LAPORAN TENTANG EUTROFIKASI DAN DAMPAK PADA SOSIAL MASYARAKAT
DISEKITARNYA
Disusun oleh:
Furqon
Nim 105080400111032
Sosial Ekonomi Perikanan
Universitas Brawijaya
2011
Pengertian
Euterofikasi
Eutrofikasi adalah suatu proses di mana suatu
tumbuhan tumbuh dengan sangat cepat dibandingkan pertumbuhan yang normal.
Proses ini juga sering disebut dengan blooming. Dengan kata lain merupakan
pencemaran air yang disebabkan oleh munculnya nutrient yang berlebihan ke dalam
ekosistem air. Air dikatakan eutrofik jika konsentrasi total phosphorus (TP)
dalam air berada dalam rentang 35-100 µg/L. Sejatinya, eutrofikasi merupakan
sebuah proses alamiah dimana danau mengalami penuaan secara bertahap dan
menjadi lebih produktif bagi tumbuhnya biomassa. Diperlukan proses ribuan tahun
untuk sampai pada kondisi eutrofik.
Penyebab
Terjadinya Euterofikasi
Problem eutrofikasi baru disadari pada dekade awal
abad ke-20 saat alga banyak tumbuh di danau-danau dan ekosistem air lainnya.
Problem ini disinyalir akibat langsung dari aliran limbah domestik. Hingga saat
itu belum diketahui secara pasti unsur kimiawi yang sesungguhnya berperan besar
dalam munculnya eutrofikasi ini. Melalui penelitian jangka panjang pada
berbagai danau kecil dan besar, para peneliti akhirnya bisa menyimpulkan bahwa
fosfor merupakan elemen kunci di antara nutrient utama tanaman (karbon (C),
nitrogen (N), dan fosfor (P)) di dalam proses eutrofikasi.
Eutrofikasi dapat dikarenakan beberapa hal di
antaranya karena ulah manusia yang tidak ramah terhadap lingkungan. Hampir 90 %
disebabkan oleh aktivitas manusia di bidang pertanian. Para petani biasanya
menggunakan pestisida atau insektisida untuk memberantas hama tanaman agar
tanaman tidak rusak. Akan tetapi botol – botol bekas pestisida itu dibuang
secara sembarangan baik di sekitar lahan pertanian atau daerah irigasi. Hal
inilah yang mengakibatkan pestisida dapat berada di tempat lain yang jauh dari
area pertanian karena mengikuti aliran air hingga sampai ke sungai – sungai
atau danau di sekitarnya. Mengacu pada buku Phosphorus Chemistry in Everyday
Living, manusia memang berperan besar sebagai penyumbang limbah fosfat. Secara
fisiologis, jumlah fosfat yang dikeluarkan manusia sebanding dengan jumlah yang
dikonsumsinya. Limbah organik adalah sisa atau buangan dari berbagai aktifitas
manusia seperti rumah tangga, industri, pemukiman, peternakan, pertanian dan
perikanan yang berupa bahan organik; yang biasanya tersusun oleh karbon,
hidrogen, oksigen, nitrogen, fosfor, sulfur dan mineral lainnya (Polprasert,
1989). Limbah organik yang masuk ke dalam perairan dalam bentuk padatan yang
terendap, koloid, tersuspensi dan terlarut. Pada umumnya, yang dalam bentuk
padatan akan langsung mengendap menuju dasar perairan; sedangkan bentuk lainnya
berada di badan air, baik di bagian yang aerob maupun anaerob.
Proses
Terjadinya Euterofikasi
Limbah organik kebanyakan akan mengair ke sungai,
danau atau perairan lainnya melalui aliran air hujan. Limbah organik yang masuk
ke badan air yang anaerob akan dimanfaatkan dan diurai (dekomposisi) oleh
mikroba anaerobik atau fakultatif (BAN); dengan proses seperti pada reaksi (3)
dan (4):
COHNS + BAN è CO2 + H2S + NH3 + CH4 + produk lain + energi … ….(3)
COHNS + BAN + enerji è C5H7O2 N (sel MO baru) …..(4)
COHNS + BAN + enerji è C5H7O2 N (sel MO baru) …..(4)
Kedua proses tersebut diatas mengungkapkan bahwa aktifitas mikroba yang
hidup di bagian badan air yang anaerob selain menghasilkan sel-sel mikroba baru
juga menghasilkan senyawa-senyawa CO2, NH3, H2S, dan CH4 serta senyawa lainnya
seperti amin, PH3 dan komponen fosfor. Asam sulfide (H2S), amin dan komponen
fosfor adalah senyawa yang mengeluarkan bau menyengat yang tidak sedap,
misalnya H2S berbau busuk dan amin berbau anyir. Selain itu telah disinyalir
bahwa NH3 dan H2S hasil dekomposisi anaerob pada tingkat konsentrasi tertentu
adalah beracun dan dapat membahayakan organisme lain, termasuk ikan.
Selain menghasilkan senyawa yang tidak bersahabat
bagi lingkungan seperti tersebut diatas, hasil dekomposisi di semua bagian
badan air menghasilkan CO2 dan NH3 yang siap dipakai oleh organisme perairan
berklorofil (fitoplankton) untuk aktifitas fotosintesa; yang dapat digambarkan
sebagai reaksi.
Pengaruh pertama proses dekomposisi limbah organik
di badan air aerobik adalah terjadinya penurunan oksigen terlarut dalam badan
air. Fenomena ini akan mengganggu pernafasan fauna air seperti ikan dan
udang-udangan; dengan tingkat gangguan tergantung pada tingkat penurunan
konsentrasi oksigen terlarut dan jenis serta fase fauna. Kesulitan fauna karena
penurunan oksigen terlarut sebenarnya baru dampak permulaaan, sebab jika jumlah
pencemar organik dalam badan air bertambah terus maka proses dekomposisi
organik memerlukan oksigen lebih besar dan akibatnya badan air akan mengalami
deplesi oksigen bahkan bisa habis sehingga badan air menjadi anaerob.
Pada badan air yang anaerob dekomposisi bahan
organik menghasilkan gas-gas, seperti H2S, metan dan amoniak yang bersifat
racun bagi fauna seperti ikan dan udang-udangan. Seperti penurunan oksigen
terlarut; senyawa-senyawa beracun inipun dalam konsentrasi tertentu akan dapat
membunuh fauna air yang ada.
Interaksi kompleks antara nutrien, fitoplankton dan
zooplankton tersebut menyebabkan badan air yang mengalami eutrofikasi pada
akhirnya akan didominasi oleh sejenis fitoplankton tertentu yang pada umumnya
tidak bisa dimakan oleh fauna air terutama zooplankton dan ikan termasuk karena
beracun.
Dampak
Eutrofikasi
Selain menurunkan konsentrasi oksigen terlarut,
menghasilkan senyawa beracun dan menjadi tempat hidup mikroba patogen yang
menyengsarakan fauna air; dekomposisi juga menghasilkan senyawa nutrien
(nitrogen dan fosfor) yang menyuburkan perairan. Nutrien merupakan unsur kimia
yang diperlukan alga (fitoplankton) untuk hidup dan pertumbuhannya. Sampai pada
tingkat konsentrasi tertentu, peningkatan konsentrasi nutrien dalam badan air
akan meningkatkan produktivitas perairan, karena nutrien yang larut dalam badan
air langsung dimanfaatkan oleh fitoplankton untuk pertumbuhannya sehingga
populasi dan kelimpahannya meningkat. Peningkatan kelimpahan fitoplankton akan
diikuti dengan peningkatan kelimpahan zooplankton, yang makanan utamanya adalah
fitoplankton. Akhirnya karena fitoplankton dan zooplankton adalah makanan utama
ikan, maka kenaikan kelimpahan keduanya akan menaikan kelimpahan (produksi)
ikan dalam badan air tersebut. Akan tetapi peningkatan konsentrasi nutrien yang
berkelanjutan dalam badan air, apalagi dalam jumlah yang cukup besar akan
menyebabkan badan air menjadi sangat subur atau eutrofik dan akan merangsang
fitoplankton untuk tumbuh dan berkembang-biak dengan pesat sehingga terjadi
blooming sebagai hasil fotosintesa yang maksimal dan menyebabkan peningkatan
biomasa perairan tersebut.
Sehubungan dengan peningkatan konsentrasi nutrien
dalam badan air, setiap jenis fitoplankton mempunyai kemampuan yang berbeda
dalam memanfaatkannya sehingga kecepatan tumbuh setiap jenis fitoplankton
berbeda. Selain itu setiap jenis fitoplankton juga mempunyai respon yang
berbeda terhadap perbandingan jenis nutrien yang terlarut dalam badan air
(Kilham dan. Fenomena ini menyebabkan komunitas fitoplankton dalam suatu badan
air mempunyai struktur dan dominasi jenis yang berbeda dengan badan air lainnya.
Selain merugikan dan mengancam keberlanjutan fauna
akibat dominasi fito-plankton yang tidak dapat dimakan dan beracun; blooming
yang menghasilkan biomasa (organik) tinggi juga merugikan fauna; karena
fenomena blooming selalu diikuti dengan penurunan oksigen terlarut secara
drastis akibat pe-manfaatan oksigen yang ber lebihan untuk de-komposisi biomasa
(organik) yang mati. Seperti pada analisis dampak langsung tersebut diatas maka
rendahnya konsentrasi oksigen terlarut apalagi jika sampai batas nol akan
menyebabkan ikan dan fauna lainnya tidak bisa hidup dengan baik dan mati.
Selain menekan oksigen terlarut proses dekomposisi tersebut juga menghasilkan
gas beracun seperti NH3 dan H2S yang pada konsentrasi tertentu dapat
membahayakan fauna air, termasuk ikan. Selain badan air didominasi oleh
fitoplankton yang tidak ramah lingkungan seperti tersebut diatas, eutrofikasi
juga merangsang pertumbuhan tanaman air lainnya, baik yang hidup di tepian
(eceng gondok) maupun dalam badan air (hydrilla). Oleh karena itulah maka di
rawa-rawa dan danau-danau yang telah mengalami eutrofikasi tepiannya ditumbuhi
dengan subur oleh tanaman air seperti eceng gondok (Eichhornia crassipes),
Hydrilla dan rumput air lainnya.
Permasalahan lainnya, cyanobacteria (blue-green
algae) diketahui
mengandung toksin sehingga membawa risiko kesehatan bagi manusia dan
hewan. Algal bloom juga menyebabkan hilangnya nilai konservasi,
estetika, rekreasional, dan pariwisata sehingga dibutuhkan biaya
sosial dan ekonomi yang tidak sedikit untuk mengatasinya
mengandung toksin sehingga membawa risiko kesehatan bagi manusia dan
hewan. Algal bloom juga menyebabkan hilangnya nilai konservasi,
estetika, rekreasional, dan pariwisata sehingga dibutuhkan biaya
sosial dan ekonomi yang tidak sedikit untuk mengatasinya
Cara
Menanggulangi Eutrofikasi
Menyadari bahwa senyawa fosfatlah yang menjadi
penyebab terjadinya eutrofikasi, maka perhatian para saintis dan kelompok
masyarakat pencinta lingkungan hidup semakin meningkat terhadap permasalahan
ini. Ada kelompok yang condong memilih cara-cara penanggulangan melalui
pengolahan limbah cair yang mengandung fosfat, seperti detergen dan limbah
manusia, ada juga kelompok yang secara tegas melarang keberadaan fosfor dalam
detergen. Program miliaran dollar pernah dicanangkan lewat institusi St
Lawrence Great Lakes Basin di AS untuk mengontrol keberadaan fosfat dalam
ekosistem air. Sebagai implementasinya, lahirlah peraturan perundangan yang
mengatur pembatasan penggunaan fosfat, pembuangan limbah fosfat dari rumah
tangga dan permukiman. Upaya untuk menyubstitusi pemakaian fosfat dalam
detergen juga menjadi bagian dari program tersebut.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan penanggulangan
terhadap problem ini sulit membuahkan hasil yang memuaskan. Faktor-faktor
tersebut
adalah aktivitas peternakan yang intensif dan hemat lahan, konsumsi
bahan kimiawi yang mengandung unsur fosfat yang berlebihan,
pertumbuhan penduduk Bumi yang semakin cepat, urbanisasi yang semakin
tinggi, dan lepasnya senyawa kimia fosfat yang telah lama terakumulasi
dalam sedimen menuju badan air.
adalah aktivitas peternakan yang intensif dan hemat lahan, konsumsi
bahan kimiawi yang mengandung unsur fosfat yang berlebihan,
pertumbuhan penduduk Bumi yang semakin cepat, urbanisasi yang semakin
tinggi, dan lepasnya senyawa kimia fosfat yang telah lama terakumulasi
dalam sedimen menuju badan air.
Kesimpulan
Kesimpulan
yang dapat diambil dari masalah ini adalah :
- Eutrofikasi adalah suatu proses di mana suatu tumbuhan tumbuh dengan sangat cepat dibandingkan pertumbuhan yang normal
- Eutrofikasi dapat menyebabkan berbagai dampak, baik yang menguntungkan maupun merugikan
- Dampak menguntungkan dari eutrofikasi adalah
-menghasilkan senyawa nutrien (nitrogen dan
fosfor) yang menyuburkan perairan
-meningkatkan produktivitas perairan
-peningkatan kelimpahan fitoplankton yang
diikuti dengan peningkatan kelimpahan zooplankton
-menaikan kelimpahan (produksi) ikan
- Dampak buruk eutrofikasi adalah:
-Menyebabkan bloooming
-menurunkan konsentrasi oksigen terlarut
-menghasilkan senyawa beracun
-menjadi tempat hidup mikroba fatogen yang menyengsarakan fauna air
Tidak ada komentar:
Posting Komentar