perpustakaan online

Selasa, 20 Desember 2011

ANALISIS MANAJEMEN “WAKTU” PADA USAHA PENANGKAPAN IKAN TUNA/CAKALANG DENGAN SISTEM RUMPON DI KAWASAN TIMUR PERAIRAN INDONESIA (Studi Kasus Perencanaan Operasi Penangkapan)


ANALISIS MANAJEMEN “WAKTU” PADA USAHA PENANGKAPAN
IKAN TUNA/CAKALANG DENGAN SISTEM RUMPON
DI KAWASAN TIMUR PERAIRAN INDONESIA
(Studi Kasus Perencanaan Operasi Penangkapan)

Secara fungsional dalam usaha penangkapan ikan laut secara umum melibatkan tiga faktor utama yaitu, Pertama: kapal dan alat tangkap yang berperan sebagai sarana dan alat dan teknologi untuk menangkap ikan, Kedua: sumberdaya manusia sebagai tenaga kerja yang melalui berbagai keahlian adalah merupakan sumberdaya tenaga kerja utama dalam melakukan usaha penangkapan dan Ketiga: adalah perbekalan yang terdiri dari bahan bakar, lauk-pauk dan perbekalan lainnya yang merupakan sarana pokok untuk untuk mendukung kegiatan usaha penangkapan ikan. Salah satu kunci keberhasilan dalam usaha penangkapan ikan tuna/cakalang dengan  menggunakan alat tangkap Pole & Line : Pertama, pada saat tersebut belum ada kapal lain yang mendahului tiba di wilayah penangkapan (rumpon). Kedua, tepat waktu bahwa secara biologis ikan pada saat posisi mencari mangsa/lapar yang menurut informasi para nelayan adalah antara jam 6.00 sampai dengan 9.00 pagi serta antara jam 15.00 sampai denga jam 18.00 sore, Ketiga, memperhitungkan kebutuhan bahan bakar mengingat jarak antara fishing base dengan fishing ground (rumpon) sangat jauh.

Setiap kegiatan penangkapan ikan membutuhkan perhitungan tertentu terutama kebutuhan waktu, jumlah tenaga ABK yang terlibat didalamnya, sehingga diperoleh hasil yang optimal dengan biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar. Perencanaan penggunaan waktu dan tenaga ABK menjadi variabel penting didalam perencanaan operasi penangkapan ikan dengan pole and line.

Dalam kegiatan penangkapan ikan Tuna/Cakalang dengan menggunakan alat tangkap Pole & Line dibutuhkan alat bantu seperti bagan dan rumpon. Bagan diperlukan untuk mendapatkan umpan hidup yang digunakan untuk memancing ikan Tuna/Cakalang. Oleh karena itu nelayan bagan dan nelayan Pole & Line tidak dapat dipisahkan. Sedangkan rumpon berfungsi untuk mengumpulkan ikan. Sehingga dapat mempermudah suatu kegiatan penangkapan (memperpendek trip, tidak memerlukan banyak biaya, waktu serta tenaga).

Secara umum ada tiga kegiatan utama dalam proses penangkapan ikan dengan menggunakan alat Pool & line, yaitu : Pertama, tahap persiapan yang ditandai dengan beberapa kegiatan pokok antara lain pengisian bahan bakar, pengadaan ransum lauk pauk untuk kebutuhan nelayan ABK, pengisian es sebagai bahan pengawet mutu ikan dan persiapan sarana alat tangkap termasuk didalamnya pengisian ikan umpan hidup serta kegiatan persiapan sarana pendukung lainnya seperti mempersiapkan bahan makanan dan lauk-pauk untuk kebutuhan konsumsi ABK selama di perjalanan. Kedua, tahap proses penangkapan, dalam tahap ini aktivitas yang ada antara lain menyiapkan sarana pemancingan termasuk ikan umpan sampai dengan proses pemancingan yang terdiri dari penebaran ikan umpan, memancing, membersihkan dan memasukkan ikan hasil tangkapan kedalam palka kapal sampai dengan membersihkan dan merapihkan geladak kapal dan peralatan penangkapan lainnya (ember, jaring, pancing, dll). Ketiga, tahap pembongkaran ikan hasil tangkapan dan proses pemasaran. Dalam tahapan ini aktivitas yang ada didalamnya antara lain membongkar dan mengangkut ikan hasil tangkapan dari dalam palka kapal ke atas mobil pengangkut serta membersihkan geladak dan palka kapal.

Faktor yang mempengaruhi penangkapan ikan Tuna/Cakalang dengan menggunakan alat tangkap Pole & Line adalah kecepatan laju kapal, jarak antara fishing base dengan fishing ground dan kondisi lainnya seperti cuaca, keadaan ombak dan arus laut yang tentu saja akan berpengaruh terhadap laju kecepatan kapal.

Setiap kegiatan membutuhkan waktu untuk menyelesaikan suatu aktivitas sesuai dengan kebutuhan lamanya kegiatan tersebut dibutuhkan. Kegiatan yang satu senantiasa sangat tergantung oleh terselesaikannya kegiatan atau pekerjaaan lain yang mendahuluinya sebelum pekerjaan berikutnya dimulai. Suatu kegiatan yang akan dimulai dapat ditentukan oleh lebih dari satu kegiatan yang mendahuluinya atau setelah suatu kegiatan telah selesai, dapat dilanjutkan oleh beberapa kegiatan secara bersamaan berikutnya (Burst event). Terdapatnya "jalur kritis" sebagai akibat dari adanya aktivitas atau kegiatan yang tidak memiliki kelonggaran waktu samasekali, yang mana “jalur kritis” tersebut merupakan aktivitas penentu kelancaran pekerjaan dalam usaha menangkap ikan dilaut. Terdapatnya kelonggaran waktu (“Float”) pada beberapa aktivitas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar