LAPORAN PRAKTIKUM
LIMNOLOGI
“Analisa Kualitas Air”
“Analisa Kualitas Air”
Oleh:
Kelompok 15
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM LIMNOLOGI
ANALISA
KUALITAS AIR
Malang, 16 Oktober 2011
pukul 08.00-17.00 WIB
Oleh :
Furqon 105080400111032
Mengetahui,
Koordinator Asisten Asisten
Pembimbing
Nugroho Wibowo Indah Wahyu R.
NIM. 0910810018
NIM. 0910810099
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat karunianya Buku Laporan Praktikum Limnologi tentang Analisa Kualitas Air
ini dapat diselesaikan. Buku Laporan Praktikum ini merupakan salah satu buku
penunjang bagi mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Brawijaya Malang pada mata kuliah Limnologi.
Penyusun mengucapkan banyak terima
kasih kepada:
1.
Orang Tua atas segala cinta dan kasih sayangnya.
2.
Dosen Pembimbing atas bimbinganya.
3.
Para Asisten Praktikum yang telah memberi sumbangan sarannya untuk
menyelesaikan Laporan Praktikum Limnologi tentang Analisa Kualitas Air ini.
4.
Teman-teman atas semangat dan kerja samanya selama ini.
Penulis menyadari bahwa Buku Laporan Praktikum Limnologi
tentang Analisa Kualitas Air ini jauh dari sempurna. Oleh Karena itu kami
menerima kritik dan saran yang positif dan membangun dari rekan-rekan pembaca
sekalian. Semoga Limnologi tentang Analisa Kualitas Air ini dapat memberikan
manfaat kepada kita semua.
Amin.
Malang, 1 Desember 2011
Penyusun
DAFTAR ISI
Lembar pengesahan………………………………………………………………………………….i
Kata pengantar………………………………………………………………………………………..ii
Daftar isi……………………………………………………………………………………………….iii
Pendahuluan…………………………………………………………………………………………..1
Latar belakang………………………………………………………………………………………...1
Maksud dan tujuan……………………………………………………………………………………2
Kegunaan……………………………………………………………………………………………...3
Waktu dan tempat…………………………………………………………………………………….3
Tinjauan pustaka………….......................…………………………………………………………...4
Pengertian limnologi…………………...............…………………………………………………….4
Parameter kualitas air………………………………………………………………………………..4
Parameter fisika………………………………………………………………………………………4
Parameter kimia………………………………………………………………………………………7
Metodologi…………………………………………….......…………………………………………14
Fungsi alat dan bahan………………...……………………………………………………………14
Skema kerja……………...............………………………………………………………………….20
Prosedur pengamatan sample DO disungai……………………………………………………..20
Prosedur pengukuran kualitas air (fisika dan kimia)
disungai dan kolam………….......……..20
Prosedur penggunaan spektofotometer…………...........………………………………………..27
Analisa prosedur………………………..……………….………………………………………….28
Pengambilan sample DO dikolam………………...………………………………………………28
Prosedur pengukuran kualitas air…………………………………………………………………28
Prosedur penggunaan refraktometer dan salinometer……………………………………….....32
Tipe golongan air……………………………………………...……………………………………32
Hasil dan pembahasan…………………………………………………….......…………………..33
Data hasil pengamatan faktor kimia dan fisika…………………………………………………..33
Perhitungan – perhitungan pada air kolam (fisika
dan kimia)………………………………….33
Perhitungan –perhitungan pada air sungai(fisika dan
kimia)…………………………………..36
Analisa tiap parameter (fisika dan kimia disungai
dan kolam)…………………………………37
Hubungan antar parameter………………………………………………………………………...40
Penutup……………………...………………………………………………………………………44
Kesimpulan………………………………...………………………………………………………..44
Saran…………………………………………………………………………………………………45
Daftar pustaka……………………………………………………………………………………….46
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Limnologi
(dari bahasa inggris: limnology, dari bahasa yunani: lymne, “danau”, dan
“logos”, “pengetahuan” ) merupakan padanan bagi biologi perairan darat,
terutama perairan tawar. Lingkup kajiannya kadang-kadang mencakup juga perairan
payau (estuari). Limnology merupakan kajian menyeluruh menyerupai kehidupan di
perairan darat, sehingga d golongkan sebagai bagian dari ekologi. Dalam bidang
perikanan, limnology d pelajari sebagai dasar bagi budidaya perairan
(akuakultur) darat. (Wiki, 2011).Istilah limnology pertama kali digunakan oleh
forel (1901) didalam bukunya yang berjudul handbuch der seekunda, allgemeine limnologie dan membahas ekosistem
danau. Sejak sa’at itu limnology berkembang pesat pada decade 90-an limnology
menjadi sebuah ilmu yang menyedot perhatian dunia, tetapi ketersedian air minum
bersih di alam semakin tipis akibat berbagai aktifitas manusia baik langsung
maupun tidak langsung juga cukup pesat meskipun belum terorganisasi dengan
baik. Sampai saat ini belum ada lembaga yang khusus mengelola suber daya air
daratan (Liny, 2000).
Air merupakan sumberdaya alam yang
mempunyai fungsi sangat penbting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya serta sebagai modal dasar dalam pembangunan . dengan perannya yang
sangat penting, air akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kondisi/ komponen
lainnya. Pemanfaatan air dapat dibarengi tindakan bijaksana akan mengakibatkan
kerusakan pada kualitas air (Hendrawan, 2005).
Kualitas air menyatakan
tingkat kesesuaian untuk dipergunakan bagi pemenuhan tertentu kehidupan manusia
seperti untuk air minum, mengairi tanaman dsb. Salah satu potensi SDA yang
strategis adalah air sungai. Air sungai merupakan SDA potensial yang menerima
pencemaran limbah. Mengingat sungai merupakan SDA yang paling untuk menunjang
pembangunan ekonomi dan kesejahteraan manusia, maka fungsi sungai sebagai
sumberdaya air harus dilestarikan agar dapat menunjang pembangunan ekonomi dan
kesejahteraan manusia, maka fungsi sungai sebagai sumberdaya air harus
dilestarikan agar dapat menunjang pembangunan secara bekelanjutan (Dragon,
2011).
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud diadakannya praktikum
limnology tentang analisa kualitas air di sungai atau kolam dengan menggunakan
perhitungan parameter fisika dan kimia.
Tujuan diadakannya praktikum
limnology tentang analisa kualitas airadalah sebagai berikut:
1.
Agar praktikan mampu mengukur suhu air di sungai dan kolam.
2.
Agar praktikan mampu mempraktikan penggunaan alat pengukuran kecepatan
arus dan cara mengukur arus air.
3.
Agar praktikan mampu mengatur kecerahan air atau mengukur transpirasi
perairan, yang ditentukan secara visual dengan bantuan secchi disk.
4.
Agar praktikan mampu mengukur PH air asam atau basa atau netral.
5.
Agar praktikan mampu megukur kadar oksigen terlarut dalam perairan dalam
mg/L.
6.
Agar praktikan mampu mengukur kadar karbon dioksida di dalam air dalam
bentuk CO2 bebas.
7.
Agar praktikan mampu menghitung kapasitas penyanggah (buffer capcity)
terhadap perubahan PH perairan.
8.
Agar praktikan mampu mengukur kadar ammonia di perairan sebagai salah
satu bentuk dari nitrogen.
9.
Agar praktikan mampu mengukur kadar bahan organic perairan.
10.
Agar praktikan mampu mengukur kandungan orthofosfat perairan.
11.
Agar praktikan mampu mengetahui dan menghitung jumlah nitrogen dalam
air.
12.
Agar praktikan mampu mengukur kadar garam yang ada dalam perairan.
13.
Agar praktikan mampu mengetahui nilai kadar biutan dengan prinsip
pembacaan gelombang.
1.3 Kegunaan
Kegunaan
diadakannya praktikum limnology tentang analisa kualitas air adalah untuk
mengetahui tingkat kualitas air dan mengetahui cara-cara pengukuran parameter
fisika dan kimia pada perairan kolam atau sungai.
1.4 Waktu dan Tempat
Praktikum limnology tentang
analisa kualitas air ini diadakan pada hari minggu tanggal 16 oktober 2011
pukul 06.00 – 17.00 WIB dan bertempat di laboratorium percobaaan kolam budidaya
ikan air tawar, sumber pasir, kabupaten Malang, jawa Timur.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Limnologi
Menurut Haryani (2006), Limnologi
didefinisikan sebagai ilmu yang mengungkapkan karakteristik biologi, kimia,
geologi, dan fisik serta kaitan atau interaksi fungsional antar komponen
tersebut di ekosistem perairan darat. Limnologi berkembang sejak awal abad ke
20 dengan adanya studi komparatif antara danau dalam dan danau dangkal yang
dilakukan oleh August Theiemamn. Ia meneliti beberapa danau Eifel Maat bersama
Voigt pada Ahustus 1910, yang hasilnya memperlihatkan adanya perbedaan
konsentrasi oksigen pada daerah hipolimnion dua tipe danau yang disebabkan
perbedaan kelimpahan plankton. Ke mudian bersama dengan Einar Naumann
penelitian ini menjadi dasar dalam penentuan tipe danau yaitu oligotrofik,
eutrofik dan distrofik. Selanjutnya Thienemann dan Naumann meletakkan dasar
limnology dan mendirikan Internasional Society of Theoritical and Applied
Limnology (Societas Internationalis Limnologie) tahun 1921.
Sedangkan menurut Goldman, dkk
(1994), pengetahuan dari limnology meliputi danau, aliran sungai, dan muara
seperti halnya sejumlah besar microhabitats. Microhabitats ini meluputi semua
perairan darat dan bahkan alam lingkungan yang unik. Limnology mempelajari
perairan mengalir, atau disebut Lotic dan juga seperti halnya perairan yang
tenang atau Lentic. Definisi untuk Limnology ini diberikan oleh Assosiasi
Internasional secara Teoritis dan berdasarkan Limnology Teraplikasi pada tahun
1922.
2.2 Parameter Kualitas Air
2.2.1 Parameter Fisika
·
Suhu
Menurut Nybakken (1988),
karena karakteristik yang melekat pada fisik, air, badan terutama besar air
seeeperti lautan, menunjukkan berbagai minimum perubahan suhu. Selanjutnya,
kisaran ini reraly melebihi batas mematikan bagi organisme daerah intertidal.
Namun, secar teratur dikarenakan suhu udara untuk berbagai periode dan suhu ini
memiliki jangkauan yang lebih luas, pada kedua secara harian dan musiman.
Rentang ini mungkin sering melampaui batas mematikan organisme laut. Jika air
surut terjadi ketika suhu udara adalah meksimum minimum (beriklim dingin,
kutub) atau (daerah tropis), batas mematikan dapat dilebihi dan organisme akan
mati. Bahkan jika kematian tidak terjadi segera, organisme mungkin begitu
melemah oleh suhu ekstrim bahwa mereka tidak dapat melanjutkan kegiatan normal
dan akan menderita kematian dari penyebab sekunder. Temperatur juga memiliki
pengaruh tidak langsung, organisme laut tunduk sampai mati karena pengeringan.
Pengeringan dapat bergegas dengan suhu meningkat.
Menurut Millero (2001),
jangkauan suhu pada lautan adalah -2 hingga 300C. Phytoplankton
dapat dengan cepat mati pada suhu 10-150C di mana pada suhu tersebut
merupakan suhu di atas suhu di mana mereka dapat beradaptasi guna untuk
menyesuaikan hidupnya. Menurunnya suhu secara perlahan juga dapat menimbulkan
suatu akibat terhadap hidupnya phytoplankton. Phytoplankton akan hidup dengan
baik pada kondisi 5-100C. Akibat letak dari suatu garis lintang
tertentu dapat mempengaruhi terhadap suatu keadaan kombinasi antara suhu dan
cahaya pada suatu permukaan.
Menurut Gusrina (2008), pada perairan yang
tergenang yang mempunyai kedalaman air minimal 1,5 meter biasanya akan terjadi
pelapisan (stratifikasi) suhu. Pelapisan ini terjadi karena suhu permukaan air
lebih tinggi dibanding dengan suhu air dibagian bawahnya. Stratifikasi suhu
pada kolom air dikelompokkan menjadi tiga yaitu pertama lapisan epilimnion
yaitu lapisan sebelah atas perairan yang hangat dengan penurunan suhu relatif
kecil (dari 32° C menjadi 28° C). Lapisan kedua disebut dengan lapisan
termoklin yaitu lapisan tengah yang mempunyai penurunan suhu sangat tajam (dari
28° C menjadi 21° C). Lapisan ketiga disebut lapisan hipolimnion yaitu lapisan
paling bawah di mana pada lapisan ini perbedaan suhu sangat kecil relatif
konstan. Stratifikasi suhu ini terjadi karena masuknya panas dari cahaya
matahari ke dalam kolom air yang mengakibatkan terjadinya gradien suhu yang
vertikal.
·
Kecepatan Arus
Kecepatan arus menetukan ukuran partikel
padatan yang dapat diangkut dari suatu tempat ke tempat lain. Apabila kecepatan
arus menurun maka partikel yang tidak dapat diangkut akan diendapkan. Kecepatan
dan arah arus di perairan estuaria secara periodic berubah-ubah sehingga pola
angkut dan pengendapan terjadi secara dinamik. Jika perairan muara didominasi
gelombang laut, maka transport sedimen yang terjadi di sepanjang pantai dapat
bergerak masuk ke muara sungai. Pada saat kondisi gelombang sudah tenang di
daerah muaramaka sedimen tersebut akan mengendap. Banyaknya endapan tergantung
pada gelombang dan ketersediaan sedimen pantai, semakin besar gelombang semakin
besar angkutan sedimen dan semakin banyak sedimen yang mengendap di muara
sungai (Ameliawati, 2003).
Menurut Nybakken (1988), pada zona intertidal
bahwa tindakan gelombang diberikan paling berpengaruh terhadap organisme dan
komunitas dari setiap wilayah di laut. Hal ini mempengaruhi dalam diwujudkan langsung secara tidak
langsung. Tindakan gelombang mempengaruhi kehidupan pantai secara langsung
dalam dua cara utama. Di tempat pertama, ia memiliki efek mekanis, yang
bertindak untuk menghancurkan dan merobek objek dengan yang membuat kontak.
Kedua, aksi gelombang bertindak untuk memperpanjang batas zona intertidal. Hal
ini dilakukan dengan membuang air yang lebih tinggi di pantai daripada biasanya
terjadi sebagai akibat dari pasang saja.
·
Kecerahan
Radiasi matahari juga
penting dalam melengkapi cahaya yang dibutuhkan oleh tanaman hijau-hijauan
untuk dipakai dalam prosese fotosintesis. Tumbuh-tumbuhan ini tidak dapat hidup
terus tanpa adanya cahaya matahari yang cukup. Akibatnya penyebaran mereka di
lautan dibatasi pada daerah kedalaman di mana cahaya matahari masih dapat
dijumpai. Penyinaran cahaya matahari akan berkurang secara cepat sesuai dengan
makin tingginya kedalaman lautan (Hutabarat, dkk, 2008).
Menurut Millero (2001),
dua factor yang berpengaruh dari cahaya adalah :
1.
Faktor pengontrol intensitas dan gubahan spectral pada laut,
2.
Pilihan jenis untuk suatu intensitas tertentu dan panjang gelombang
Sejumlah cahaya dapat
menjangkau permukaan dari lautan disebabkan dikontrol oleh
1.
Ketinggian terhadap matahari
2.
Lapisan awan
3.
Panjang gelombang (370-720 nm)
4.
Pemantulan, batas serapan, dan hamburan
Stratifikasi
vertikal kolom air pada perairan air tawar yang diakibatkan oleh intensitas
cahaya yang masuk ke perairan menurut Effendi (2003) dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu :
1) Lapisan eufotik, yang merupakan lapisan
yang masih mendapat cukup cahaya matahari;
2) Lapisan kompensasi adalah lapisan dengan
intensitas cahaya sebesar 1% dari intensitas cahaya permukaan;
3) Lapisan
profundal, yaitu lapisan yang terletak di bawah lapisan kompensasi, dengan
intensitas cahaya sangat kecil atau bahkan tidak terdapat cahaya (afotik).
2.2.2 Parameter Kimia
·
pH
Menurut Boyd (1990) dalam
Karim, et.al (2006), mengemukakan bahea pH yang didefinisikan sebagai
logaritma negative dari konsentrasi ion Hidrogen (H+), merupakan
indicator keasaman serta kebebasan air. Pada pH rendah dan tinggi terjadi
peningkatan penggunaan energy atau penurunan produksi energy dan penahanan atau
penekanan metabolism energy aerobic.
pH yang berada pada
permukaan akan memiliki jumlah yang lebih atau maksimum dikarenakan terjadinya
keseimbangan dengan atmosfer yaitu sekitar 8.2-0.1 dan sehubungan dengan adanya
fotosintesis di perairan permukaan tersebut. Pengukuran terbaru dari pH pada
perairan di permukaan Lautan Atlantik menunjukkan kecenderungan yang menurun
dari pH. Menurunnya nilai pH terjadi karena turunnya upwelling pada daerah di
kawasan katulistiwa sehingga berpengaruh secara proporsional ke suhu. pH dapat
memperlihatkan variasi diurnal dan siklus di antara 8.2 hingga 8.9. Penyusutan
pH terjadi pada malam hari sehubungan dengan pernapasan dari organism dan
peningkatan pH terjadi pada sore hari sehubungan dengan adanya fotosintesis. pH
akan dapat mengalami penyusutan sehubungan dengan oksidasi dari bahan tanaman.
Penyusutan ini berbarengan dengan minimumnya jumlah dari O2 d
perairan dan meksimumnya jumlah pCO2 (Millero, 2001).
·
Oksigen Terlarut (DO)
Menurut Radisho (1997) dalam Ameliawati (2003), oksigen
terlarut (DO) dalam perairan
dimanfaatkan untuk proses respirasi biota akuatik dan dimanfaatkan juga oleh
mikroba untuk mengoksidasi bahan organic yang berlangsung pada kondisi aerob.
Ada tiga factor yang mempengaruhi sebaran kandungan oksigen terlarut di laut,
yaitu :
a)
Suhu dan salinitas, O2 bebas yang larut dalam air laut akan
menurun dengan meningkatnya suu dan salinitas
b)
Aktifitas biologi yang berpengaruh secara nyata terhadap konsentrasi
oksigen dan karbindioksida,
c)
Arus-arus dan proses percampuran yang cenderung mengubah pengaruh
kegiatan biologi lewat gerakan massa air dan difusi
Menurut Karim, et.al
(2006), tingkat konsumai O2 dipengaruhi oleh 2 faktor, eksternal dan
internal. Faktor eksternal yang berpengaruh adalah konsentrasi O2
terlarut, suhu, cahaya, status makanan dan karbondioksida, sedangkan factor
internal adalah spesies, ukuran (stadia), aktivitas, jenis kelamin, reproduksi,
dan molting.
Proses timbal balik fotosintesis dan respirasi
seluler bertanggung jawab atas perubahan dan pergerakan utama karbon. Naik
turunnya CO2 dan O2 atsmosfer secara musiman disebabkan oleh penurunan
aktivitas Fotosintetik. Dalam skala global kembalinya CO2 dan O2 ke atmosfer
melalui respirasi hampir menyeimbangkan pengeluarannya melalui
fotosintesis.Akan tetapi pembakaran kayu dan bahan bakar fosil menambahkan
lebih banyak lagi CO2 ke atmosfir. Sebagai akibatnya jumlah CO2 di atmosfer
meningkat. CO2 dan O2 atmosfer juga berpindah masuk ke dalam dan ke luar sistem
akuatik, dimana CO2 dan O2 terlibat dalam suatu keseimbangan dinamis dengan
bentuk bahan anorganik lainnya (Ketut,2008).
·
Karbondioksida
Menurut Wetzel; dkk
(1975), karbondioksida tidak dikombinasikan, asam organic seperti asam tanic
dan asam humic, asam mineral dan garam dari asam kuat dan basis lemah biasanya
bertanggung jawab untuk kadar keasamaan dari perairan alami. Karbondioksida paling
gratis pada perairan karena jarang hadir dalam jumlah besar sehubungan dengan
reaksi dengan senyawa lain disolusi dank e pengisian angin tetap. Di
investigasi limnological, penentuan dari karbondioksida bebas oleh
phytoplankton dibandingkan yang manapun bikarnonat atau karbonat. Ini
mungkin menandai pencemaran alam
organic dan kalau hadir pada kuantitas cukup terperinci paling beracun untuk
organisma akuatik.
Menurut Goldman;dkk
(1994), karbondioksida adalah suatu produk pernapasan oleh manusia dan binatang
yang dapat digunakan sebagai sumber utama untuk fotosintesis, yang hasilnya
dari fotosintesis ini dapat memperlihatkan satu hubungan kebalikan ke
oksigen. Walau hanya merupakan
satu komponen kecil dari uadara, karbondioksida jumlahnya sangat berlimpah di
air sebab daya larut gas ini dapat mencapai 200 times. Karbondioksida yang
larut di air digunakan untuk menghasilkan asam-arang (H2CO3),
yang jika dipisahkan ke dalam berbagai fraksi dapat menjadi (HCO3-,CO32-)
tergantung kepada konsentrasi ion hydrogen (pH).
·
Alkalinitas
Menurut Wetzel (1983),
kadar alkali dari perairan seperti biasanya diinterpretasikan. Hak milik dari
kadar alakali biasanya digambarkan oleh buat-buatan dari bikarbonat, karbonat
dan hidroksida dan kurang sering di perairan dekat pulau oleh garam asam bor,
silikat, dan fosfat. Sistem keseimbangan adalah penyanggaan utama mekanisme di
air bersih. Karbonat kadar alkali, kondisi kadar alkali, cadangan alkalin,
titratable berlandaskan, atau kapasitas keterikatan kaudi sering dipergunakan untuk
mengekspresikan kuantitas
penjumlahan dari dasar (biasanya di keseimbangan dengan karbonat atau
bikarbonat) yang dapat ditentukan oleh titrasi dengan satu asam kuat,
miliequivalents dari asam diperlukan untuk menetralkan hidroksil, karbonat dan
ion bikarbonat pada satu liter air dikenal sebagai total kadar alkali. Kadar
alkali sesuai nomornya konsentrasi padanan dari titratable diolh titrasi dengan
satu solusi standar dari satu asam
kuat ke titik equivalency didikte oleh pH di mana kontribusi alkali dari
hidroksida, karbonat dan bikarbonat dinetralkan.
Kadar alkali dari air
bersih menunjukkan kepada kuantitas macam-macam air yang dikombinasikan secara
bersama-sama untuk dapat mengalihkan pH ke sisi alkalin dari kenetralan. Hak
milik dari kadar alkali di air terutama disebabkan oleh buatan dari bikarbonat,
karbonat dan hidroksida dan kurang sering oleh garam asam bor, silikat dan
fosfat. Sejak CO2 secara relative melimpah pada bentuk yang berupa
gas dan terlarut, dan bikarbonat serta karbonat adalah yag umum sebagai bahan
tambang primer dari area lebar bumi, anion belakangan biasanya mendominasi
system penyanggaan dari air bersih. Kontribusi langsung ke kadar alkali oleh
hidroksida biasanya jarang pada sifat alami padahal sangat diharapkan
peranannya saat bahan gizi di perairan lemah (Wetzel;dkk, 1975).
·
Amonium-Nitrogen
Menurut Pescod (1973)
dalam Ameliawati (2003), Amonia-N yang terukur merupakan ammonia-N total (NH3
dan NH4+). Amonia dalam bentuk yang tidak terionisasi
(pH>7) relative lebih beracun terhadapa ikan daripada dalam bentuk ammonium
(NH4+). Daya racun ammonia meningkat sebanding dengan
meningkatnya pH dan kandungan CO2 bebas. Bila pH turun (lebih kecil
sama dengan 7), daya racun ammonia menurun pula. Sedangkan menurut (Sylvester
1958 in Wardoyo, 1981), bila O2 terlarut rendah, daya racun ammonia
meningkat. Kadar ammonia sebesar 1,0 mg/l menghambat daya serap hemoglobin
terhadap oksigen, ikan mati atau lemas. Sedangkan menurut (Hariyadi dan
Widigdo, 1992), sumber nitrogen yang terbesar berasal dari udara, sekitar 80%
dalam bentuk nitrogen bebas yang
masuk melalui system fiksasi biologis dalam kondisi aerobic. Nitrogen di
perairan terdapat dalam berbagai bentuk seperti : gas N2, NO2 (nitrit),
NO3 (nitrat), NH3 (amoniak), dan NH4
(ammonium) serta sejumlah besar N yang berikatan dalam organic kompleks.
·
Orthofosfat
Klasifikasi perairan
berdasarkan kadar orthofosfat adalah (0.003-0.1 mg/l) termasuk perairan
oligotropik, konsentrasi 0.011-0.03 mg/l termasuk perairan mesotrofik, dan
0.031-0.1 mg/l termasuk perairan eutrofik. Pada perairan pesisir dan paparan
benua, sungai merupakan pembawa hanyutan sampah maupun sumber fosfat daratan
lainnya sehingga konsentrasi fosfat di muara sungai lebih besar daripada
sekitarnya (Vollenweider in Wetzel, 1975) dalam Ameliawati (2003). Pada
perairan pesisir dan paparan benua, sungai merupakan pembawa hanyutan sampah
maupun sumber fosfat daratan lainnya sehingga konsentrasi fosfat di muara
sungai lebih besar daripada sekitarnya. Sedangkan menurut Boyd (1982), secara
umum kandungan fosfat meningkat terhadap kedalaman. Senyawa PO4-P
merupakan factor pembatas bila kadarnya di bawah 0.009 mg/l. Sementara pada
kadar >1.0 mg/l PO4-P dapat menimbulkan blooming. Konsentrasi
fosfor di perairan umumnya berkisar antara 0.001-0.005 mg/l.
Posfor merupakan elemen penting
dalam kehidupan karena semua makhluk hidup membutuhkan posfor dalam bentuk ATP
(Adenosin Tri Fosfat), sebagai sumber energi untuk metabolisme sel. Posfor
terdapat di alam dalam bentuk ion fosfat (PO43-). Ion Fosfat terdapat dalam
bebatuan. Adanya peristiwa erosi dan pelapukan menyebabkan fosfat terbawa
menuju sungai hingga laut membentuk sedimen. Adanya pergerakan dasar bumi
menyebabkan sedimen yang mengandung fosfat muncul ke permukaan. Di darat
tumbuhan mengambil fosfat yang terlarut dalam air tanah Herbivora mendapatkan
fosfat dari tumbuhan yang dimakannya dan karnivora mendapatkan fosfat dari
herbivora yang dimakannya. Seluruh hewan mengeluarkan fosfat melalui urin dan
feses (Ketut,2008).
·
TOM
Menurut Wetzel; dkk
(1975), bahan organic di ekosistem akuatik terbentang dari senyawa organic
terlarut untuk agregat besar dari bahan organic butiran, dan dari hidup ke
materi mati. Sebagian tersebar bahan organic ini, yaitu bahan organic dari
organism mati. Metabolisme dari bahan dan interaksi dari materi ini secara
kimiawi dan secara biologic adalah kesatuan large extent, diurus oleh ukuran
dari bahan organic. Pelarutan bahan organic dimanfaatkan oleh binatang akuatik
secara langsung, sedangkan butiran bahan organic dari satu jangkauan ukuran
tertentu mungkin menjadi salah satu sumber makanan utama.
Bahan organic dari tanah
dan perairan dapat dipandang sebagai satu campuran yang berasal dari pabriknya
dan juga dari produk hewan dalam berbagai langkah hasil dari penguraian yang
terdiri dari pengkombinasian yang memadukan secara biologis dan secara kimiawi
dari produknya, dan dari jasad renik sisa dekomposisi. Sistem kompleks ini
mungkin disederhanakan oleh pemisahan ke dalam dua kategori : nonhumic dan
unsure humat. Unsur Nonhumic adalah satu kelas dari campounds bahwa termasuk
karbohidrat, protein, peptide, asam amino, lemak dan organic lain yang memiliki
bobot rendah unsurnya. Sedangkan unsure humat membentuk kebanyakan dari bahan
organic dari tanah dan perairan. Unsur humat terdiri dari warna gelap dan
keemas-emasan campounds yang dari bobot molekul terbentang dari ratusan hingga
banyak ribuan Dalton. Unsur humat dibentuk oleh sebagian besar hasil aktivitas
mikrobia pada pabriknya dan dari bahan hewan, tetapi selanjutnya polymerization
ini dapat terjadi abiotically. Senyawa yang dihasilkan secara relative resisten
untuk keaiban mikroba selanjutnya dan cenderung untuk berada di system akuatik
(Wetzel, 1983).
·
Nitrat-nitrogen
Menurut
Wardoyo (1981) dalam Ameliawati (2003), nitrat merupakan produk akhir dari
proses oksidasi biokimia ammonia. Konsentrasi nitrat di suatu perairan selain
berasal dari proses nitrifikasi ammonia dan nitrit, juga berasal dari masukan
limbah rumah tangga, limbah pertanian yang berupa sisa pemupukan, limbah
peternakan yang merupakan sisa pakan, dan pengikatan nitrogen bebas dari udara
oleh mikroorganisme serta aliran tanah yang masuk ke laut. Sedangkan menurut
Emma (1991), secara termodinamik, nitrat merupakan senyawa nitrogen yang paling
stabil. Di beberapa perairan, nitrat digambarkan sebagai senyawa mikronutrien
pengontrol produktifitas primer di lapisan permukaan daerah eufotik. Bila
intensitas cahaya matahari yang masuk ke kolom air cukup, maka kecepatan
pengambilan nitrat (uptake) lebih cepat dari proses transportasi ke lapisan
permukaan. Kandungan nitrat-N antara <0.226 mg/l termasuk perairan dengan
tingkat kesuburan rendah, kandungan nitrat-N antara 0,227-1,129 mg/l termasuk
sedang, kandungan nitrat-N>11.30 mg/l termasuk dalam klasifikasi perairan dengan
tingkat kesuburan sangat baik.
Menurut Ketut (2008), Di alam, Nitrogen terdapat
dalam bentuk senyawa organik seperti urea, protein, dan asam nukleat atau
sebagai senyawa anorganik seperti ammonia, nitrit, dan nitrat.
Tahap pertama
Daur nitrogen adalah transfer nitrogen dari atmosfir ke dalam tanah. Selain
air hujan yang membawa sejumlah nitrogen, penambahan nitrogen ke dalam tanah
terjadi melalui proses fiksasi nitrogen. Fiksasi nitrogen secara biologis dapat
dilakukan oleh bakteri Rhizobium yang bersimbiosis dengan polong-polongan,
bakteri Azotobacter dan Clostridium. Selain itu ganggang hijau biru dalam air
juga memiliki kemampuan memfiksasi nitrogen.
Tahap kedua
Nitrat yang di hasilkan oleh fiksasi biologis digunakan oleh produsen
(tumbuhan) diubah menjadi molekul protein.
Selanjutnya jika tumbuhan atau hewan mati, mahluk pengurai merombaknya
menjadi gas amoniak (NH3) dan garam ammonium yang larut dalam air (NH4+).
Proses ini disebut dengan amonifikasi. Bakteri Nitrosomonas mengubah amoniak
dan senyawa ammonium menjadi nitrat oleh Nitrobacter. Apabila oksigen dalam
tanah terbatas, nitrat dengan cepat ditransformasikan menjadi gas nitrogen atau
oksida nitrogen oleh proses yang disebut denitrifikasi.
·
Salinitas
Salinitas
adalah jumlah (gram) zat-zat yang terlarut dalam 1 kg air laut, di mana
dianggap semua karbonat-karbonat telah diubah menjadi oksida, brom dan iodine
diganti oleh chlor dan semua bahan-bahan organic telah dioksidasi secara
sempurna. Salinitas berpengaruh terhadap densitas, kelarutan gas-gas dalam air
serta menentukan tekanan osmotic dan ionic air sebagai media internal dan
eksternal dari suatu biota akuatik. Bagi biota akuatik yang bersifat
osmoconformer, cairan internalnya selalu berubah yaitu menyesuaikan dengan
kondisi osmolaritas media hidupnya. Bagi bota yang bersifat osmoregulator,
osmolaritas internalnya dipertahankan pada tingkat tertentu sehingga tidak
berubah mengikuti kondisi osmolaritas media hidupnya (Amelawati, 2003).
Phytoplankton
di laut akan mapu tumbuh dengan baik pada kadar garam serendah 15 dibandingkan
pada kadar garam 35. Organisme stenohaline hanya akan meningkat dengan pesat
pada jangkauan dari kadar garam tersebut, contohnya e.g. Peridinium balticum
pada S=8-12 (Baltic). Sedangkan organisme euryhaline mampu hidup pada jangkauan
salinitas yang lebih luas (Millero, 2001).
3. METODOLOGI
3.1 Fungsi Alat dan Bahan
·
Suhu
Γ
Alat dan Fungsi.
- Temometer Hg : Untuk
mengukur suhu pada perairan(baik sungai atau kolam)
Γ
Bahan dan Fungsi.
- Air sampel(Sungai dan Kolam)
: Sebagai bahan uji yang diukur suhunya.
·
Kecepatan Arus
Γ
Alat dan Fungsi.
- Tali rafia(3,5m):Sebagai
pengukur kuat arus berdasarkan panjang talinya
- Botol Plastik:Sebagai
pengukur kecepatan arus di perairan
- Stopwach: Pengukur waktu
Γ
Bahan dan Fungsi.
-
Air sungai (kolam atau sungai): sebagai penentu kecepatan arus dan
sebagai pemberat
·
Kecerahan
Γ
Alat dan Fungsi.
-
Karet : Untuk menandai d1 dan d2
-
Sechi disk : Untuk menghitung tingkat kecerahan dalam perairan(sungai
dan kolam)
-
Penggaris : Untuk menghitung panjang tali pada sechi disk untuk d1
dan d2.
Γ
Bahan dan Fungsi
-
Air sungai / kolam : Sebagai bahan uji
·
Salinitas
Γ
Alat dan Fungsi.
-
Refraktometer : Untuk mengukur salinitas atau kadar garam perairan
-
Salinometer : Untuk mengukur salinitas atau kadar garam perairan
-
Woshing bottle : Sebagai tempat aquades
-
Pipet tetes : Untuk memindahkan larutan yang akan diukur salinitasnya
dalam skala kecil.
-
Beaker glass : Tempat air sampel yang akan diukur salinitasnya
-
Gelas ukur : Tempat air sampel yang akan diukur salinitasnya
Γ
Bahan dan Fungsi.
-
Aquadest : Untuk pengkalibrasi
-
Tisue : Untuk membersihkan refraktometer
-
Air sampel : Sebagai bahan uji yang diukur salinitasnya(kolam atau
sungai)
·
pH
Γ
Alat dan Fungsi
-
Kotak standar PH paper : Indikator nilai PH yang dapat digunakan untuk
mencocokan PH dengan PH paper.
Γ
Bahan dan Fungsi
-
Perairan(Sungai dan Kolam) : Sebagai bahan uji yang diukur nilai PHnya
-
PH paper : Sebagai pengukur PH perairan
·
DO
Γ
Alat dan Fungsi
-
Botol whinker 250ml : Sebagai tempat air sampel(Sungai dan Kolam)yang
akan diukur DOnya.
-
Statif : Sebagai penyangga buret
-
Buret : Untuk penitrasi
-
Pipet tetes : Untuk memindahkan larutan dalam skala kecil.
Γ
Bahan dan fungsi
-
MnSO4 : Sebagai pengikat O2 yang akan diukur
DOnya.
-
NaOH+KI : NaOH untuk membentuk endapan coklat,KI untuk melepaskan I2
-
H2SO4 pekat : Sebagai pengkondisian asam dan
melarutkan endapan yang telah terbentuk.
-
Amylum : Sebagai pengkondisian basa dan pembentuk warna biru.
-
Na2SO3 : Untuk penitrasi,pengikat I2.
-
Air sampel : Sebagai bahan uji yang diukur DOnya.
·
Karbondioksida (CO2)
Γ
Alat dan Fungsi
-
Buret : untuk penitrasi
-
Statif : Untuk menyangga buret
-
Erlenmeyer : tempat air sampel yang akan diukur CO2nya.
-
Gelas ukur : Sebagai tempat pengukuran air sampel sebelum dimasukan
dalam erlenmeyer.
-
Pipet tetes : Untuk mengambil dan memindahkan larutan dalam skala kecil
Γ
Bahan dan fungsi
-
Air sampel : Sebagai bahan uji yang diuji COnya
-
PP : Sebagai indicator suasana basa
-
Na2CO3(0,0454) : Sebagai larutan titrasi dan
pengikat CO2 bebas di perairan.
·
Alkalinitas
Γ
Alat dan Fungsi
-
Pipet tetes : Untuk mengambil dan memindahkan larutan dalam skala kecil.
-
Erlenmeyer : Tempat air sampel yang akan diukur alkalinitasnya.
-
Buret : Untuk penitrasi
-
Statif : Sebagai penyangga buret.
-
Gelas ukur : Sebagai tempat pengukuran air sampel sebelum dimasukan
dalam erlenmeyer.
-
Botol air mineral : Sebagai wadah air sampel yang diambil dari perairan.
Γ
Bahan dan Fungsi
-
Air sampel(Kolam dan Sungai) : Sebagai bahan uji yang diukur
alkalinitasnya.
-
Larutan HCL(0,02N) : Sebagai titrasi.
-
Indikator MO : Sebagai indicator asam.
·
Ammonia Nitrogen
Γ
Alat dan Fungsi.
-
Gelas Ukur : Sebagai tempat air sampel yang telah disaring
-
Kertas saring : Sebagai tempat air sampel yang telah disaring
-
Botol air mineral : Sebagai wadah air sampel yang digunkan sebagai bahan
uji yang diambil dari perairan.
-
Cuvet : Sebagai tempat
larutan baku yang ditaksir kadar ppm ammonia nitrogennya.
-
Rak tabung : Sebagai tempat cuvet
-
Timbangan : Untuk menimbang bahan yang akan diuji.
-
Pipet tetes : Untuk memindahkan larutan dalam skala kecil.
-
Larutan pembanding :
Sebagai indikator pembanding.
Γ
Bahan dan Fungsi.
-
Air sampel(Sungai dan Kolam) : Sebagai bahan uji yang akan diukur kadar
ammonia nitrogennya.
-
Pereaksi nesler : Untuk mengikat ammonia dan sebagai indicator warna
orange.
-
Aquadest : Sebagai pelarut dan pengencer.
-
HgI2100gr : Untuk membuat pereaksi nesler.
-
KI 700gr : Untuk membuat pereaksi nesler
-
NaOH 100gr : Untuk pembuat pereaksi nesler.
-
Kertas label : Untuk menandai beaker glass.
·
TOM
Γ
Alat dan Fungsi.
-
Erlenmeyer : Sebagai tempat air sampel yang akan diukur TOMnya.
-
Gelas ukur : Sebagai tempat pengukuran air sampel sebelum diukur dalam
erlenmeyer.
-
Buret : Sebagai penitrasi.
-
Statif : sebagai penyangga buret.
-
Bola hisap : Sebagai alat bantu untuk mengambil larutan dan memindahkan
larutan dalam skala besar.
-
Pipet volume : Sebagai alat untuk mengambil dan memindahkan larutan
dalam skala besar yang diambil dari bola hisap.
-
Termometer Hg : Sebagai pengukur suhu.
-
Hot plate : Sebagai tempat untuk memanaskan bahan uji.
-
Pipet tetes : Untuk mengambil dan memindahkan larutan dalam skala kecil.
Γ
Bahan dan Fungsi.
-
KMnO4 0,01N : Sebagai oksidator dan pengikat bahan organic.
-
Natrium Oxalate 0,01N : Sebagai reduktor.
-
H2SO4 (1:4) : Sebagai pengkondisian suasana asam
dan mempercepat reaksi.
-
Aquadest : Sebagai indikator pembanding.
-
Air sampel : Sebagai bahan
uji yang diukur TOMnya.
·
Orthophospat
Γ
Alat dan Fungsi.
-
Gelas ukur 25ml : Sebagai tempat pengukuran air sampel sebelum dimasukan
dalam Erlenmeyer.
-
Erlenmeyer : Sebagai tempat air sampel yang akan diukur orthofosfatnya.
-
Pipet tetes : Sebagai alat untuk mengambil dan memindahkan larutan dalam
skala kecil.
-
Cuvet : Sebagai tempat larutan baku/standart.
-
Rak tabung reaksi : Untuk meletakan cuvet.
Γ
Bahan dan Fungsi.
-
Air sampel : Sebagai bahan uji yang diukur Orthofosfatnya.
-
Amonium Molibdate : Sebagai pengubah fosfor menjadi ammonium
Fosfomolibdate.
-
SnCl2 : Sebagai indicator warna biru.
-
Orthofosfat pembanding : Sebagai standart pembanding.
-
Kertas label : Untuk menandai sampel indicator.
·
Nitrat Nitrogen
Γ
Alat dan Fungsi.
-
Larutan pembanding : Sebagai indicator pembanding.
-
Cawan porselen : Sebagai tempat untuk menguapkan larutan standart nitrat
sampai kering.
-
Woshing bottle : Sebagai tempat aquadest.
-
Gelas ukur : Sebagai tempat pengukuran air sampel sebelum dimasukan
dalam cawan porselen.
-
Beaker glass : Sebagai tempat untuk menghomogenkan larutan.
-
Cuvet : Sebagai tempat larutan baku standart.
-
Pipet tetes : Sebagai alat untuk mengambil atau memindahkan larutan
larutan dalam skala kecil.
-
Hot plate : Sebagai tempat untuk memanaskan atau menguapkan bahan uji
hingga kering.
-
Spatula : Sebagai alat untuk membantu menghomogenkan larutan.
-
Rak tabung reaksi : Untuk meletakan cuvet.
Γ
Bahan dan Fungsi.
-
Aquadest : Sebagai pelarut atau pengencer larutan.
-
Air sampel : Sebagai bahan uji yang akan dihitung dan diketahui jumlah
nitrogenya.
-
Asam Fenol disulfonik : Sebagai pelarut nitrat,mengeluarkan nitrat.
-
NaOH : Untuk mengikat minyak.
3.2 Skema kerja
3.2.1 Prosedur pengamatan sampel DO (di sungai atau
kolam)
-
- disiapkan botol DO
- dibuka tutup botol DO
- dimasukan dalam perairan (baik sungai atau kolam)
dengan kemiringan 45° dan serah dengan arus
perairan.
- ditutup saat botol DO masih berada di dalam
perairan ketika sudah penuh terisi air secara pelan-pelan.
- diangkat dari perairan dan dicek dengan cara
dibolak-balik untuk memastikan
tidak terdapat gelembung pada
botol pada botol DO.
- dibuka tutup botol DO
- ditetesi 2ml larutan MnSO4
- dihomogenkan
- ditetesi 2ml NaOH + KI
- dihomogenkan
- diendapkan 30menit
-
|
-
3.2.2 Prosedur pengukuran
kualitas air (fisika dan kimia) di sungai dan
kolam
a.
Suhu
- dimasukan kedalam perairan dengan posisi pengamat
membelakangi matahari
- ditunggu (2-3 menit) higga air raksa pada
thermometer berhenti
- dicatat hasil saat thermometer berada didalam
perairan
-
|
b. Kecepatan Arus
- diikat dengan tali rafia
- dilepas ke perairan dengan ujung tali di pegang
- dinyalakan stopwatch saat botol di hanyutkan
- ditunggu hingga panjang tali habis terbawa arus
- dimatikan stopwatch dan di catat waktu
-
|
-
-
c. Salinitas
- disiapkan
- dibuka penutup prisma
- dikalibrasi dengan aquadest
- dibersihkan dengan tissue secara searah
- ditetesi 1-2 tetes air sungai atau kolam
- ditutupi dengan kemiringan 45 agar tidak terdapat
gelembung udara
- diarahkan ke sumber cahaya
- dilihat skala kanan untuk salinitas
- dicatat hasil
-
|
|||
- disiapkan
- diambil
gelas ukur 200 ml
- diisi
sampel air ± ,3-4. bagian
- dimasukan
salinometer kedalam gelas ukur
- ditunggu
hingga salinometer tidak bergerak
angkanya
- dibaca
sklanya
-
|
-
d. kecerahan
-
- disiapkan
- dimasukan
kedalam perairan secara
perlahan-lahan hingga tidak tampak pertama kali dan di tandai
- dicatat
sebagai d1
- dimasukan
kedalam perairan hingga tidak tampak lalu di tarik perlahan ke atas
- ditarik
hingga tampak pertama kali di ukur
- ditandai
sebagai d2
-
dimasukan
kedalam persamaan , π1+π2-2.
- dicatat
hasil
-
|
-
e. DO (oksigen terlarut)
- disiapkan
dan dicatat volume botol DO
- dibuka
tutup botol
- dimasukan
dalam perairan dengan kemiringan 45
- ditutup
saat botol berada dalam perairan, jika sudah penuh
- diangkat
dari perairan dan di cek untuk memastikan tidak ada gelombang
- dibuka
tutup botol
- dimasukan
MnSo4 2 ml
- di
homogenkan
- dimasukan
NaOh + KI 2 ml untuk membentuk endapan coklat dan melepaaskan I2
-
dihomogenkan,
lalu di biarkan mengendap hingga 30 menit
- dibuang
air yang bening di atas endapan
- diberi
H2So4 pekat pada endapan yang tersisa lalu dihomogenkan
- diberi
amylum 3-4 tetes untuk pembentukan warna biru
- dititrasi
dengan Na-thiosulfat (Na2S2O3)
0.025 hingga bening pertama kali
- dicatat ml
NaS2O3 yang di pakai sebagai V titran
- dihitung
Do Mg/l = ,π π‘ππ‘πππ π₯ π π‘ππ‘πππ π₯ 1000 π₯ 8-π πππ‘ππ π·π−4.
- dicata
hasil tiap sampel (kolam dan sungai)
|
f. Karbondioksida (O2)
- disiapkan
- dimasukan kedalam
gelas ukur sebagai 25ml
- dituang
dalam erlemeyer
- ditetesi 2
tetes indikator ppdan di homogenkan
- dititrasi
dengan Na2S2O3 0,0454 N hingga berwarna merah mudah pertama kali
- dicatat ml
Na2S2O3 yang dipakai sebagai ml (titran)
- dihitung Co2 bebas mg/l = ,ππ,π‘ππ‘πππ.π₯π,π‘ππ‘πππ.π₯22π₯1000-ππ πππ π πππππ.
- dicatat
hasil tiap sampel (kolam atau sungai)
-
|
-
g. Alkalinitas
- disiapkan
- dimasukan
kedalam gelas ukur sebagai 25ml
- dituang
dalam erlemeyer
- dicek pH
untuk masing-masing sampel, jika pH – atau < 8,3 di titrasi dengan larutan
HCl 0.02 N. dengan indikator MO 2 tetes hingga terjadi perubahan warna pertama
kali (warna merah dara).
- dicatat ml
HCl yang dipakai sebagai V(HCl)
- dicatat ml
Na2S2O3 yang dipakai sebagai ml (titran)
- dihitung CaCo3 mg/l = ,π,π»πΆπ.π₯π(π»πΆπ)-ππ πππ π πππππ. x ,100-2. x 1000
- dicatat
hasil tiap sampel (kolam atau sungai)
-
|
-
h. Amonia Nitrogen
- disiapkan
- disaring
dengan menggunakan kertas saring
- dimasukan
12.5 ml ke gelas ukur
- dituang ke
beaker gelas
- ditambah
dengan pereaksi nesler (1ml)
- dihomogenkan masing-masing
- didiamkan
10 menit
- dibandingkan
masing-masing bahan uji dengan cara enaksir kadar pada ppm amonia nitrogen
standard
- dicatat
hasil masing-masing bahan uji
-
|
-
I. TOM ( Total organic matter)
- disiapkan
- diukur
dalam gelas ukur sebanyak 25 ml
- dimasukan
dalam erlemeyer
- ditambahkan
4.75 ml KMnSO4 (1.4) di homogenkan
- dimasukan
termometer Hg
- dipanaskan
diatas hot plate beserta termometer Hg di dalam suhu 70-80℃
- diangkat
dari hotplate
- ditunggu
hingga suhu turun manjadi 60-70℃
-
ditambahakan
Na oxalat 0.01 hingga tak berwarna
- dititrasi
dengan KMno4
- dicatat
hasil
|
j. Orthofosfat
- diukur
dalam gelas ukur sebanyak 25 ml
- dimasukan
dalam erlemeyer
- ditambahkan
ml amonium molybedat dan dihomogenkan
- ditambahakan
2 tetes SnCl2 dan dihomogenkan
- dituang
pada cufet
- dibandingkan
dengan larutan standard
- dicatat
hasilnya untuk tiap sampel
-
|
k. Nitrat Nitrogen
-
- disaring
dengan kertas saring sebanyak 12.5ml
- dimasukan
dalam cawan perselen
- diuapkan
diatas hotplate hingga kering dan menguap
- didiginkan
agak terbentuk kerak
- ditambahkan
,1-2. ml asam penoldisulfat
- diaduk
dengan spatula
- dituang
dalam beaker glass dan diencerkan dengan 5 ml aquades
- ditetesi
NH4OH hingga terbentuk warna dan di encerkan dengan aquades hingga 25 ml
-
dibandingkan
dengan larutan standard yang telah dibuat dan diukur spekfotometernya
- dicatat
hasil tiap-tiap sampel
-
|
l. pH
- disiapkan
pH paper
- dimasukan
pH paper kedalam masing-masing perairan
- ditunggu
sekitar 2-3 menit
- dikibaskan
hingga stengah kering
- dicocokan
perubahan warna pH paper dengan kotak standart
- dicatat
tiap hasil pada masing-masing perairan
|
3.2.3 Prosedur
Penggunaan Spektrofotometer
|
• dihubungkan dengan stop
kontak dengan arus AC 220 V.
• diteka power "ON /
OFF" dan ditunggu hingga muncul angka 0 pada layar.
• muncul "
MENTHOD" lalu ditekan sesuai dengan program yang diinginkan.
• disesuaikan panjang
gelombang (1 nm) dengan cara memutar pengatur panjang gelombang.
• ditekan " READ
ENTER" maka muncul nama yang diuji.
• ditekan " SHIFT
TIME".
• dimasukkan botol blanko
pada sel holder jika periodik tim selesai.
• ditekan " CLEAR
ZERO" maka pada layar muncul "WAIT" kemudian muncul 0,00 mg/l
• dikeluarkan botol sampel
blanko dari sel holder,kemudian diganti dengan botol sampel air yang akan
diukur.
• ditekan " RED ENTER
" dan ditunggu beberapa saat.
• dicatat angka hasil
analisa parameter.
• ditekan "CONFIG
MENF2" 2 kali jika akan melakukan uji ulang sehingga akan muncul
"METHOD".
•
|
3.3 Analisa Prosedur
3.3.1 Pengambilan Sampel DO di kolam
Langkah awal
dalam melakukan pengambilan sampel DO di kolam adalah disiapkan alat, yaitu :
botol DO sebagai wadah sampel air kolam, biuret sebagai wadah Na2S2O3
dalam proses titrasi, satitif sebagai penangga biuret saat titrasi, pipet tetes
untuk mengambil larutan dalam skala kecil, corong untuk membantu memasukkan Na2S2O3
ke dalam biuret, beakerglass sebagai wadah larutan MnSO4,
NaOH + KI, H2SO4. Bahan-bahanyan adalah air
sampel kolam sebagai air yang diukur kadar DOnya, MnSO4 untuk
mengikat O2, NqOH + KI untuk membentuk endapan coklat dan
melepas I2, N2SO4 sebagai indikator suasana
asam dan warna orange, amilum sebagai indikator suasana basah dan warna ungu, Na2S2O3
sebagai penetrasi larutan, tissue untuk membersihkan alat, kertas label
untuk menandai alat agar tidak tertukar.
Kemudian botol
DO dimasukkan ke dalam air kolam dengan posisi miring 45° untuk memudahkan
pengambilan air agar tidak ada gelembung udaranya. Lalu botol DO dimasukkan di
dasar air kolam dan ditutup dengan tutup botol DO. Setelah itu, botol DO
dibolak-balik untuk memeriksan ada atau tidak gelembung udaranya. Bila msih
terdapat gelembung udara maka harus di ulangi kembali.
3.3.2 Prosedur Pengukuran Kualitas Air
- Parameter Fisika
a. Suhu
Langkah awal dalam melakukan pengkuran suhu di air kolam adalah
disipakan alat yaitu: Termometer Hg untuk mengukur suhu perairan bahanya yaitu
perairan kolam sebagai tempat yang diukur suhunya.
Langkah selanjutnya Termometer Hg dimasukkan ke dalam air selama 1
sampai 2 menit dengan membelakangi cahaya matahari agar suhunya tidak berubah.
Di usahakan tidak menyentuh badan agar tidak mempengaruhi suhu pada Termometer
Hg. Kemudian di angkat dari perairan dan dibaca dengan cepat agar suhunya tidak
berubah dan catat hasilnya.
b. Kecepatan arus
Langkah awal yang harus disiapkan yaitu : 2 botol film sebagai
pelampung (salah satunya diisi air) agar massa jenisnya sama dengan massa jenis
air, tali raffia 3,5 m untuk mengikat botol dan dihitung sebagai s, stopwatch
untuk menghitung waktu sampai tali raffia renggang (t). Bahannya yaitu air
kolam sebagai pengisi botol, perairan kolam sebagai tempat yang diukur
kecepatan arusnya.
Langkah selanjutnya, 2 botol film diikat dengan tali rafia, kemudian
diisi dengan air pada salah satu botol sebagai pemberat agar tenggelam. Lalu
dijatuhkan pada perairan kolam dan dihitung waktunya saat botol menjauhi tali
rafia menegang dengan stopwatch dan dihitung dengan rumus V= s/t, lalu dicatat
hasilnya.
c. Kecerahan
Langkah awal disiapkan alat yaitu secchi disk untuk mengukur kecerahan pada perairan,
tali tambang untuk mengikat tali secchi disk, karet gelang untuk menandai d1
dan d2, perairan kolam sebagai tempat yang diukur dengan tingkat kecerahannya.
Langkah selanjutnya, secchi disk di masukan hingga tidak tampak
pertama kali dan ditandai dengan karet gelang (d1). Kemudian secchi disk
dimasukan lebih dalam hingga benar – benar tidak tampak dan ditandai dengan
karet gelang (d2). Lalu secchi disk diangkat dari perairan. Kemudian diukur
dengan penggaris tingginya d1 dan d2. Setelah di dapat hasilnya, kemudian
dihitung dengan rumus d1 + d2/ 2 dan dicatat hasilnya.
- Parameter Kimia
a. pH
Langkah awal pengukuran pH disiapkan alat, yaitu: pH paper untuk
mengukur besarnya pH perairan kolam, kotak pH standart untuk mencocokan warna
pH. Bahannya yaitu perairan kolam untuk tempat yang diukur besar pH nya.
Selanjutnya pH paper dicelupkan ke dalam perairan dan ditunggu 1-2
menit. Lalu diangkat dan dikibaskan sampai agak kering lalu dicocokan dengan
kotak pH standart. Lalu dicatat hasilnya.
b. Karbondioksida (Co2 )
Langkah awal pengukuran karbondioksida disiapkan alat yaitu
Erlenmeyer sebagai wadah larutan saat titrasi, gelas ukur untuk mengukur volume
larutan, biuret sebagai wadah Na2CO3 saat titrasi, statif
sebagai penyangga biuret, beaker glass untuk wadah larutan, pipet tetes untuk
mengambil larutan dalam skala kecil. Bahannya yaitu Na2CO3
0,0454 N untuk menitrasi larutan, PP indikator basa dan CO2 bebas,
air sampel kolam bahan yang diuji kadar CO2, kertas label untuk
menandai alat agar tidak tertukar.
Selanjutnya, diambil air sampel kolam. Kemudian diambil 25ml dengan
menggunakan gelas ukur dan dimasukan ke dalam Erlenmeyer. Lalu dideteksi PP
untuk mengikat CO2 bebas sebanyak 1-2 tetes dengan menggunakan pipet
tetes. Kemudian dititrasi dengan Na2CO3 untuk menitrasi
larutan hingga berwarna pink pertama kali. Setelah itu dihentikan proses
titrasi dan dicatat ml Na2S2CO3 0,0454 yang digunakan
rmus V1-V2. Lalu dihitung dengan rumus CO2
(mg/l) = mL (titran) )*N(titran)*22*100/mL air sampel dan dicatat hasilnya.
c. Alkalinitas
Diukur
air sample sebanyak 25ml dengan gelas ukur dan dimasukkan ke dalam erlenmayer.
Sebelumnya di cek dulu pHnya. Apabila pH lebih dari 8,5 air sample di beri
indicator PP dan dititrasi dengan larutan HCl 0,02 N sampai warna merah yang
terbentuk tepat hilang lalu ditambahkan 3 tetes indicator MO (Metil Orange) dan
dititrasi.
Apabila
pHnya kurang dari 8,3 air sampel ditirasi dengan larutan HCl 0.02N yang
berfungsi untuk titrasi dan diberi 2 tetes indicator asam. Dicatat volume HCl
yang digunakan sampai warna Orange pertama kali. Dan dihitung kadar alkalinitas
dengan rumus :
Alkalinitas MO2 (,ππ-πΏ.) = ,ππ»πΆπ .
π π»πΆπ-π π΄ππ ππππππ. x ,100-2. x 1000
d. Ammonia
Nitrogen
Air
sampel disaringdan diukur 25ml dalam gelas ukur agar bahan dan partikel –
pertikel terambil. Lalu dimasukkan ke dalam beaker glass 100ml, kemudian
ditambahkan pereaksi nessler ke dalam air untuk mengikat dan indicator warni
kuning lalu dimasukkan ke dalam cufet. Ditunggu atau didiamakan ±10 menit agar terbentuk warna sempurna dan terjadi
endapan. Dicocokkan dengan larutan baku standart yang telah dibuat. Dicatat
nilai kadar amonianya.
e. TOM
(Total Organic Matter)
Mula –
mula air sampel diukur 25ml dengan
menggunakan gelas ukur, dan dimasukkan ke dalam erlenmayer. Air sampel tersebut
ditambahkan 4,75ml KMnSO4 dari buret bertujuan untuk indikator atau
pereduksi pengikat bahan organic, lalu ditambahkan 2ml H2SO4
(1:4) dengan pipet tetes untuk pengkondisian suasana asam dan mempercepat
reaksi. Kemudian dipanaskan diatas hot plate sampai suhu mencapai 70°−80 ℃. Setelah itu, diangkat dan ditambahkan Na-Oxalate
0,01N sebagai reduktor setelah suhunya turun mencapai 60°−70 ℃ sampai tidak berwarna. Dititrasi
dengan KMNO4 sampai warna pink pertama kali, lalu dicatat volume
titrasinya sebagai X dan dicatat pula volume titrasi aquadest sebagai Y. kadar
TOM dapat dihitung dengan rumus :
TOM (,ππ-πΏ.) = ,,π−π. .3,16
.0,01 .1000-π π΄ππ ππππππ.
f. Orthophospat
Air
sample diukur dengan gelas ukur sebanyak 12,5ml dan dituang ke dalam
erlenmayer. Ditambahkan 0,5ml ammonium molybdate yang berfungsi mengubah fosfor
menjadi ammonium fosfomolyndate dan membentuk ammonium fosfomolybdate lalu dihomogenkan. Ditambahkan 1 tetes SnCl2
untuk indikator warna biru lalu dihomogenkan kembali. Setelah itu dihitung
kadar orthophospatnya dengan spectrometer atau dibandingkan warna biru dengan larutan
baku yang telah dibuat.
g. Nitrat
Nitrogen
Air
sampel diukur 25ml dengan gelas ukur dan dituang kedalam cawan porselen lalu
diuapkan diatas hot plate sampai kering dan membentuk kerak nitrat nitrogen.
Kemudian didinginkan, setelah dingin ditambah 0,5ml asam fenol disulfonik
sebagai pelarut nitrat atau lemak, diaduk dengan spatula sampai kerak larut
kemudian diencerkan dengan 2,5ml aquadest dan ditambahkan asam fenol
disulfonik, diaduk kembali. Diencerkan lagi dengan 2,5ml aquadest lalu
ditambahkan NH4OH untuk mengikat lemak sampai terbentuk warna.
Diencerkan kembali dengan aquadest 2,5ml dimasukkan ke dalam tabung cufet lalu
dibandingkan dengan larutan standaart atau larutan baku yang telah dibuat.
3.3.3. Prosedur Penggunaan Refraktometer
Sebelum
digunakan, refraktometer dikalibrasi dengan aquadest terlebih dahulu agar
netral nilainya.Lalu dibersihkan kaca prisma dengan tissue secara searah agar
kaca tidak tergores.Kemudian di tetesi 1-2 tetes air sampel,dan ditutup dengan
kemiringan 450 agar tidak ada gelembung. Kemudian di baca nilai
salinitas skala yang diarahkan pada sumber cahaya (matahari).Didapatkan hasil.
3.3.4.
Prosedur Penggunaan Salinometer
Untuk
salionometer diambil air sampel di dalam beaker glass 200 ml kurang lebih ¾
bagian saja. Dimasukkan salinometer ke dalam gelas ukur dan di tunggu hingga
salinometer tidak bergerak. Kemudian dibaca skala nilai salinitasnya.
3.4. Tipe Golongan Air
Tipe
golongan air menurut standar air bersih yaitu:
1.
Kelas A : sebagai air baku untuk keperluan air minum
2.
Kelas B : untuk mandi, minum, pertanian, dan air yang terlebih dahulu
dimasak
3.
Kelas C : unutk perikanan
Tipe golongan air sebagai
peruntukan air menurut pemerintah :
a.
Sumber air digunakan sebagai air bersih secara langsung tanpa diolah
b.
Sebagai air baku untuk diolah menjadi air bersih dan untuk keperluan
rumah tangga
c.
Air yang dapat digunakan untuk perikanan dan peternakan
d.
Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, industri, listrik
tenaga air dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perhutanan
e.
Merupakan air yang tidak dapat digunakan untuk keperluan pada golongan
a, b, c dan d
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data
Hasil Pengamatan Faktor Fisika Dan Kimia
No
|
Parameter
|
Hasil
|
|
Air Sungai
|
Air Kolam
|
||
1
|
Suhu
|
24oc
|
25oc
|
2
|
Kecepatan Arus
|
1,06 m/s
|
0,012 m/s
|
3
|
Kecerahan
|
22 cm
|
27,5 cm
|
4
|
Ph
|
8
|
8
|
5
|
DO
|
14,79 mg/L
|
4,63 mg/L
|
6
|
CO2
|
9,988 mg/L
|
20 mg/L
|
7
|
Alkalinitas
|
44 mg/L
|
72 mg/L
|
8
|
Amonium Nitrogen
|
3,125 ppm
|
1,25 s/d 2,5 ppm
|
9
|
TOM
|
69,52 mg/L
|
29,072 mg/L
|
10
|
Ortofosfat
|
0,25 mg/L
|
0,1 s/d 0,25 mg/L
|
11
|
Nitrat Nitrogen
|
0,6 mg/L
|
0,2 s/d 0,5 mg/L
|
12
|
Salinitas
|
0 ppm
|
0 ppm
|
4.2. Perhitungan-Perhitungan pada Air Kolam
4.2.1.
Parameter Fisika
a) kecepatan arus
diketahui : s = 3,5 m
t= 5
menit =300s
ditanya :
v=….?
Jawab
: ,3,5-300. = 0,012 m/s
b)
kecerahan
diketahui : ,D-1.= 20 cm
,D-2.= 15 cm
Ditanya : kecerahan
=…….?
jawab : kecerahan = ,,π·-1 .π ,π·-2.-2.
jawab : kecerahan = ,,π·-1 .π ,π·-2.-2.
= ,20+15-2. = 27,5 Cm
c)
Suhu : , 27-0.C
4.2.2. Parameter Kimia
a) pH = 8
b)
Oksigen terlarut / DO
Diketahui
: N titran = 0,025 N
,v-1. = 0 ml
, v-2. = 5,7 ml
V
botol DO = 250 ml
Jawab
: DO (Mg/L) = ,π£ ,π‘ππ‘πππ.π₯
π ,π‘ππ‘πππ.π₯ 8 π₯1000-π£ πππ‘ππ π·π−4.
=,,5,7−0.π₯ π,025 π₯ 8 π₯ 1000-246.
=,5,7 π₯ 0,025 π₯ 8 π₯ 1000-246.
=,1140-246.
= 4,63 mg/L
c)
Karbondioksida (CO2)
diketahui : v1 := 2,1 mL
v2
= 2,6 mL
ditanya
: kadar CO2 ….?
Jawab : CO2 bebas (mg/L) = ,ππΏ ,π‘ππ‘πππ. π₯ π ,π‘ππ‘πππ.π₯ 22 π₯
1000-ππΏ πππ π πππππ.
=,,2,6−2,1.π₯ 0,0434 π₯22 π₯ 1000-25.
=,0,5 π₯ 0,0454 π₯22000-25.
= ,499,4-25.
= 19,97 = 20 mg/L
d)
Alkalinitas
diketahui
: V1 Hcl
= 8,8 mL
V2 Hcl
= 10,6 mL
mL air sampel = 25 mL
N Hcl
= 0,02 N
Ditanya : Alkalinitas……?
Jawab :
CaCo2 (mg/L) =,π£ ,π»ππ.π₯ π
(π»ππ)-ππΏ πππ π πππππ. x ,100-2. x 1000
=,,10,6−8,8.π₯ 0,02 -25. π₯ ,100-2. x 1000
=,0,036-25. x 50 x 1000
=0,00144 x 50000
= 75 mg/L
e)
Amoniak Nitrogen = 0,2 – 0,5 = 0,3 mg/L
f)
TOM
diketahui : x
= 7 mL
y
= 4,7 mL
mL air sampel = 25 mL
N KMno4 = 0,01 N
,1-5. dari BM KMno4 = 31,6
Ditanya : TOM …..?
Jawab : TOM (mg/L) = ,,π₯−π¦.π₯ 31,6 π₯ 0,01 π₯ 1000-ππΏ πππ π πππππ.
=,,7−4,7.π₯ 31,6 π₯ 0,01 π₯1000-25.
=,2,3 π₯ 31,6 π₯ 0,01 π₯ 1000-25.
=,726,8-25.
= 29,072 mg/L
g)
Orthofosfat : 0,1 – 0,25 mg/L
h)
Nitrat Nitrogen : 0,2 – 0,5 mg/L
i)
salinistas : 0 ppm
4.3. Perhitungan-perhitungan
pada air sungai.
4.3.1. Parameter
Fisika.
a).
Suhu : 24oc
b).
Kecepatan Arus
Diketahui s : 3,5 t : 3,3
Ditanyakan
: v ….?
Jawab
= ,π -π‘.= ,3,5-3,3.=1,06,ππ-πΏ.
c).
Kecerahan.
Diketahui
: D1 = 25 cm D2
= 19 cm
Ditanyakan
: Kecerahan ….?
Jawab
= Kecerahan = ,,π·-1+ ,π·-2..-2.= ,25 + 19-2.=22 ππ
4.3.2. Parameter
Kimia
a).
Ph = 8
b).
DO
Diketahui
: N = 0,025 v
botol DO = 250 ml v
titran = 18,5 ml
Ditanya
: DO ….?
Jawab
= DO = ,π£ ,π‘ππ‘πππ.π₯ π ,π‘ππ‘πππ.π₯
8 π₯ 1000-π£ πππ‘ππ π·π−4.= ,18,2 π₯ 0,025 π₯ 8 π₯ 1000-250−4.=14,29 ,ππ-πΏ.
c).
Karbondioksida (CO2).
Diketahui
: ML (titran) : 0,25 N
(titran) = 0,0454 ml
air = 25 ml
Ditanyakan
: CO2 ….?
Jawab
CO2 bebas = ,ml ,titran. x N ,titran.x 22 x 1000-ml air sampel .=
,0,25 x 0,0454 x 22 x 1000-25.
=9,988 ,mg-L.
d).
Alkalinitas.
Diketahui
: v Hcl = 1,1 ml N
Hcl = 0,02 air
sampel = 25 ml
Ditanyakan
: CaCo3 ….?
Jawab
CaCo3 = ,v ,Hcl. x N (Hcl)-ml air sampel. x ,100-2. x 1000= ,1,1 x 0,02-25. x ,100-2.
x 1000=44 ,mg-L.
e).
Amoniak Nitrogen = 3,125 ppm
f).
TOM.
Diketahui
: x = 6,3 ml y
= 0,8 ml air
sampel = 25 ml
Ditanyakan
= TOM ….?
Jawab
TOM = ,, x−y . x 31,6 x 0,01 x 1000-ml air sampel.= ,,6,3−0,8.x 31,6 x 0,01 x
1000-25 ml.= ,1738-2.
=69,52 ,mg-L.
g).
Orthofosfat = 0,25 mg/L
h).
Nitrat Nitrogen = 0,6 mg/L
i).
Salinitas = 0 ppm
4.4 Analisa Tiap Parameter
(Fisika dan Kimia di sungai atau di kolam)
4.4.1. Parameter
Fisika
a. Suhu
Berdasarkan hasil pengamatan, suhu air kolam pada praktikum ini
adalah 25°C. Menurut Effendi (2003) kisaran suhu optimum untuk pertumbuhan
fitoplankton dari perairan adalah 20°C - 30°C hal ini menunjukkan bahwa suhu
air sungai yang di amati mempunyai kesuburan fitoplankton yang optimum dan
mengidentifikasikan bahwa perairan tersebut tergolong subur atau memiliki
kisaran normal kualitas air untuk air tawar.
b. Kecepatan Arus
Kecepatan arus pada kolam adalah 0.012 m/s diperoleh dengan rumus V
= ,π -π‘. menurut subdit PBSK (2009) besarnya kecepatan arus
yang ideal adalah antara 20-40 m/detik. Berdasarkan hal tersebut, dapat
dikatakan bahwa kecepatan arus di sungai tersebut relative ideal, meskipun
hanya mencapai standart minimum.
c. Kecerahan
Kecerahan
pada kolam adalah 27,5 cm yang diperoleh dari rumus ,π1+π2-2.. Nilai kecerahan dinyatakan dalam satuan meter. Nilai ini sangat dipengaruhi oleh
keadaan cuaca, waktu pengukuran.
Kekeruhan dan padatan tersuspensi, serta ketelitian orang yang melakukan
pengukuran kecerahan. Sebaiknya
dilakukan pada saat cuaca cerah (Effendi,2003).
4.4.2. Parameter Kimia
a. pH
Pada
pengamatan dikolam diperoleh pH e.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Novorry dan Olem (1994) dalam Effendy
(2003), yang menyatakan bahwa sebagian besar biota akuatik sensitive terhadap
perubahan pH dan menyukai nilai pH 7-8,5.
b. DO
Kadar
oksigen terlarut dalam kolam adalah 4,63 Mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa air kolam tersebut golongan
perairan yang sehat. Hal ini
sesuai dengan pendapat Effendi (2003), sedangkan criteria kualitas air golongan
yaitu yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan disyaratkan
> 3.
c. Karbondioksida
Dari
hasil pengukuran dan perhitungan menunjukkan bahwa kadar karbondioksida pada
air sungai adalah 20 mg/L. Hal ini sesuai dengan pendapat Effendi (2003) yang
menyebutkan bahwa perairan yang diperuntukan bagi kepentingan perikanan
sebaiknya mengandung kadar CO2 bebas.
d. Alkalinitas
Pada
uji alkalinitas diperoleh hasil 72 mg/L.
Hal ini sesuai dengan
pendapat Effendi (2003), nilai alkalinitas perairan alami hampir tidak
ada / tidak pernah melebihi 50 mg/L CaCo3, perairan dengan nilai
alkalinitas yang terlarut tinggi tidak terlalu disukai oleh organism akuatik
karena besarnya diikuti dengan nilai kesadahan yang tinggi atau kadar garam
natrium yangh tinggi.
e. Amonia
Nitrogen
Pada
uji Amonia Nitrogen sebesar 1,25 3/d
2,5 ppm. Menurut Effendy (2003), kadar ammonia yang berlebih kurang baik untuk
keperluan perikanan dan peternakan. Hal ini menunjukkan bahwa perairan tersebut
kurang baik, karena kadar air ammonia Nitrogen berlebih.
f. TOM (Total Organic Metter)
Pada pratikum digunakan ,πΎπππ-4. untuk metitrasi air sampel sebesar 3,5 ml, pada air
sungai dan 1 ml pada air kolam dijadikan x.
volume titran pada aquadest 0,8 ml sebagai y,
dan 25 ml air sampel. Setelah itu dilakukan perhitungan dengan rumus : ,πΆππΆπ-2. ,,ππ-π..=,,π₯−π¦.x 31,6 x 0,01 x
1000-ππ πππ π πππππ.. Sehingga didapat hasil 34,12,ππ-π. untuk air sungai dan 12,64,ππ-π.untuk air kolam. Pada air sungai
kadar TOMnya tinggi. Hal ini disebabkan karena air sungai tersebut sering
digunakan untuk aktifitas sehari-hari warga sekitar, sehingga sungai tercemar
limbah. Limbah merupakan sumber dari TOM.
Pada penelitian ini didapatkan bahwa nilai bahan organik pada setiap
perlakuan berbeda-beda dimana nilai bahan organik tersebut berkisar antara 7,42−9,25,ππ-π. (Listiya, 2011).
g. Orthophospat
Pada praktikum orthofosfat setelah
dilakukan pengukuran pada sampel air kolam dan air sungai kemudian dibandingkan
secara visual pada larutan baku standart. Hasil yang diperoleh yaitu 0,1 ppm
pada air kolam dan 025 ppm pada air sungai. Fosfat dalam perairan berguna untuk
membentuk dinding sel pada fitoplankton.
Hasil pengukuran fosfat berkisar
antara 0,103−0,395,ππ-π., menurut Chu (1943) dalam
Arfiati, (I992) dalam Widya (2008), fosfat yangd ibutuhkan untuk
pertumbuhan alga air tawar berkisar antara 0,9−1,8,ππ-π..
h. Nitrat Nitrogen
Setelah dilakukan perbandingan
secara visual pada larutan baku standart dengan air sampel kolam dan sungai
diperoleh hasil 0,05 ppm pada air kolam dan 0,25 ppm pada air sungai. Kadar
Nitrogen optimal pada suatu perairan yaitu sebesar < 1 ppm. Jika melebihi
dari itu makan akan terjadi eutrofikasi pada perairan tersebut. Sumber-sumber
nitrat yaitu udara, sisa metabolisme, dan hasil viksasi bakteri.
Kisaran nitrat yang baik untuk
pertumbuhan perifiton antara 0,01−5,ππ-π. (Parson dan Takeshi, 1997 dalam
Setyarini, 2002 dalam Widya, 2008).
i. Salinitas
Pada saat pengukuran salinitas air kolam dan air sungai
didapatkan hasil 0 ppt pada keduanya dengan menggunakan refraktometer. Hal
tersebut karena kedua sampel merupakan perairan tawar sehingga memiliki
salinitas 0 ppt. faktor-faktor yang mempengaruhi salinitas yaitu penguapan, air
hujan, dan suhu.
Salinitas merupakan bagian dari
sifat fisik-kimia suatu perairan. Selain suhu, pH, subtrat dan lai-lain.
Salinitas dipengaruhi oleh pasang-surut, curah hujan, penguapan, preseipitasi
dan topografi suatu perairan. Akibatnya, salinitas suatu perairan dapat sama
atau berbeda dengan perairan lainnya, misalnya perairan darat, laut dan payau.
Kisaran salinitas air laut adalah 30 – 35‰, estuari 5 - 35‰ dan air tawar 0,5 –
5‰ (Salmin, 2005).
4.5. Hubungan antar
parameter
4.5.1 Suhu dan DO
Peningkatan suhu perairan sebesar
10°C menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen oleh organisme akuatik
sekitar 2-7 kali lipat. Peningkatan suhu di sertai dengan penurunan kadar
oksigen terlarut, sehingga keberadaan oksigen sering kali tak mampu mengambil
kebutuhan organisme untuk melakukan proses metabolisme dan respirasi
(Effendi,2003).
4.5.2 Alkalinitas dan pH
Nilai alkalinitas sangat
dipengaruhi oleh pH.Alkalinitas berperan sebagai sistem penyangga(buffer) agar
perubahan pH tidak terlalu besar.Jadi kenaikan nilai alkalinitas diikuti dengan
nilai peningkatan Ph (Effendi,2003).
4.5.3 pH,amonia, dan suhu
Amonia di perairan dapat
menghilang melalui proses vertilisasi karena tekanan parsial amonia dalam
larutan meningkat dengan semakin meningkatnya pH.Hilangnya amonia ke atmosfer
juga dapat meningkat dengan meningkatnya kecepatan angin dan suhu
(Effendi,2003).
4.5.4 Karbondioksida dan pH
Apabila pH dalam suatu akuarium
dikendalikan oleh karbondioksida dari pH,maka hubungan pH dan CO2 terlarut akan merupakan
hubungan yang tetap(Poppo,2010).
4.5.5 Hubungan DO dan Kecepatan Arus
Analisis korelasi antara kecepatan
arus terhadap oksigen terlarut di Sungai Selagen menunjukkan korelasi positif
(r= 0,06402,p <0,05).Ini berarti semakin tinggi arus maka akan meningkatkan
kandungan oksigen terlarut dan hubungan antara kecepatan arus air dengan
kandungan CO2 berkorelasi negatif (r= -0,6950, p < 0,05).Jadi, semakin
tinggi arus air maka kandungan CO2 semakin rendah (Fauzi,2001).
4.5.6 Hubungan DO dengan Salinitas
Menurut Goldman dan Home(1983)
dalam Fauzi (2001) ,pada sungai Selagan salinitas berkorelasi negatif terhadap
kandungan oksigen terlarut (r=-0.9396,p< 0,01) dan salinitas berkorelasi
positif terhadap daya hantar listrik,CO2 dan alkalinitas.Salinitas hanya faktor
minor terhadap konsentrasi oksigen terlarut.
4.5.7 Hubungan pH dan TOM
Menurut Wardana (2001) dalam Poppo
dkk (2010),derajat keasaman (pH) pada air limbah industri perikanan di bawah
baku mutu yaitu nilai pH= 5,6. Sedangkan nilai pH menurut Pengula Bali no.8
tahun 2007 adalah 6,9. Rendahnya nilai pH disebabkan oleh proses penguraian
bahan organik dalam limbah oleh bakteri anaerob yang menghasilkan asam organik.
Kondisi anaerob dengan zat organik yang mengandung nitrogen dan belerang
menyebabkan peningkatan asam sulfida dan amonia sehingga senyawa tersebut akan
menyebabkan terjadinya penurunan nilai pH.
4.4.8 Hubungan DO dengan
TOM
Menurut Wardana (2001) dalam Poppo
dkk (2001) nilai BODS dan COD menunjukkan nilai yang melebihi standard baku
mutu. Untuk nilai BOD adalah 372,49 mg/l dan nilai COD adalah 760,49 mg/l.
Sedangkan menurut Pergub Bali no.8 tahun 2007, bahwa nilai baku mutu limbah untuk
parameter BODS dan COD adalah 75 mg/l dan 100 mg/l.Semakin banyak bahan buangan
organik yang ada di dalam air, semakin sedikit sisa kandungan oksigen yang
terlarut di dalamnya.
4.4.9 Hubungan
CO2,Alkalinitas,Salinitas,Kecepatan Arus dan DO
Menurut Fauzi ( 2001) kandungan
karbondioksida dan alkalinitas di bagian hilir Sungai Selagan kecenderungannya
semakin tinggi. Hal ini di perkirakan karena adanya pelepasan CO2 akibat dari
proses respirasi dan peningkatan logam-logam alkali adanya pengaruh salinitas.
Pada bagian hilir sungai kandungan karbondioksida tinggi karena kecepatan arus
air lambat dan bahan organik yang masuk ke sungai makin banyak, sehingga proses
dekomposisi meningkat. Proses dekomposisi akan menyebabkan penurunan O2 dan
meningkatkan kandungan CO2. Kandungan alkalinitas yang tinggi di hilir akibat
dari kelarutan logam-logam alkali meningkat karena adanya perubahan salinitas.
4.4.10 Hubungan TOM dan
amonia nitrogen
Menurut Effendi (2003) dalam
Ariasih (2008) sumber amonia di perairan adalah pemerahan nitrogen organik
(protein dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat di dalam air yang
berasal dari dekomposisi bahan organik (tumbuhan dan biota akuatik yang telah
mati ) serta adanya tinja biota akuatik. Amonia merupakan racun bagi perairan,dimana
daya racun akan meningkat dengan naiknya pH.
Plankton adalah organisme yang berukuran kecil yang
hidupnya terombang-ambing oleh arus. Mereka terdiri dari makhluk hidup yang
hidupnya sebagai hewan (zooplankton) dan sebagai tumbuhan (fitoplankton).
Zooplankton adalah hewan-hewan laut yang planktonik, sedangkan fitoplankton
terdiri dari tumbuhan laut yang bebas melayang dan hanya dalam laut serta mampu
berfotosintesis. Plankton merupakan pakan alami larva organisme perairan.
Sebagai produsen utama di perairan adalah fitoplankton, sedangkan konsumen
zooplankton adalah larva ikan, udang, kepiting dan sebagainya. Produsen adalah
organisme yang memiliki kemampuan untuk menggunakan sinar matahari sebagai
sumber energi dalam melakukan aktifitas hidupnya (Purnailmawan, 2009).
Perifon merupakan hewan yang ukurannya sangat kecil
(mikroskopis) oleh karena itu perifon tidak dapat dilihat oleh mata tanpa
bantuan mikroskop. Perifon adalah tumbuhan atau hewan yang tumbuh dan menempel
pada obyek yang tenggelam (E.P Odum, 1998 dalam Rijal Purnailmawan, 2009).
Benthos merupakan organisme yang melekat atau
beristirahat pada dasar endapan. Benthos dapat dibedakan berdasarkan makanannya
menjadi pemakan penyaring seperti kerang dan pemakan deposis seperti siput (E.P
Odum, 1971 dalam Purnailmawan, 2009).
Nekton merupakan organisme yang dapat bergerak dan
berenang dengan kemauan sendiri (dengan demikian dapat menghindari jaringan
plankton). Contoh seperti ikan, amphibi, serangga air besar dan lain-lain (E. P
Odum, 1998 dalam Purnailmawan, 2009).
Organisme yang tinggak atau beristirahat di atas
permukaan air yang pergerakannya arus (E.P Odum, 1998 dalam Purnailmawan,
2009).
Tumbuhan air adalah tumbuhan yang tinggal disekitar
air dan di dalam air berfungsi sebagai penghasil energi. Tumbuhan air dapat
dikelompokkan menjadi terreserial plants adalah tumbuhan air yang seluruh
organnya tertutup air; omerged plants adalah tumbuhan air; floating plants
adalah tumbuhan air yang bagian akarnya dan batangnya berada di dalam air,
sedangkan daunnya mencuat ke permukaan air dan submerged plants adalah tumbuhan
air yang seluruh bagian tubuhnya berada di dalam air (E.P Odum, 1998 dalam
Purnailmawan, 2009).
5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dalam praktikum Limnologi tentang
Analisa Kualitas Air adalah sebagai berikut:
·
Limnologi berasal dari bahasa Yunani “limnos”
artinya artinya genangan air, yang berarti bisa kolam, rawa atau danau.
·
Limnologi mempelajari tentang sistem perairan, didalamnya termasuk danau
dan kolam air tawar, danau dan kolam air asin, rawa, sungai dan aliran.
·
Parameter kualitas air ada tiga, yaitu parameter fisika, kimia dan
femerbiologi.
·
Suhu yaitu derajad panas atau dingin dari suatu benda.
·
Kecerahan yaitu ukuran transparansi perairan yang diukur secara visual.
Faktor kecerahan antara lain sinar matahari, kekeruhan, padatan tersuspensi dan
batang pandang. Lapisan kecerahan yaitu eufotik (banyak cahaya), disfotik
(sedang), dan afotik (sedikit cahaya atau gelap). Rumus dari kecerahan = ,π1+π2-2. , dengan keterangan d1 sebagai kedalaman pertama
dan d2 sebagai kedalaman kedua.
·
Oksigen Terlarut (DO) dipengaruhi oleh topografi, fotosintesis, tetesan
air hujandan arus yang tinggi maka DO juga semakin tinggi. Sumber dari DO
antara lain dari hasil fotosintesis, arus dan difusi udara. Rumus perhitungan
DO (mg/l) = ,ππ‘ππ‘πππ
π₯ ππ‘ππ‘πππ π₯ 8 π₯ 1000-π πππ‘ππ π·π−4.
·
Karbondioksida. Diperairan berfungsi sebagai pengaturan PH perairan
dimana makin banyak CO2 maka PH perairan makin asam. Selain itu CO2
berfungsi untuk proses fotosintesa dan pembentukan karang/cangkang. Sumber CO2
berdasarkan bentuknya adalah CO2 bebas, karbonat (HCO3-)
dan bikarbonat (H2CO3). Faktor yang mempengaruhi CO2
adalah respirasi, air hujan, difusi udara dan komposisi bahan organik dalam
perairan. Rumus perhitungan CO2 (mg/l) = ,ππ‘ππ‘πππ
π₯ ππ‘ππ‘πππ π₯ 22 π₯ 1000-ππ πππ π πππππ .
·
Amonia Nitrogen sebagai indikator untuk mengetahui kadar toksik
perairan.
·
Alkalinitas adalah kapasitas penyangga perairan yang dapat dilihat dari
basa-basanya. Rumus CaCO3 (mg/l) = ,πππ π»πΆπ
π₯ π π»πΆπ-ππ πππ π πππππ. x ,100-2. x1000
·
TOM (Total Organik Matter) adalah jumlah bahan organik dalam perairan.
Bahan organik adalah semua senyawa yang mengandung unsur C,H,O,N. Sumber TOM
dari limbah rumah tangga, industri, pertanian, dekomposisi / penguraian makhluk
hidup yang telah mati. Fungsi bahan organik adalah sumber bahan makanan,
indikator pencemaran dan penentu kesuburan perairan. Rumus perhitungan TOM
(mg/l) =,,π₯−π¦. π₯ 31,6 π₯ 0,01 π₯ 1000-ππ
πππ π πππππ.
·
Orthofosfat adalah bentuk fosfat dalam air dan dapat digunakan langsung
oleh tanaman perairan untuk pembentukan dinding sel. Sumber fosfat alami
berasal dari bahan yang mengandung fosfor dan dekomposisi bahan organik
seangkan sumper fosfor buatan berasal dari pupuk. Tingkatan fosfor yaitu
poliphospat (tinggi), metaphospat (sedang) dan ortophospat (rendah).
·
Nitrat Nitrogen sebagai pembentuk nitrogen dalam perairan. Bentuknya amonia,
amonium, nitrit dan nitrat. Sumber alami berasal dari tanah, sedangkan sumber
buatan berasal ari detergen, limbah dari rumah tangga dan pupuk.
·
Hasil perhitungan dari pengukuran analisa kualitas air (parameter fisika
dan kimia)antara lain suhu (sungai = 24oC, kolam 28oC),
PH (sungai/kolam = 8), DO (sungai = 6,66 mg/l; kolam = 20,5 mg/l), kecepatan
arus (sungai = 0,106 m/s), CO2 (sungai = 31,96 mg/l), salinitas
(sungai/kolam = 0), alkalinitas (sungai = 32 mg/l), kecerahan (sungai = 22 cm;
kolam = 30,5 cm), Amonium Nitrogen (sungai = 0,05 mg/l), TOM (sungai = 34,13
mg/l), orthopospat (kolam = 0,1 mg/l), dan Nitrat Nitrogen (kolam = 0,5 mg/l).
5.2. Saran
Pada praktikum Limnologi tentang Analisa Kualitas Air ini diharapkan
praktikan lebih efektif dalam menggunakan waktu praktikum dan lebih
berhati-hati dalam menggunakan alat-alat maupun bahan-bahan yang berbahaya.
DAFTAR PUSTAKA
Ameliawati. 2003. Manajemen
Kualitas Air Untuk Budidaya Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang
Barus.2002.Pengantar Limnologi.Jurusan
Biologi FMIPA Universitas Sumatra Utara. Medan
Boyd.1982.Water management.Netherland
Institute Programme.UK
Cholik,dkk. 2005. Akuakultur ;
Tumpuan Harapan Masa Depan Bangsa. PT. Victoria Kreasi mandiri. Jakarta
Dragon. 2011. Kualitas Air. http://kuliahitukeren.blogspot.com. Diakses pada tanggal 9
November 2011 pukul 18.00 WIB
Effendi. 2003. Telaah Kualitas
Air. Universitas Gajah Mada: Yogyakarta
Fauzi. 2001. Kehidupan Perairan. http://www.blogspot.com. Diakses pada tanggal 15
Oktober 2011 pukul 07.00 WIB
Goldman, dkk. 1994. The Basic
Aquaculture vol. 1. UTJ: Japan
Goldman dan Holne. 1983. The Basic
Aquaculture vol. 1. UTJ: Japan
Hardjoko. 2005. Oceanografi. http://blogspot.com. Diakses pada tanggal 1 November 2011 pukul
09.00 WIB
Hariadi dan Widigda. 1992. Profil
Sumberdaya Kelautan SULUT. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia: Jakarta
Hariyani. 2006. Oseanologi dan
Limnologi di Indonesia vol 36 No 1. FPIK UB. Malang
Hendrawan. 2005. Kualitas Air
Sungai dan Situ di Jakarta. Universitas Trisakti: Jakarta
Hutabarat. 1985. Pengantar
Oseanografi. Universitas Indonesia: Jakarta
Kurniawan, dkk. 2006. Diklat
Kuliah Pengantar Oceanografi. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya:
Malang
Marsandre. 2011. Laut Indonesia. http://wordpress.com. Diakses pada tanggal 9 November 2011 pukul
20.00 WIB
Mayunar. 2004. Pemilihan Lokasi
Untuk Budidaya Ikan Laut. FKKPA: Jakarta
Millera. 2001. Pengantar Ilmu
Kelautan. PT. Gramedia Widya Sarana Indonesia: Jakarta
Mulyanto. 2009. Oksigen Terlarut. http://hobiikan.blogspot.com/2009/02/oksigen-terlarut-dalam-air.html. Diakses pada tanggal 1
November 2011 pukul 22.00 WIB
0dum. 1971. Faktor Biologi
Perairan Indonesia. PT. Djambatan: Jakarta
Purnailmawan. 2009. Skripsi Ilmu
Kelautan Prodi PSPK. FPIK UB: Malang
P, Rijal. 2009. Skripsi Ilmu
Kelautan Prodi PSPK. FPIK UB: Malang
Rahayu. 1991. Penelitian Oksigen
Terlarut dalam Air Bagi Kehidupan Ikan. Djambatan: Jakarta
Reynolds. 1993. Progress in
Oceanography vol. 10. Pergaman Press: Oxford
Romimohtarto. 2001. Biologi Laut
Tropis. Djambtan: Jakarta
Sudaryanti. 1991. Dampak Mekanisme
Alat Limnolex 31 Terhadap Sebaran Oksigen Terlarut di Bajangsari, Bogor. IPB:
Bogor
Uny. 2000. Istilah Limnologi. http://staff.uny.ac.id. Diakses pada tanggal 15
Oktober 2011 pukul 14.00 WIB
Wardono. 2001. Laut. http://forum.um.ac.id/index.php. Diakses pada tanggal 8
Oktober 2011 pukul 18.30 WIB
Wetzel. 1989. A Multy Parameter
Extension of Temperaturel Salinity Diagram Technique. Pergaman Express:
Oxford
Wiki. 2011. Limnologi. http://id.wikipedia.org/wiki/limnologi. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2011 pukul 19.00 WIB
Yusuf. 2011. Kelautan Indonesia. http://www.wordpress.com. Diakses pada tanggal 8
November 2011 pukul 23.00 WIB
Zonzeveld, dkk. 1991. The
Principles of Basic Aquaculture. International Press: UK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar