan diukur kadar
ammonia nitrogennya.
-
Pereaksi nesler : Untuk mengikat ammonia dan sebagai indicator warna
orange.
-
Aquadest : Sebagai pelarut dan pengencer.
-
HgI2100gr : Untuk membuat pereaksi nesler.
-
KI 700gr : Untuk membuat pereaksi nesler
-
NaOH 100gr : Untuk pembuat pereaksi nesler.
-
Kertas label : Untuk menandai beaker glass.
·
TOM
Ø
Alat dan Fungsi.
-
Erlenmeyer : Sebagai tempat air sampel yang akan diukur TOMnya.
-
Gelas ukur : Sebagai tempat pengukuran air sampel sebelum diukur dalam
erlenmeyer.
-
Buret : Sebagai penitrasi.
-
Statif : sebagai penyangga buret.
-
Bola hisap : Sebagai alat bantu untuk mengambil larutan dan memindahkan
larutan dalam skala besar.
-
Pipet volume : Sebagai alat untuk mengambil dan memindahkan larutan
dalam skala besar yang diambil dari bola hisap.
-
Termometer Hg : Sebagai pengukur suhu.
-
Hot plate : Sebagai tempat untuk memanaskan bahan uji.
-
Pipet tetes : Untuk mengambil dan memindahkan larutan dalam skala kecil.
Ø
Bahan dan Fungsi.
-
KMnO4 0,01N : Sebagai oksidator dan pengikat bahan organic.
-
Natrium Oxalate 0,01N : Sebagai reduktor.
-
H2SO4 (1:4) : Sebagai pengkondisian suasana asam
dan mempercepat reaksi.
-
Aquadest : Sebagai indikator pembanding.
-
Air sampel : Sebagai bahan
uji yang diukur TOMnya.
·
Orthophospat
Ø
Alat dan Fungsi.
-
Gelas ukur 25ml : Sebagai tempat pengukuran air sampel sebelum dimasukan
dalam Erlenmeyer.
-
Erlenmeyer : Sebagai tempat air sampel yang akan diukur orthofosfatnya.
-
Pipet tetes : Sebagai alat untuk mengambil dan memindahkan larutan dalam
skala kecil.
-
Cuvet : Sebagai tempat larutan baku/standart.
-
Rak tabung reaksi : Untuk meletakan cuvet.
Ø
Bahan dan Fungsi.
-
Air sampel : Sebagai bahan uji yang diukur Orthofosfatnya.
-
Amonium Molibdate : Sebagai pengubah fosfor menjadi ammonium
Fosfomolibdate.
-
SnCl2 : Sebagai indicator warna biru.
-
Orthofosfat pembanding : Sebagai standart pembanding.
-
Kertas label : Untuk menandai sampel indicator.
·
Nitrat Nitrogen
Ø
Alat dan Fungsi.
-
Larutan pembanding : Sebagai indicator pembanding.
-
Cawan porselen : Sebagai tempat untuk menguapkan larutan standart nitrat
sampai kering.
-
Woshing bottle : Sebagai tempat aquadest.
-
Gelas ukur : Sebagai tempat pengukuran air sampel sebelum dimasukan
dalam cawan porselen.
-
Beaker glass : Sebagai tempat untuk menghomogenkan larutan.
-
Cuvet : Sebagai tempat larutan baku standart.
-
Pipet tetes : Sebagai alat untuk mengambil atau memindahkan larutan
larutan dalam skala kecil.
-
Hot plate : Sebagai tempat untuk memanaskan atau menguapkan bahan uji
hingga kering.
-
Spatula : Sebagai alat untuk membantu menghomogenkan larutan.
-
Rak tabung reaksi : Untuk meletakan cuvet.
Ø
Bahan dan Fungsi.
-
Aquadest : Sebagai pelarut atau pengencer larutan.
-
Air sampel : Sebagai bahan uji yang akan dihitung dan diketahui jumlah
nitrogenya.
-
Asam Fenol disulfonik : Sebagai pelarut nitrat,mengeluarkan nitrat.
-
NaOH : Untuk mengikat minyak.
3.2
Skema kerja
3.2.1 Prosedur pengamatan sampel DO (di sungai atau
kolam)
-
- disiapkan botol DO
- dibuka tutup botol DO
-
dimasukan dalam perairan (baik sungai atau kolam)
dengan kemiringan 45° dan serah dengan arus
perairan.
-
ditutup saat botol DO masih berada di dalam
perairan ketika sudah penuh terisi air secara pelan-pelan.
-
diangkat dari perairan dan dicek dengan cara
dibolak-balik untuk memastikan
tidak terdapat gelembung pada
botol pada botol DO.
-
dibuka tutup botol DO
- ditetesi 2ml larutan MnSO4
- dihomogenkan
- ditetesi 2ml NaOH + KI
- dihomogenkan
- diendapkan 30menit
-
|
-
3.2.2
Prosedur pengukuran kualitas air (fisika dan kimia) di sungai dan
kolam
a. Suhu
-
dimasukan kedalam perairan dengan posisi pengamat
membelakangi matahari
-
ditunggu (2-3 menit) higga air raksa pada
thermometer berhenti
-
dicatat hasil saat thermometer berada didalam
perairan
-
|
b. Kecepatan Arus
-
diikat dengan tali rafia
-
dilepas ke perairan dengan ujung tali di pegang
-
dinyalakan stopwatch saat botol di hanyutkan
-
ditunggu hingga panjang tali habis terbawa arus
-
dimatikan stopwatch dan di catat waktu
-
|
dihitung kecepatan arus v = ,𝑠-𝑡.
-
-
c. Salinitas
-
disiapkan
-
dibuka penutup prisma
-
dikalibrasi dengan aquadest
-
dibersihkan dengan tissue secara searah
-
ditetesi 1-2 tetes air sungai
atau kolam
-
ditutupi dengan kemiringan 45 agar tidak terdapat
gelembung udara
-
diarahkan ke sumber cahaya
-
dilihat skala kanan untuk salinitas
-
dicatat hasil
-
|
-
disiapkan
-
diambil gelas ukur 200 ml
-
diisi sampel air ± ,3-4. bagian
-
dimasukan salinometer
kedalam gelas ukur
-
ditunggu hingga salinometer tidak bergerak angkanya
-
dibaca sklanya
-
|
dicatat
hasilnya
-
d. kecerahan
-
-
disiapkan
-
dimasukan kedalam perairan secara perlahan-lahan hingga tidak tampak pertama kali dan di
tandai
-
dicatat sebagai d1
-
dimasukan kedalam perairan hingga tidak tampak lalu di tarik
perlahan ke atas
-
ditarik hingga tampak pertama kali di ukur
-
ditandai sebagai d2
-
dimasukan kedalam persamaan , 𝑑1+𝑑2-2.
-
dicatat hasil
-
|
-
e. DO (oksigen terlarut)
-
disiapkan dan dicatat volume botol DO
-
dibuka tutup botol
-
dimasukan dalam perairan dengan kemiringan 45
-
ditutup saat botol berada dalam perairan, jika sudah penuh
-
diangkat dari perairan dan di cek untuk memastikan tidak ada
gelombang
-
dibuka tutup botol
-
dimasukan MnSo4 2 ml
-
di homogenkan
-
dimasukan NaOh + KI 2 ml untuk membentuk endapan coklat dan
melepaaskan I2
-
dihomogenkan, lalu di biarkan mengendap hingga 30 menit
-
dibuang air yang
bening di atas endapan
-
diberi H2So4 pekat pada endapan yang tersisa lalu
dihomogenkan
-
diberi amylum 3-4 tetes untuk pembentukan warna biru
-
dititrasi dengan Na-thiosulfat (Na2S2O3) 0.025 hingga bening pertama kali
-
dicatat ml NaS2O3 yang di pakai sebagai V titran
- dihitung Do Mg/l
= ,𝑉 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝑁 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 1000 𝑥 8-𝑉 𝑏𝑜𝑡𝑜𝑙 𝐷𝑂−4.
-
dicata hasil tiap sampel (kolam dan sungai)
|
f. Karbondioksida (O2)
-
disiapkan
-
dimasukan kedalam gelas ukur sebagai 25ml
-
dituang dalam erlemeyer
-
ditetesi 2 tetes indikator ppdan di homogenkan
-
dititrasi dengan Na2S2O3 0,0454 N hingga berwarna merah mudah
pertama kali
-
dicatat ml Na2S2O3 yang dipakai sebagai ml (titran)
-
dihitung Co2
bebas mg/l =
,𝑚𝑙,𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛.𝑥𝑁,𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛.𝑥22𝑥1000-𝑚𝑙 𝑎𝑖𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙.
-
dicatat hasil tiap sampel (kolam atau sungai)
-
|
-
g. Alkalinitas
-
disiapkan
-
dimasukan kedalam gelas ukur sebagai 25ml
-
dituang dalam erlemeyer
-
dicek pH untuk masing-masing sampel, jika pH – atau < 8,3
di titrasi dengan larutan HCl 0.02 N. dengan indikator MO 2 tetes hingga
terjadi perubahan warna pertama kali (warna merah dara).
-
dicatat ml HCl yang dipakai sebagai V(HCl)
-
dicatat ml Na2S2O3 yang dipakai sebagai ml (titran)
-
dihitung CaCo3
mg/l = ,𝑉,𝐻𝐶𝑙.𝑥𝑁(𝐻𝐶𝑙)-𝑚𝑙 𝑎𝑖𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙. x ,100-2. x 1000
-
dicatat hasil tiap sampel (kolam atau sungai)
-
|
-
h. Amonia Nitrogen
-
disiapkan
-
disaring dengan menggunakan kertas saring
-
dimasukan 12.5 ml ke gelas ukur
-
dituang ke beaker gelas
-
ditambah dengan pereaksi nesler (1ml)
-
dihomogenkan
masing-masing
-
didiamkan 10 menit
-
dibandingkan masing-masing bahan uji dengan cara enaksir kadar
pada ppm amonia nitrogen standard
-
dicatat hasil masing-masing bahan uji
-
|
-
I. TOM ( Total organic
matter)
-
disiapkan
-
diukur dalam gelas ukur sebanyak 25 ml
-
dimasukan dalam erlemeyer
-
ditambahkan 4.75 ml KMnSO4 (1.4) di homogenkan
-
dimasukan termometer Hg
-
dipanaskan diatas hot plate beserta termometer Hg di dalam
suhu 70-80℃
-
diangkat dari hotplate
-
ditunggu hingga suhu turun manjadi 60-70℃
-
ditambahakan Na oxalat 0.01 hingga tak berwarna
-
dititrasi dengan KMno4
-
dicatat hasil
|
j. Orthofosfat
-
diukur dalam gelas ukur sebanyak 25 ml
-
dimasukan dalam erlemeyer
-
ditambahkan ml amonium molybedat dan dihomogenkan
-
ditambahakan 2 tetes SnCl2 dan dihomogenkan
-
dituang pada cufet
-
dibandingkan dengan larutan standard
-
dicatat hasilnya untuk tiap sampel
-
|
k. Nitrat Nitrogen
-
-
disaring dengan kertas saring sebanyak 12.5ml
-
dimasukan dalam cawan perselen
-
diuapkan diatas hotplate hingga kering dan menguap
-
didiginkan agak terbentuk kerak
-
ditambahkan ,1-2. ml asam penoldisulfat
-
diaduk dengan spatula
-
dituang dalam beaker glass dan diencerkan dengan 5 ml aquades
-
ditetesi NH4OH hingga terbentuk warna dan di encerkan dengan
aquades hingga 25 ml
-
dibandingkan dengan larutan standard yang telah dibuat dan
diukur spekfotometernya
-
dicatat hasil tiap-tiap sampel
-
|
l. pH
-
disiapkan
pH paper
-
dimasukan pH paper kedalam masing-masing perairan
-
ditunggu sekitar 2-3 menit
-
dikibaskan hingga stengah kering
-
dicocokan perubahan warna pH paper dengan kotak standart
-
dicatat tiap hasil pada masing-masing perairan
|
3.2.3 Prosedur Penggunaan Spektrofotometer
|
• dihubungkan dengan
stop kontak dengan arus AC 220 V.
• diteka power
"ON / OFF" dan ditunggu hingga muncul angka 0 pada layar.
• muncul "
MENTHOD" lalu ditekan sesuai dengan program yang diinginkan.
• disesuaikan
panjang gelombang (1 nm) dengan cara memutar pengatur panjang gelombang.
• ditekan "
READ ENTER" maka muncul nama yang diuji.
• ditekan " SHIFT TIME".
• dimasukkan botol
blanko pada sel holder jika periodik tim selesai.
• ditekan "
CLEAR ZERO" maka pada layar muncul "WAIT" kemudian muncul 0,00
mg/l
• dikeluarkan botol
sampel blanko dari sel holder,kemudian diganti dengan botol sampel air yang
akan diukur.
• ditekan " RED
ENTER " dan ditunggu beberapa saat.
• dicatat angka
hasil analisa parameter.
• ditekan
"CONFIG MENF2" 2 kali jika akan melakukan uji ulang sehingga akan
muncul "METHOD".
•
|
ditekan " OFF" jika tidak digunakan lagi.
3.3 Analisa Prosedur
3.3.1 Pengambilan Sampel DO di kolam
Langkah
awal dalam melakukan pengambilan sampel DO di kolam adalah disiapkan alat,
yaitu : botol DO sebagai wadah sampel air kolam, biuret sebagai wadah Na2S2O3
dalam proses titrasi, satitif sebagai penangga biuret saat titrasi, pipet tetes
untuk mengambil larutan dalam skala kecil, corong untuk membantu memasukkan Na2S2O3
ke dalam biuret, beakerglass sebagai wadah larutan MnSO4,
NaOH + KI, H2SO4. Bahan-bahanyan adalah air
sampel kolam sebagai air yang diukur kadar DOnya, MnSO4 untuk
mengikat O2, NqOH + KI untuk membentuk endapan coklat dan
melepas I2, N2SO4 sebagai indikator suasana
asam dan warna orange, amilum sebagai indikator suasana basah dan warna ungu, Na2S2O3
sebagai penetrasi larutan, tissue untuk membersihkan alat, kertas label
untuk menandai alat agar tidak tertukar.
Kemudian
botol DO dimasukkan ke dalam air kolam dengan posisi miring 45° untuk
memudahkan pengambilan air agar tidak ada gelembung udaranya. Lalu botol DO
dimasukkan di dasar air kolam dan ditutup dengan tutup botol DO. Setelah itu,
botol DO dibolak-balik untuk memeriksan ada atau tidak gelembung udaranya. Bila
msih terdapat gelembung udara maka harus di ulangi kembali.
3.3.2 Prosedur Pengukuran Kualitas Air
- Parameter Fisika
a. Suhu
Langkah awal dalam melakukan pengkuran suhu di air
kolam adalah disipakan alat yaitu: Termometer Hg untuk mengukur suhu perairan
bahanya yaitu perairan kolam sebagai tempat yang diukur suhunya.
Langkah selanjutnya Termometer Hg dimasukkan ke
dalam air selama 1 sampai 2 menit dengan membelakangi cahaya matahari agar
suhunya tidak berubah. Di usahakan tidak menyentuh badan agar tidak
mempengaruhi suhu pada Termometer Hg. Kemudian di angkat dari perairan dan
dibaca dengan cepat agar suhunya tidak berubah dan catat hasilnya.
b. Kecepatan arus
Langkah awal yang harus disiapkan yaitu : 2 botol film sebagai
pelampung (salah satunya diisi air) agar massa jenisnya sama dengan massa jenis
air, tali raffia 3,5 m untuk mengikat botol dan dihitung sebagai s, stopwatch
untuk menghitung waktu sampai tali raffia renggang (t). Bahannya yaitu air
kolam sebagai pengisi botol, perairan kolam sebagai tempat yang diukur
kecepatan arusnya.
Langkah selanjutnya, 2 botol film diikat dengan tali rafia, kemudian
diisi dengan air pada salah satu botol sebagai pemberat agar tenggelam. Lalu
dijatuhkan pada perairan kolam dan dihitung waktunya saat botol menjauhi tali
rafia menegang dengan stopwatch dan dihitung dengan rumus V= s/t, lalu dicatat
hasilnya.
c. Kecerahan
Langkah awal disiapkan alat yaitu secchi disk untuk mengukur kecerahan pada perairan,
tali tambang untuk mengikat tali secchi disk, karet gelang untuk menandai d1
dan d2, perairan kolam sebagai tempat yang diukur dengan tingkat kecerahannya.
Langkah selanjutnya, secchi disk di masukan hingga tidak tampak
pertama kali dan ditandai dengan karet gelang (d1). Kemudian secchi disk
dimasukan lebih dalam hingga benar – benar tidak tampak dan ditandai dengan
karet gelang (d2). Lalu secchi disk diangkat dari perairan. Kemudian diukur
dengan penggaris tingginya d1 dan d2. Setelah di dapat hasilnya, kemudian
dihitung dengan rumus d1 + d2/ 2 dan dicatat hasilnya.
- Parameter Kimia
a. pH
Langkah awal pengukuran pH disiapkan alat, yaitu: pH paper untuk
mengukur besarnya pH perairan kolam, kotak pH standart untuk mencocokan warna
pH. Bahannya yaitu perairan kolam untuk tempat yang diukur besar pH nya.
Selanjutnya pH paper dicelupkan ke dalam perairan dan ditunggu 1-2
menit. Lalu diangkat dan dikibaskan sampai agak kering lalu dicocokan dengan
kotak pH standart. Lalu dicatat hasilnya.
b. Karbondioksida (Co2 )
Langkah awal pengukuran karbondioksida disiapkan alat yaitu
Erlenmeyer sebagai wadah larutan saat titrasi, gelas ukur untuk mengukur volume
larutan, biuret sebagai wadah Na2CO3 saat titrasi, statif
sebagai penyangga biuret, beaker glass untuk wadah larutan, pipet tetes untuk
mengambil larutan dalam skala kecil. Bahannya yaitu Na2CO3
0,0454 N untuk menitrasi larutan, PP indikator basa dan CO2 bebas,
air sampel kolam bahan yang diuji kadar CO2, kertas label untuk
menandai alat agar tidak tertukar.
Selanjutnya, diambil air sampel kolam. Kemudian diambil 25ml dengan
menggunakan gelas ukur dan dimasukan ke dalam Erlenmeyer. Lalu dideteksi PP
untuk mengikat CO2 bebas sebanyak 1-2 tetes dengan menggunakan pipet
tetes. Kemudian dititrasi dengan Na2CO3 untuk menitrasi
larutan hingga berwarna pink pertama kali. Setelah itu dihentikan proses
titrasi dan dicatat ml Na2S2CO3 0,0454 yang digunakan
rmus V1-V2. Lalu dihitung dengan rumus CO2
(mg/l) = mL (titran) )*N(titran)*22*100/mL air sampel dan dicatat hasilnya.
c. Alkalinitas
Diukur air sample sebanyak 25ml dengan gelas ukur
dan dimasukkan ke dalam erlenmayer. Sebelumnya di cek dulu pHnya. Apabila pH
lebih dari 8,5 air sample di beri indicator PP dan dititrasi dengan larutan HCl
0,02 N sampai warna merah yang terbentuk tepat hilang lalu ditambahkan 3 tetes
indicator MO (Metil Orange) dan dititrasi.
Apabila pHnya kurang dari 8,3 air sampel ditirasi
dengan larutan HCl 0.02N yang berfungsi untuk titrasi dan diberi 2 tetes
indicator asam. Dicatat volume HCl yang digunakan sampai warna Orange pertama
kali. Dan dihitung kadar alkalinitas dengan rumus :
Alkalinitas MO2
(,𝑚𝑔-𝐿.) = ,𝑉𝐻𝐶𝑙 .
𝑁 𝐻𝐶𝑙-𝑉 𝐴𝑖𝑟 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙. x ,100-2. x 1000
d. Ammonia Nitrogen
Air sampel disaringdan diukur 25ml dalam gelas ukur
agar bahan dan partikel – pertikel terambil. Lalu dimasukkan ke dalam beaker
glass 100ml, kemudian ditambahkan pereaksi nessler ke dalam air untuk mengikat
dan indicator warni kuning lalu dimasukkan ke dalam cufet. Ditunggu atau
didiamakan ±10 menit agar
terbentuk warna sempurna dan terjadi endapan. Dicocokkan dengan larutan baku
standart yang telah dibuat. Dicatat nilai kadar amonianya.
e. TOM (Total Organic Matter)
Mula – mula air sampel diukur 25ml dengan menggunakan gelas ukur, dan
dimasukkan ke dalam erlenmayer. Air sampel tersebut ditambahkan 4,75ml KMnSO4
dari buret bertujuan untuk indikator atau pereduksi pengikat bahan organic,
lalu ditambahkan 2ml H2SO4 (1:4) dengan pipet tetes untuk
pengkondisian suasana asam dan mempercepat reaksi. Kemudian dipanaskan diatas
hot plate sampai suhu mencapai 70°−80 ℃. Setelah itu,
diangkat dan ditambahkan Na-Oxalate 0,01N sebagai reduktor setelah suhunya
turun mencapai 60°−70 ℃ sampai tidak berwarna. Dititrasi dengan KMNO4
sampai warna pink pertama kali, lalu dicatat volume titrasinya sebagai X dan
dicatat pula volume titrasi aquadest sebagai Y. kadar TOM dapat dihitung dengan
rumus :
TOM (,𝑚𝑔-𝐿.) = ,,𝑋−𝑌. .3,16 .0,01 .1000-𝑉 𝐴𝑖𝑟 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙.
f. Orthophospat
Air sample diukur dengan gelas ukur sebanyak 12,5ml
dan dituang ke dalam erlenmayer. Ditambahkan 0,5ml ammonium molybdate yang
berfungsi mengubah fosfor menjadi ammonium fosfomolyndate dan membentuk
ammonium fosfomolybdate lalu
dihomogenkan. Ditambahkan 1 tetes SnCl2 untuk indikator warna
biru lalu dihomogenkan kembali. Setelah itu dihitung kadar orthophospatnya
dengan spectrometer atau dibandingkan warna biru dengan larutan baku yang telah
dibuat.
g. Nitrat Nitrogen
Air sampel diukur 25ml dengan gelas ukur dan
dituang kedalam cawan porselen lalu diuapkan diatas hot plate sampai kering dan
membentuk kerak nitrat nitrogen. Kemudian didinginkan, setelah dingin ditambah
0,5ml asam fenol disulfonik sebagai pelarut nitrat atau lemak, diaduk dengan
spatula sampai kerak larut kemudian diencerkan dengan 2,5ml aquadest dan
ditambahkan asam fenol disulfonik, diaduk kembali. Diencerkan lagi dengan 2,5ml
aquadest lalu ditambahkan NH4OH untuk mengikat lemak sampai
terbentuk warna. Diencerkan kembali dengan aquadest 2,5ml dimasukkan ke dalam
tabung cufet lalu dibandingkan dengan larutan standaart atau larutan baku yang
telah dibuat.
3.3.3. Prosedur Penggunaan Refraktometer
Sebelum digunakan, refraktometer dikalibrasi dengan
aquadest terlebih dahulu agar netral nilainya.Lalu dibersihkan kaca prisma
dengan tissue secara searah agar kaca tidak tergores.Kemudian di tetesi 1-2
tetes air sampel,dan ditutup dengan kemiringan 450 agar tidak ada
gelembung. Kemudian di baca nilai salinitas skala yang diarahkan pada sumber
cahaya (matahari).Didapatkan hasil.
3.3.4. Prosedur Penggunaan Salinometer
Untuk salionometer diambil air sampel di dalam
beaker glass 200 ml kurang lebih ¾ bagian saja. Dimasukkan salinometer ke dalam
gelas ukur dan di tunggu hingga salinometer tidak bergerak. Kemudian dibaca
skala nilai salinitasnya.
3.4. Tipe Golongan Air
Tipe golongan air menurut standar air bersih
yaitu:
1.
Kelas A : sebagai air baku untuk keperluan air
minum
2.
Kelas B : untuk mandi, minum, pertanian, dan air
yang terlebih dahulu dimasak
3.
Kelas C : unutk perikanan
Tipe golongan air
sebagai peruntukan air menurut pemerintah :
a.
Sumber air digunakan sebagai air bersih secara
langsung tanpa diolah
b.
Sebagai air baku untuk diolah menjadi air bersih
dan untuk keperluan rumah tangga
c.
Air yang dapat digunakan untuk perikanan dan
peternakan
d.
Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian,
industri, listrik tenaga air dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perhutanan
e.
Merupakan air yang tidak dapat digunakan untuk
keperluan pada golongan a, b, c dan d
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data
Hasil Pengamatan Faktor Fisika Dan Kimia
No
|
Parameter
|
Hasil
|
|
Air Sungai
|
Air Kolam
|
||
1
|
Suhu
|
24oc
|
25oc
|
2
|
Kecepatan
Arus
|
1,06 m/s
|
0,012 m/s
|
3
|
Kecerahan
|
22 cm
|
27,5 cm
|
4
|
Ph
|
8
|
8
|
5
|
DO
|
14,79 mg/L
|
4,63 mg/L
|
6
|
CO2
|
9,988 mg/L
|
20 mg/L
|
7
|
Alkalinitas
|
44 mg/L
|
72 mg/L
|
8
|
Amonium
Nitrogen
|
3,125 ppm
|
1,25 s/d
2,5 ppm
|
9
|
TOM
|
69,52 mg/L
|
29,072 mg/L
|
10
|
Ortofosfat
|
0,25 mg/L
|
0,1 s/d
0,25 mg/L
|
11
|
Nitrat
Nitrogen
|
0,6 mg/L
|
0,2 s/d
0,5 mg/L
|
12
|
Salinitas
|
0 ppm
|
0 ppm
|
4.2. Perhitungan-Perhitungan pada Air Kolam
4.2.1.
Parameter Fisika
a) kecepatan arus
diketahui : s = 3,5 m
t= 5
menit =300s
ditanya :
v=….?
Jawab
: ,3,5-300. = 0,012 m/s
b)
kecerahan
diketahui : ,D-1.= 20 cm
,D-2.= 15 cm
Ditanya : kecerahan
=…….?
jawab : kecerahan = ,,𝐷-1 .𝑋 ,𝐷-2.-2.
jawab : kecerahan = ,,𝐷-1 .𝑋 ,𝐷-2.-2.
= ,20+15-2. = 27,5 Cm
c)
Suhu : , 27-0.C
4.2.2. Parameter Kimia
a) pH = 8
b)
Oksigen terlarut / DO
Diketahui
: N titran = 0,025 N
,v-1. = 0 ml
, v-2. = 5,7 ml
V botol DO = 250 ml
Jawab
: DO (Mg/L) = ,𝑣 ,𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛.𝑥
𝑁 ,𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛.𝑥 8 𝑥1000-𝑣 𝑏𝑜𝑡𝑜𝑙 𝐷𝑂−4.
=,,5,7−0.𝑥 𝑜,025
𝑥 8 𝑥 1000-246.
=,5,7 𝑥 0,025 𝑥
8 𝑥 1000-246.
=,1140-246.
= 4,63 mg/L
c)
Karbondioksida (CO2)
diketahui : v1 := 2,1 mL
v2 = 2,6 mL
ditanya
: kadar CO2 ….?
Jawab : CO2 bebas (mg/L) = ,𝑚𝐿 ,𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛. 𝑥 𝑁 ,𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛.𝑥 22 𝑥
1000-𝑚𝐿 𝑎𝑖𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙.
=,,2,6−2,1.𝑥
0,0434 𝑥22 𝑥 1000-25.
=,0,5 𝑥 0,0454 𝑥22000-25.
=
,499,4-25.
= 19,97 = 20 mg/L
d)
Alkalinitas
diketahui : V1 Hcl
= 8,8 mL
V2 Hcl
= 10,6 mL
mL
air sampel = 25 mL
N Hcl
= 0,02 N
Ditanya : Alkalinitas……?
Jawab :
CaCo2 (mg/L) =,𝑣 ,𝐻𝑐𝑙.𝑥
𝑁 (𝐻𝑐𝑙)-𝑚𝐿 𝑎𝑖𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙. x ,100-2. x 1000
=,,10,6−8,8.𝑥 0,02 -25. 𝑥 ,100-2. x 1000
=,0,036-25. x 50 x 1000
=0,00144 x 50000
= 75 mg/L
e)
Amoniak Nitrogen = 0,2 – 0,5 = 0,3 mg/L
f)
TOM
diketahui : x
= 7 mL
y
= 4,7 mL
mL air sampel = 25 mL
N KMno4 = 0,01 N
,1-5. dari BM KMno4
= 31,6
Ditanya : TOM …..?
Jawab : TOM (mg/L) = ,,𝑥−𝑦.𝑥 31,6 𝑥 0,01 𝑥 1000-𝑚𝐿 𝑎𝑖𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙.
=,,7−4,7.𝑥 31,6 𝑥
0,01 𝑥1000-25.
=,2,3 𝑥 31,6 𝑥
0,01 𝑥 1000-25.
=,726,8-25.
= 29,072 mg/L
g)
Orthofosfat : 0,1 – 0,25 mg/L
h)
Nitrat Nitrogen : 0,2 – 0,5 mg/L
i)
salinistas : 0 ppm
4.3. Perhitungan-perhitungan
pada air sungai.
4.3.1. Parameter
Fisika.
a).
Suhu : 24oc
b).
Kecepatan Arus
Diketahui s : 3,5 t : 3,3
Ditanyakan
: v ….?
Jawab
= ,𝑠-𝑡.= ,3,5-3,3.=1,06,𝑚𝑔-𝐿.
c).
Kecerahan.
Diketahui
: D1 = 25 cm D2
= 19 cm
Ditanyakan
: Kecerahan ….?
Jawab
= Kecerahan = ,,𝐷-1+ ,𝐷-2..-2.= ,25 + 19-2.=22 𝑐𝑚
4.3.2. Parameter
Kimia
a).
Ph = 8
b).
DO
Diketahui
: N = 0,025 v
botol DO = 250 ml v
titran = 18,5 ml
Ditanya
: DO ….?
Jawab
= DO = ,𝑣 ,𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛.𝑥
𝑁 ,𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛.𝑥 8 𝑥 1000-𝑣 𝑏𝑜𝑡𝑜𝑙 𝐷𝑂−4.= ,18,2 𝑥 0,025 𝑥 8 𝑥
1000-250−4.=14,29 ,𝑚𝑔-𝐿.
c).
Karbondioksida (CO2).
Diketahui
: ML (titran) : 0,25 N
(titran) = 0,0454 ml
air = 25 ml
Ditanyakan
: CO2 ….?
Jawab
CO2 bebas = ,ml ,titran. x N ,titran.x 22 x 1000-ml air sampel .=
,0,25 x 0,0454 x 22 x 1000-25.
=9,988 ,mg-L.
d).
Alkalinitas.
Diketahui
: v Hcl = 1,1 ml N
Hcl = 0,02 air
sampel = 25 ml
Ditanyakan
: CaCo3 ….?
Jawab
CaCo3 = ,v ,Hcl. x N (Hcl)-ml air sampel. x ,100-2. x 1000=
,1,1 x 0,02-25. x ,100-2. x 1000=44 ,mg-L.
e).
Amoniak Nitrogen = 3,125 ppm
f).
TOM.
Diketahui
: x = 6,3 ml y
= 0,8 ml air
sampel = 25 ml
Ditanyakan
= TOM ….?
Jawab
TOM = ,, x−y . x 31,6 x 0,01 x 1000-ml air sampel.= ,,6,3−0,8.x 31,6 x 0,01 x
1000-25 ml.= ,1738-2.
=69,52 ,mg-L.
g).
Orthofosfat = 0,25 mg/L
h).
Nitrat Nitrogen = 0,6 mg/L
i).
Salinitas = 0 ppm
4.4 Analisa Tiap
Parameter (Fisika dan Kimia di sungai atau di kolam)
4.4.1. Parameter
Fisika
a. Suhu
Berdasarkan hasil pengamatan, suhu air kolam pada
praktikum ini adalah 25°C. Menurut Effendi (2003) kisaran suhu optimum untuk
pertumbuhan fitoplankton dari perairan adalah 20°C - 30°C hal ini menunjukkan
bahwa suhu air sungai yang di amati mempunyai kesuburan fitoplankton yang
optimum dan mengidentifikasikan bahwa perairan tersebut tergolong subur atau memiliki
kisaran normal kualitas air untuk air tawar.
b. Kecepatan Arus
Kecepatan arus pada kolam adalah 0.012 m/s
diperoleh dengan rumus V = ,𝑠-𝑡. menurut
subdit PBSK (2009) besarnya kecepatan arus yang ideal adalah antara 20-40
m/detik. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa kecepatan arus di
sungai tersebut relative ideal, meskipun hanya mencapai standart minimum.
c. Kecerahan
Kecerahan pada kolam adalah 27,5 cm yang diperoleh
dari rumus ,𝑑1+𝑑2-2.. Nilai kecerahan dinyatakan dalam satuan
meter. Nilai ini sangat
dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran. Kekeruhan dan padatan tersuspensi, serta ketelitian orang
yang melakukan pengukuran kecerahan.
Sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah (Effendi,2003).
4.4.2.
Parameter Kimia
a. pH
Pada pengamatan dikolam diperoleh pH e. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Novorry dan Olem (1994) dalam Effendy (2003), yang menyatakan bahwa sebagian
besar biota akuatik sensitive terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH
7-8,5.
b. DO
Kadar oksigen terlarut dalam kolam adalah 4,63
Mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa
air kolam tersebut golongan perairan yang sehat. Hal ini sesuai dengan pendapat Effendi (2003), sedangkan
criteria kualitas air golongan yaitu yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan
dan peternakan disyaratkan > 3.
c. Karbondioksida
Dari hasil pengukuran dan perhitungan menunjukkan
bahwa kadar karbondioksida pada air sungai adalah 20 mg/L. Hal ini sesuai
dengan pendapat Effendi (2003) yang menyebutkan bahwa perairan yang diperuntukan
bagi kepentingan perikanan sebaiknya mengandung kadar CO2 bebas.
d. Alkalinitas
Pada uji alkalinitas diperoleh hasil 72 mg/L. Hal ini sesuai dengan pendapat Effendi (2003), nilai
alkalinitas perairan alami hampir tidak ada / tidak pernah melebihi 50 mg/L
CaCo3, perairan dengan nilai alkalinitas yang terlarut tinggi tidak
terlalu disukai oleh organism akuatik karena besarnya diikuti dengan nilai
kesadahan yang tinggi atau kadar garam natrium yangh tinggi.
e. Amonia Nitrogen
Pada uji Amonia Nitrogen sebesar 1,25 3/d 2,5 ppm. Menurut
Effendy (2003), kadar ammonia yang berlebih kurang baik untuk keperluan
perikanan dan peternakan. Hal ini menunjukkan bahwa perairan tersebut kurang
baik, karena kadar air ammonia Nitrogen berlebih.
f. TOM (Total Organic Metter)
Pada pratikum
digunakan ,𝐾𝑀𝑛𝑂-4. untuk
metitrasi air sampel sebesar 3,5 ml, pada air sungai dan 1 ml pada air kolam
dijadikan x. volume titran pada
aquadest 0,8 ml sebagai y, dan 25 ml
air sampel. Setelah itu dilakukan perhitungan dengan rumus : ,𝐶𝑎𝐶𝑂-2. ,,𝑚𝑔-𝑙..=,,𝑥−𝑦.x 31,6 x
0,01 x 1000-𝑚𝑙 𝑎𝑖𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙.. Sehingga
didapat hasil 34,12,𝑚𝑔-𝑙. untuk air
sungai dan 12,64,𝑚𝑔-𝑙.untuk air
kolam. Pada air sungai kadar TOMnya tinggi. Hal ini disebabkan karena air
sungai tersebut sering digunakan untuk aktifitas sehari-hari warga sekitar,
sehingga sungai tercemar limbah. Limbah merupakan sumber dari TOM.
Pada penelitian ini didapatkan bahwa nilai bahan
organik pada setiap perlakuan berbeda-beda dimana nilai bahan organik tersebut
berkisar antara 7,42−9,25,𝑚𝑔-𝑙. (Listiya,
2011).
g. Orthophospat
Pada praktikum
orthofosfat setelah dilakukan pengukuran pada sampel air kolam dan air sungai
kemudian dibandingkan secara visual pada larutan baku standart. Hasil yang
diperoleh yaitu 0,1 ppm pada air kolam dan 025 ppm pada air sungai. Fosfat
dalam perairan berguna untuk membentuk dinding sel pada fitoplankton.
Hasil pengukuran
fosfat berkisar antara 0,103−0,395,𝑚𝑔-𝑙., menurut Chu
(1943) dalam Arfiati, (I992) dalam Widya (2008), fosfat yangd
ibutuhkan untuk pertumbuhan alga air tawar berkisar antara 0,9−1,8,𝑚𝑔-𝑙..
h. Nitrat Nitrogen
Setelah dilakukan
perbandingan secara visual pada larutan baku standart dengan air sampel kolam
dan sungai diperoleh hasil 0,05 ppm pada air kolam dan 0,25 ppm pada air
sungai. Kadar Nitrogen optimal pada suatu perairan yaitu sebesar < 1 ppm.
Jika melebihi dari itu makan akan terjadi eutrofikasi pada perairan tersebut.
Sumber-sumber nitrat yaitu udara, sisa metabolisme, dan hasil viksasi bakteri.
Kisaran nitrat
yang baik untuk pertumbuhan perifiton antara 0,01−5,𝑚𝑔-𝑙. (Parson dan Takeshi, 1997 dalam Setyarini,
2002 dalam Widya, 2008).
i. Salinitas
Pada saat
pengukuran salinitas air kolam dan
air sungai didapatkan hasil 0 ppt pada keduanya dengan menggunakan
refraktometer. Hal tersebut karena kedua sampel merupakan perairan tawar
sehingga memiliki salinitas 0 ppt. faktor-faktor yang mempengaruhi salinitas
yaitu penguapan, air hujan, dan suhu.
Salinitas
merupakan bagian dari sifat fisik-kimia suatu perairan. Selain suhu, pH,
subtrat dan lai-lain. Salinitas dipengaruhi oleh pasang-surut, curah hujan,
penguapan, preseipitasi dan topografi suatu perairan. Akibatnya, salinitas
suatu perairan dapat sama atau berbeda dengan perairan lainnya, misalnya
perairan darat, laut dan payau. Kisaran salinitas air laut adalah 30 – 35‰,
estuari 5 - 35‰ dan air tawar 0,5 – 5‰ (Salmin, 2005).
4.5.
Hubungan antar parameter
4.5.1 Suhu dan DO
Peningkatan suhu perairan sebesar
10°C menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen oleh organisme akuatik
sekitar 2-7 kali lipat. Peningkatan suhu di sertai dengan penurunan kadar
oksigen terlarut, sehingga keberadaan oksigen sering kali tak mampu mengambil
kebutuhan organisme untuk melakukan proses metabolisme dan respirasi
(Effendi,2003).
4.5.2 Alkalinitas dan pH
Nilai alkalinitas sangat
dipengaruhi oleh pH.Alkalinitas berperan sebagai sistem penyangga(buffer) agar
perubahan pH tidak terlalu besar.Jadi kenaikan nilai alkalinitas diikuti dengan
nilai peningkatan Ph (Effendi,2003).
4.5.3 pH,amonia, dan suhu
Amonia di perairan dapat
menghilang melalui proses vertilisasi karena tekanan parsial amonia dalam
larutan meningkat dengan semakin meningkatnya pH.Hilangnya amonia ke atmosfer
juga dapat meningkat dengan meningkatnya kecepatan angin dan suhu
(Effendi,2003).
4.5.4 Karbondioksida dan pH
Apabila pH dalam suatu akuarium
dikendalikan oleh karbondioksida dari pH,maka hubungan pH dan CO2 terlarut akan merupakan
hubungan yang tetap(Poppo,2010).
4.5.5 Hubungan DO dan Kecepatan Arus
Analisis korelasi antara kecepatan
arus terhadap oksigen terlarut di Sungai Selagen menunjukkan korelasi positif
(r= 0,06402,p <0,05).Ini berarti semakin tinggi arus maka akan meningkatkan
kandungan oksigen terlarut dan hubungan antara kecepatan arus air dengan
kandungan CO2 berkorelasi negatif (r= -0,6950, p < 0,05).Jadi, semakin
tinggi arus air maka kandungan CO2 semakin rendah (Fauzi,2001).
4.5.6 Hubungan DO dengan Salinitas
Menurut Goldman dan Home(1983)
dalam Fauzi (2001) ,pada sungai Selagan salinitas berkorelasi negatif terhadap
kandungan oksigen terlarut (r=-0.9396,p< 0,01) dan salinitas berkorelasi
positif terhadap daya hantar listrik,CO2 dan alkalinitas.Salinitas hanya faktor
minor terhadap konsentrasi oksigen terlarut.
4.5.7 Hubungan pH dan TOM
Menurut Wardana (2001) dalam Poppo
dkk (2010),derajat keasaman (pH) pada air limbah industri perikanan di bawah
baku mutu yaitu nilai pH= 5,6. Sedangkan nilai pH menurut Pengula Bali no.8
tahun 2007 adalah 6,9. Rendahnya nilai pH disebabkan oleh proses penguraian
bahan organik dalam limbah oleh bakteri anaerob yang menghasilkan asam organik.
Kondisi anaerob dengan zat organik yang mengandung nitrogen dan belerang
menyebabkan peningkatan asam sulfida dan amonia sehingga senyawa tersebut akan
menyebabkan terjadinya penurunan nilai pH.
4.4.8 Hubungan DO dengan
TOM
Menurut Wardana
(2001) dalam Poppo dkk (2001) nilai BODS dan COD menunjukkan nilai yang
melebihi standard baku mutu. Untuk nilai BOD adalah 372,49 mg/l dan nilai COD
adalah 760,49 mg/l. Sedangkan menurut Pergub Bali no.8 tahun 2007, bahwa nilai
baku mutu limbah untuk parameter BODS dan COD adalah 75 mg/l dan 100
mg/l.Semakin banyak bahan buangan organik yang ada di dalam air, semakin
sedikit sisa kandungan oksigen yang terlarut di dalamnya.
4.4.9 Hubungan
CO2,Alkalinitas,Salinitas,Kecepatan Arus dan DO
Menurut Fauzi ( 2001) kandungan
karbondioksida dan alkalinitas di bagian hilir Sungai Selagan kecenderungannya
semakin tinggi. Hal ini di perkirakan karena adanya pelepasan CO2 akibat dari
proses respirasi dan peningkatan logam-logam alkali adanya pengaruh salinitas.
Pada bagian hilir sungai kandungan karbondioksida tinggi karena kecepatan arus
air lambat dan bahan organik yang masuk ke sungai makin banyak, sehingga proses
dekomposisi meningkat. Proses dekomposisi akan menyebabkan penurunan O2 dan
meningkatkan kandungan CO2. Kandungan alkalinitas yang tinggi di hilir akibat
dari kelarutan logam-logam alkali meningkat karena adanya perubahan salinitas.
4.4.10 Hubungan TOM dan
amonia nitrogen
Menurut Effendi (2003) dalam
Ariasih (2008) sumber amonia di perairan adalah pemerahan nitrogen organik
(protein dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat di dalam air yang
berasal dari dekomposisi bahan organik (tumbuhan dan biota akuatik yang telah
mati ) serta adanya tinja biota akuatik. Amonia merupakan racun bagi
perairan,dimana daya racun akan meningkat dengan naiknya pH.
Plankton adalah organisme yang berukuran
kecil yang hidupnya terombang-ambing oleh arus. Mereka terdiri dari makhluk
hidup yang hidupnya sebagai hewan (zooplankton) dan sebagai tumbuhan
(fitoplankton). Zooplankton adalah hewan-hewan laut yang planktonik, sedangkan
fitoplankton terdiri dari tumbuhan laut yang bebas melayang dan hanya dalam
laut serta mampu berfotosintesis. Plankton merupakan pakan alami larva
organisme perairan. Sebagai produsen utama di perairan adalah fitoplankton,
sedangkan konsumen zooplankton adalah larva ikan, udang, kepiting dan
sebagainya. Produsen adalah organisme yang memiliki kemampuan untuk menggunakan
sinar matahari sebagai sumber energi dalam melakukan aktifitas hidupnya
(Purnailmawan, 2009).
Perifon merupakan hewan yang ukurannya sangat
kecil (mikroskopis) oleh karena itu perifon tidak dapat dilihat oleh mata tanpa
bantuan mikroskop. Perifon adalah tumbuhan atau hewan yang tumbuh dan menempel
pada obyek yang tenggelam (E.P Odum, 1998 dalam Rijal Purnailmawan, 2009).
Benthos merupakan organisme yang melekat atau
beristirahat pada dasar endapan. Benthos dapat dibedakan berdasarkan makanannya
menjadi pemakan penyaring seperti kerang dan pemakan deposis seperti siput (E.P
Odum, 1971 dalam Purnailmawan, 2009).
Nekton merupakan organisme yang dapat
bergerak dan berenang dengan kemauan sendiri (dengan demikian dapat menghindari
jaringan plankton). Contoh seperti ikan, amphibi, serangga air besar dan
lain-lain (E. P Odum, 1998 dalam Purnailmawan, 2009).
Organisme yang tinggak atau beristirahat di
atas permukaan air yang pergerakannya arus (E.P Odum, 1998 dalam Purnailmawan,
2009).
Tumbuhan air adalah tumbuhan yang tinggal
disekitar air dan di dalam air berfungsi sebagai penghasil energi. Tumbuhan air
dapat dikelompokkan menjadi terreserial plants adalah tumbuhan air yang seluruh
organnya tertutup air; omerged plants adalah tumbuhan air; floating plants
adalah tumbuhan air yang bagian akarnya dan batangnya berada di dalam air,
sedangkan daunnya mencuat ke permukaan air dan submerged plants adalah tumbuhan
air yang seluruh bagian tubuhnya berada di dalam air (E.P Odum, 1998 dalam
Purnailmawan, 2009).
5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dalam praktikum Limnologi tentang
Analisa Kualitas Air adalah sebagai berikut:
·
Limnologi berasal dari bahasa Yunani “limnos” artinya artinya genangan air,
yang berarti bisa kolam, rawa atau danau.
·
Limnologi mempelajari tentang sistem perairan,
didalamnya termasuk danau dan kolam air tawar, danau dan kolam air asin, rawa,
sungai dan aliran.
·
Parameter kualitas air ada tiga, yaitu parameter
fisika, kimia dan femerbiologi.
·
Suhu yaitu derajad panas atau dingin dari suatu
benda.
·
Kecerahan yaitu ukuran transparansi perairan yang
diukur secara visual. Faktor kecerahan antara lain sinar matahari, kekeruhan,
padatan tersuspensi dan batang pandang. Lapisan kecerahan yaitu eufotik (banyak
cahaya), disfotik (sedang), dan afotik (sedikit cahaya atau gelap). Rumus dari
kecerahan = ,𝑑1+𝑑2-2. , dengan
keterangan d1 sebagai kedalaman pertama dan d2 sebagai kedalaman kedua.
·
Oksigen Terlarut (DO) dipengaruhi oleh topografi,
fotosintesis, tetesan air hujandan arus yang tinggi maka DO juga semakin
tinggi. Sumber dari DO antara lain dari hasil fotosintesis, arus dan difusi
udara. Rumus perhitungan DO (mg/l) = ,𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛
𝑥 𝑁𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 8 𝑥 1000-𝑉 𝑏𝑜𝑡𝑜𝑙 𝐷𝑂−4.
·
Karbondioksida. Diperairan berfungsi sebagai
pengaturan PH perairan dimana makin banyak CO2 maka PH perairan
makin asam. Selain itu CO2 berfungsi untuk proses fotosintesa dan
pembentukan karang/cangkang. Sumber CO2 berdasarkan bentuknya adalah
CO2 bebas, karbonat (HCO3-) dan bikarbonat (H2CO3).
Faktor yang mempengaruhi CO2 adalah respirasi, air hujan, difusi
udara dan komposisi bahan organik dalam perairan. Rumus perhitungan CO2
(mg/l) = ,𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛
𝑥 𝑁𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 22 𝑥 1000-𝑚𝑙 𝑎𝑖𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 .
·
Amonia Nitrogen sebagai indikator untuk mengetahui
kadar toksik perairan.
·
Alkalinitas adalah kapasitas penyangga perairan
yang dapat dilihat dari basa-basanya. Rumus CaCO3 (mg/l) = ,𝑉𝑜𝑙 𝐻𝐶𝑙 𝑥 𝑁 𝐻𝐶𝑙-𝑚𝑙 𝑎𝑖𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙. x ,100-2. x1000
·
TOM (Total Organik Matter) adalah jumlah bahan
organik dalam perairan. Bahan organik adalah semua senyawa yang mengandung
unsur C,H,O,N. Sumber TOM dari limbah rumah tangga, industri, pertanian,
dekomposisi / penguraian makhluk hidup yang telah mati. Fungsi bahan organik
adalah sumber bahan makanan, indikator pencemaran dan penentu kesuburan
perairan. Rumus perhitungan TOM (mg/l) =,,𝑥−𝑦. 𝑥 31,6 𝑥 0,01 𝑥 1000-𝑚𝑙 𝑎𝑖𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙.
·
Orthofosfat adalah bentuk fosfat dalam air dan
dapat digunakan langsung oleh tanaman perairan untuk pembentukan dinding sel.
Sumber fosfat alami berasal dari bahan yang mengandung fosfor dan dekomposisi
bahan organik seangkan sumper fosfor buatan berasal dari pupuk. Tingkatan
fosfor yaitu poliphospat (tinggi), metaphospat (sedang) dan ortophospat
(rendah).
·
Nitrat Nitrogen sebagai pembentuk nitrogen dalam
perairan. Bentuknya amonia, amonium, nitrit dan nitrat. Sumber alami berasal
dari tanah, sedangkan sumber buatan berasal ari detergen, limbah dari rumah
tangga dan pupuk.
·
Hasil perhitungan dari pengukuran analisa kualitas
air (parameter fisika dan kimia)antara lain suhu (sungai = 24oC,
kolam 28oC), PH (sungai/kolam = 8), DO (sungai = 6,66 mg/l; kolam =
20,5 mg/l), kecepatan arus (sungai = 0,106 m/s), CO2 (sungai = 31,96
mg/l), salinitas (sungai/kolam = 0), alkalinitas (sungai = 32 mg/l), kecerahan
(sungai = 22 cm; kolam = 30,5 cm), Amonium Nitrogen (sungai = 0,05 mg/l), TOM
(sungai = 34,13 mg/l), orthopospat (kolam = 0,1 mg/l), dan Nitrat Nitrogen
(kolam = 0,5 mg/l).
5.2. Saran
Pada praktikum Limnologi tentang Analisa Kualitas Air ini diharapkan
praktikan lebih efektif dalam menggunakan waktu praktikum dan lebih
berhati-hati dalam menggunakan alat-alat maupun bahan-bahan yang berbahaya.
DAFTAR PUSTAKA
Ameliawati. 2003. Manajemen
Kualitas Air Untuk Budidaya Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang
Barus.2002.Pengantar Limnologi.Jurusan
Biologi FMIPA Universitas Sumatra Utara. Medan
Boyd.1982.Water management.Netherland
Institute Programme.UK
Cholik,dkk. 2005. Akuakultur ;
Tumpuan Harapan Masa Depan Bangsa. PT. Victoria Kreasi mandiri. Jakarta
Dragon. 2011. Kualitas Air. http://kuliahitukeren.blogspot.com. Diakses pada
tanggal 9 November 2011 pukul 18.00 WIB
Effendi. 2003. Telaah Kualitas
Air. Universitas Gajah Mada: Yogyakarta
Fauzi. 2001. Kehidupan Perairan. http://www.blogspot.com. Diakses pada
tanggal 15 Oktober 2011 pukul 07.00 WIB
Goldman, dkk. 1994. The Basic
Aquaculture vol. 1. UTJ: Japan
Goldman dan Holne. 1983. The Basic
Aquaculture vol. 1. UTJ: Japan
Hardjoko. 2005. Oceanografi. http://blogspot.com. Diakses pada
tanggal 1 November 2011 pukul 09.00 WIB
Hariadi dan Widigda. 1992. Profil
Sumberdaya Kelautan SULUT. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia: Jakarta
Hariyani. 2006. Oseanologi dan
Limnologi di Indonesia vol 36 No 1. FPIK UB. Malang
Hendrawan. 2005. Kualitas Air
Sungai dan Situ di Jakarta. Universitas Trisakti: Jakarta
Hutabarat. 1985. Pengantar
Oseanografi. Universitas Indonesia: Jakarta
Kurniawan, dkk. 2006. Diklat
Kuliah Pengantar Oceanografi. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya:
Malang
Marsandre. 2011. Laut Indonesia. http://wordpress.com. Diakses pada
tanggal 9 November 2011 pukul 20.00 WIB
Mayunar. 2004. Pemilihan Lokasi
Untuk Budidaya Ikan Laut. FKKPA: Jakarta
Millera. 2001. Pengantar Ilmu
Kelautan. PT. Gramedia Widya Sarana Indonesia: Jakarta
Mulyanto. 2009. Oksigen Terlarut. http://hobiikan.blogspot.com/2009/02/oksigen-terlarut-dalam-air.html. Diakses pada
tanggal 1 November 2011 pukul 22.00 WIB
0dum. 1971. Faktor Biologi
Perairan Indonesia. PT. Djambatan: Jakarta
Purnailmawan. 2009. Skripsi Ilmu
Kelautan Prodi PSPK. FPIK UB: Malang
P, Rijal. 2009. Skripsi Ilmu
Kelautan Prodi PSPK. FPIK UB: Malang
Rahayu. 1991. Penelitian Oksigen
Terlarut dalam Air Bagi Kehidupan Ikan. Djambatan: Jakarta
Reynolds. 1993. Progress in
Oceanography vol. 10. Pergaman Press: Oxford
Romimohtarto. 2001. Biologi Laut
Tropis. Djambtan: Jakarta
Sudaryanti. 1991. Dampak Mekanisme
Alat Limnolex 31 Terhadap Sebaran Oksigen Terlarut di Bajangsari, Bogor. IPB:
Bogor
Uny. 2000. Istilah Limnologi. http://staff.uny.ac.id. Diakses pada
tanggal 15 Oktober 2011 pukul 14.00 WIB
Wardono. 2001. Laut. http://forum.um.ac.id/index.php. Diakses pada
tanggal 8 Oktober 2011 pukul 18.30 WIB
Wetzel. 1989. A Multy Parameter
Extension of Temperaturel Salinity Diagram Technique. Pergaman Express:
Oxford
Wiki. 2011. Limnologi. http://id.wikipedia.org/wiki/limnologi. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2011 pukul 19.00 WIB
Yusuf. 2011. Kelautan Indonesia. http://www.wordpress.com. Diakses pada
tanggal 8 November 2011 pukul 23.00 WIB
Zonzeveld, dkk. 1991. The
Principles of Basic Aquaculture. International Press: UK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar