perpustakaan online

Senin, 14 Mei 2012

Laporan Oceanografi 2010


1.   PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Oseanografi dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu ilmu yang mempelajari lautan. Ilmu ini semata-mata bukanlah merupakan suatu ilmu yang murni, tetapi merupakan perpaduan dari bermacam-macam ilmu dasar yang lain. Ilmu-ilmu lain yang termasuk di dalamnya ialah ilmu tanah (geology), ilmu bumi (geography), ilmu fisika (physics), ilmu kimia (chemistry), ilmu hayati (biology) dan ilmu iklim (metereology) (Hutabarat, 1985).
      Laut seperti halnya daratan dihuni oleh biota, yakni tumbuh-tumbuhan, hewan dan mikroorganisme hidup. Biota laut menghuni hampir semua bagian laut mulai dari pantai, permukaan laut sampai dasar laut yang teluk sekalipun. Keberadaan biota laut ini sangat menarik perhatian manusia, bukan saja karena kehidupannya yang penuh rahasia, tetapi juga karena manfaatnya yang besar bagi kehidupan manusia (Romimohtarto, 2001).
Seperti halnya bentuk muka bumi,di daratan yang beraneka ragam bentuk muka bumi di lautan juga beragam. Bedanya bentuk muka bumi di lautan tidak seruncing dan sekasar di daratan. Keadan ini akibat dari erosi dan penguapan dari air laut (Gentur, 2011).

1.2  Maksud dan Tujuan
Maksud dari diadakannya praktikum oceanografi ini adalah agar praktikan mengetahui dan memahami tentang ilmu oceanografi serta macam-macam parameter kualitas air baik dari parameter fisika maupun parameter kimia.
Tujuan dari diadakannya praktikum oceanografi ini adalah agar praktikan mampu melakukan pengukuran parameter kualitas air baik dari parameter fisika maupun parameter kimia.

1.3           Waktu dan Tempat
      Praktikum oceanografi ini dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 28 Mei 2011 pada pukul 06.00-selesai.
      Tempat Praktikum oceanografi ini adalah di Pelabuhan Mayangan, Kabupaten Probolinggo, Propinsi Jawa Timur.


2.   TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Perairan Laut
      Lingkungan laut sangat luas cakupannya dan sangat majemuk sifatnya. Karena luasnya dan majemuknya lingkungan tersebut. Tiada satu kelompok biota laut pun yang mampu hidup disemua bagian lingkungan laut tersebut dan disegala kondisi lingkungan yang berbeda-beda kedalam lingkungan-lingkungan yang berbeda pula. Para ahli oseanologi membagi-bagi lingkungan laut menjadi zona-zona atau yang memintakat-mintakat menurut kreteria-kreteria yang berbeda (Romimohtarto, 2001).
      Laut merupakan suatu tempat mata pencarian bagi orang-orang asia tenggara yang telah berumur berabad-abad lamanya. Tidak dimana pun juga hal ini benar-benar dapat dilihat diIndonesia dimana Negara ini terdiri dari lebih kurang 13.000 pulau yang tersebar. Kebanyakan penduduk yang berjumlah 140.000.000 bertempat timggal berbatasan dengan lautan. Sejak dahulu lautan telah memberi manfaat kepada manusia untuk dipergunakan suatu sarana untuk berpergian, perniagaan dan perhubungan dari suatu tempat ketempat lain. Akhir-akhir ini diketahui bahwa lautan banyak mengandung sumber-sumber alam yang berlimpah-limpah jumlahnya dan bernilai berjuta-juta dolar (Hutabarat, 1985).

2.2  Parameter Fisika
2.2.1  Suhu
Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah thermometer. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat untuk mengukur suhu cenderung menggunakan indera peraba. Tetapi dengan adanya perkembangan teknologi maka diciptakanlah termometer untuk mengukur suhu dengan valid (Alljabbar, 2011).
         Suhu merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi penyebab jasad-jasad laut. Jasad-jasad yang mampu mempertenggang jangka suhu yang nisbi luas diistilahkan sebagai euritermal yang terbatas kepada jangka suhu yang sangat sempit disebut stenotermal. Beberapa jenis diantaranya lebih euritermal pada tahap-tahap tertentu dari kehidupannya dari pada yang lain-lain (Bayard, 1983).
         Suhu air mempunyai pengaruh yang besar terhadap proses pertukaran zat atau metabolisne dari makhluk-makhluk hidup. Keadaan ini yang jelas terlihat dari jumplah plankton didaerah-daerah yang beriklim sedang lebih banyak daripada didaerah-daerah yang beriklim panas (Asmawi, 1986).

2.2.2      Kecepatan Arus
Arus laut permukaan merupakan pencrminan langsung dari pelangi yang bertiup pada waktu itu. Jadi arus permukaan digerakkan oleh angin. Air dilapisan bawahnya ikut terbawa karena adanya gaya coriolis yakni gaya yang diakibatkan oleh perputaran bumi, maka arus dilapisan permukaan laut berbelok kekanan dari arah angina dan arus permukaan (Romimohtarto, 2001).
Menurut Hutabarat (1985), secara umum yang dimaksud dengan arus laut adalah gerakan massa air laut kearah horizontal dalam skala besar. Arus dilaut dipengaruhi oleh banyak faktor salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya arus yakni tiupan angin musim. Selain itu, juga faktor suhu permukaan laut yang selalu berubah-ubah. Indonesia misalnya, dikenal mempunyai dua musim yakni musim barat dan musim timur dimana siklus perubahan tiap musim ditandai dengan adanya perubahan tekanan udara sehingga menimbulkan arah tiupan angin yang berbeda pula.

2.2.3      Kecerahan
Menurut Kordi (2007), kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan ke dalam air dan dinyatakan dengan % dan babarapa panjang gelombang di daerah spectrum yang terlihat cahaya yang melalui lapisan sekitar satu meter jatuh agak lurus pada permukaan air.Kemampuan cahaya matahari untuk menembus sampai ke dasar perairan oleh kekeruhan (turbidity) air.
Dengan mengetahui kecerahan suhu perairan,kita dapat mengetahui sampai dimana masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air. Lapisan-lapisan manakah yang tidak keruh,yang agak keruh dan yang paling keruh,serta lain sebagainya. Air yang tidak terlampau keruh dan yang tidak terlampau jernih baik untuk kehidupan ikan.Kekeruhan yang baik adalah kekeruhan yang disebabkan oleh jasad-jasad renik dan plankton. Nilai kecerahan yang baik untuk kehidupan ikan adalah lebih besar dari 45 cm. Karena kalau lebih kecil dari nilai tersebut batas pandangan ikan akan berbeda (Asmawi, 1986).




2.2.4  Sifat Optis Air
Sifat optis air sangat berhubungan dengan intensitas matahari. Hal ini berkaitan dengan besar sudut penyinaran yang dibentuk. Cahaya yang tiba dipermukaan air sebagian akan dipantulkan sebagian akan diteruskan. Pada perairan laut yang bergelombang cahaya sebagian dipantulkan dihamburkan, sinar yang diteruskan sebagian akan diabsorbsi (Wikipedia, 2011).
Sifat optis air sangat berhubungan dengan intensitas matahari, semakin lama matahari berada, sifat optis air dimiliki semakin besar sudut datang semakin besar. Intensitas matahari semakin besar maka sifat air akan bervariasi (Nybakken, 1988).

2.2.5      Pasang Surut
Naik dan turunnya permukaan laut secara periodik selama suatu interval waktu tertentu disebut pasang surut. Pasang surut merupakan faktor lingkungan yang paling penting yang mempengaruhi kehidupan dizona intertidal / tanpa adanya pasang surut atau hal lain yang menyebabkan naik dan turunnya permukaan air secara periodik zona ini tidak akan seperti itu. Dan faktor-faktor lain akan kehilangan pengaruhnya. Ini disebabkan kisaran yang luas pada banyak faktor fisik akibat hubungan langsung yang bergantiaan antara keadaan terkena udara terbuka dan keadaan yang terendam air. Jika tidak ada pasang surut fluktuasi yang besar ini tidak akan terjadi (Nybakken, 1988).
Menurut Dronkers (1964), pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil.

2.2.6      Gelombang
Gelombang sebagian ditimbulkan oleh dorongan angin diatas permukaan laut dan sebagian lagi oleh tekanan tanggensial pada partikel air. Angin yang bertiup dipermukaan laut mula-mula menimbulkan riak gelombang (ripples). Jika kemudian angin berhenti bertiup maka riak gelombang akan hilang dan permukaan laut merata kembali. Tetapi jika angin bertiup lama maka riak gelombang akan hilang dan prmukaan gelombang merata kembali. Tetapi angin ini bertiup lama maka riak gelombang membesar terus walaupun kemudian anginya berhenti bertiup. Setelah meninggalkan daerah asal bermula tiupan angin, maka gelombang merata menjadi ombak sederhana (Romimohtarto, 2001).
Gelombang selalu menunjukkan sebuah ayunan air yang bergerak tanpa henti-henti pada lapisan permukaan laut dan jarak dalam keadaan sama sekali diam. Hembusan sepoi-sepoi menimbulkan pada cuaca yang tenang sekalipun sudah cukup untuk dapat menimbulkan riak gelombang. Sebaliknya dalam keadaan dimana terjadi badai yang besar dapat menimbulkan suatu gelombang besar yang dapat mengakibatkan suatu kerusakan hebat pada kapal-kapal atau daerah-daerah pantai (Hutabarat, 1985).

2.3           Parameter Kimia
2.3.1 pH
Menurut Brotowidjoyo (1999), biasanya pH air laut itu 7,6-8,3 dan terutama mengandung ion HCO3-. Air lautan juga mengandung asam-asam lemah seperti asam karbon (H2CO3) dan asam boric (H3BO3) dan karena asam-asam itu berdissosiasi maka terjadilah kondisi bahwa air lautan itu sebagai buffer yang baik sekali yaitu bila dalam larutan ditambahkan NaOH, maka H2CO3 dan H3BO3 akan lebih terdissosiasi dan pH air lautan konstan sampai H2CO3 dan H3BO3 itu terpakai semua. Bila dalam air lautan ditambahakan asam keras seperti H2SO4 maka akan terjadi proses kebalikannya dan pH tetap konstan yaitu 7,6-8,3. Fakta inilah yang menjamin berbagai jenis ikan laut dapat hidup.
Konsentrasi ion zat cair dalam laut yang dinyatakan dengan pH pada konstan, berbeda-beda antara 7,6 dan 8,3. Penyanggan terutama merupakan hasil dari keseimbangan karbondioksida asam karbonat dan keseimbangan bikarbonat. Efek penyangga dari partikel tanah padat yang halus dan lebih kurang ukurannya, asam borat. Pada nilai pH yang lebih tinggi pengendapan kalsium karbonat dimudahkan (Zottoli, 2000).

2.3.2 Salinitas
Menurut Hutabarat (1985), salinitas sendiri dapat didefinisikan sebagai berikut yakni jumlah total gr dari material padat termasuk garam NaCl yang terkandung dalam air laut sebanyak 1 kg dimana bromine dan iodine diganti dengan klorin dan bahan organic seluruhnya telah terbakar habis. Pengukuran salinitas semula dilakukan dengan cara tidak langsung yakni melalui pengukuran klorinitas.
Menurut Nontji (2002), di perairan samudera salinitas biasanya berkisar antara 34-35 ‰ karena terjadi pengenceran misalnya karena pengaruh aliran sungai sehingga salinitas bisa turun rendah. Sebaliknya, di daerah dengan penguapan yang sangat kuat salinitas bisa meningkat tinggi.

2.3.3 DO
DO (Dissolved Oxygen) menunjukkan kandungan oksigen terlarut dalam air. Banyak sedikitnya kandungan oksigen dapat dipakai untuk menunjukkan banyak sedikitnya air. Angka DO yang kecil menunjukkan bahwa banyak pengotor atau bahan organic dalam air. Oksigen terlarut juga sangat penting dalam mendeteksi adanya pencemaran lingkungan perairan. Karena oksigen dapat digunakan untuk melihat perubahan biota dalam perairan. Adapun kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi oleh suhu, tekanan partikel gas yang ada di udara dan di air. Semakin tinggi suhu, salinitas dan tekanan gas yang terlarut dalam air maka kandungan oksigen makin berkurang. Kandungan oksigen terlarut ideal bagi biota di perairan adalah mencapai antara 4,0-10,5 mg/l pada lapisan permukaan dan 4,3-10,5 mg/l pada kedalaman 10 meter (Zenyfapussy, 2011).
Menurut Brotowidjoyo (1999), kandungan oksigen air laut dalam kondisi normal tidak mengganggu ikan, sebab kandungan oksigen itu secara relative bervariasi dalam batas-batas yang sangat sempit. Hanya di lapisan-lapisan oksigen monomum di bawah termokllin tropis dan dalam rongga-rongga di laut Baltik yang yang kandungan oksigennya rendah kehidupan ikan terganggu. Pernafasan ikan dalam air itu adalah pengambilan O2 dari air dan pelepasan CO2 kedalam air. Pertukaran gas (O2 dan CO2) itu berlangsung dalam insang dan pada beberapa spesies ikan pernafasan berlangsung melalui kulit.










3.   METODOLOGI

3.1           Alat dan Fungsi

3.1.1  Parameter Fisika
a.     Suhu
·    Thermometer : sebagai pengukur suhu perairan yang akan diamati
b.     Kecepatan Arus
·    Tali Rafia : untuk menghubungkan 2 botol air mineral 600ml
·    2 botol mineral 600ml : sebagai pelampung
·    Stopwatch : untuk mengukur lama kecepatan arus
·    Kompas : sebagai penunjuk arah dan menentukan arah arus
c.     Kecerahan
·    Secchidisk : sebagai alat pengukur suatu kecerahan di perairan
·    Tongkat skala : untuk menghitung D1 dan D2
·    Karet gelang :untuk membatasi tanda pada D1 dan D2
d.     Pasang Surut
·    Tide Statif : untuk mengukur ketinggian pasang dan surut
e.       Gelombang
·    Tongkat Skala      : untuk mengukur ketinggian gelombang
·                                                    Stopwatch             : untuk mengukur selisih dan lamanya gelombang yang datang

3.1.2      Parameter Kimia
a.     pH
·  Kotak standar pH       : untuk mencocokan perubahan warna pada pH paper
·  pH paper            : untuk mengukur kadar pH di perairan
b.     Salinitas
·  Refraktometer      :untuk mengukur salinitas suatu perairan
·  Pipet tetes        :untuk mengambil larutan dalam jumlah kecil


c.     DO
·                                                  Botol DO           :untuk mengambil air sampel dari perairan untuk pengukuran DO
·                                                    Water sampler       :membantu pengambilan air sampel dari perairan untuk pengukuran DO
·  Pipet tetes       :untuk mengambil larutan dalam jumlah kecil
·  Buret             :untuk tempat larutan titran dan titrasi
·  Statif             :sebagai penyangga buret
·  Selang             :untuk mengambil air jernih diatas endapan coklat
·  Pipet volume       :untuk mengambil larutan dengan volume 0,1-10 ml
·  Corong            :untuk membantu memasukkan larutan titran ke buret

3.2  Bahan dan Fungsi
3.2.1  Parameter Fisika
a.     Suhu
·  Air laut       : sebagai objek pengukuran suhu suatu perairan
b.     Kecepatan Arus
·  Air laut       : sebagai objek pengukuran kecepatan arus
c.     Kecerahan
·  Air laut       : untuk objek yang di ukur kecerahannya
d.     Pasang Surut
·  Air laut       : untuk objek pengukuran pasang surut
e.     Gelombang
·  Air laut       : sebagai objek pengukuran gelombang
3.2.2      Parameter Kimia
a.     pH
·  Air laut       : sebagai objek pengukuran pH air laut
b.     Salinitas
·  Air laut       : sebagai objek yang akan diamati salinitasnya
·  Aquades      : sebagai kalibrasi refraktometer
·  Tissue        : untuk membersihkan kaca refraktometer secara searah

c.     DO
·  Air sampel        : bahan yang akan diukur DOnya
·  MnSO4             : untuk mengikat O2 dalam larutan
·  NaOH+KI             : melepas I2 dan membentuk endapan coklat
·                                                  H2SO4                   : untuk pengkondisian suasana asam dan melarutkan endapan coklat
·  Amylum            : pengkondisian suasana basa dan indikator warna ungu
·  Na2S2O3            : sebagai titran

3.3           Skema Kerja
3.3.1      Parameter Fisika
a.     Suhu
 


Dimasukkan dalam perairan dengan membelakangi matahari
Ditunggu 2-3 menit
Dicatat pada saat thermometer dalam perairan
Diangkat kepermukaan
Hasil
 
 


b.    
Disiapkan Tali rafia
 
Kecepatan Arus
 

Dihubungkan dengan botol aqua dengan jarak 30 cm antara botol 1 dengan botol 2
Panjang tali rafia 5 m
Botol pertama diisi air dan botol kedua dibiarkan kosong
Dihanyutkan botol mengikuti arus
Dicatat waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak 5 m
Dihitung kecepatan arus dengan rumus 𝜈= ,𝑠-𝑡.
Dicatat dengan satuan ,𝑚-𝑠.
Hasil
 



c.     Kecerahan
Disiapkan Sechidisk
 
 
 

Dimasukkan dalam perairan secara perlahan hingga tidak terlihat pertama kali
Diukur tingginya dan dicatat sebagai D1
Dimasukkan kedalam perairan sampai benar-benar tidak kelihatan
Diangkat dari dasar perairan secara perlahan sampai tampak pertama kali, dan ditandai dengan karet gelang
Dicatat sebagai D2
Diukur kecerahan menggunakan rumus  ,𝐷1+𝐷2-2.
Hasil
 
 


d.     Pasang Surut
 


Dipasangkan tide staff pada tiang di daerah pasang surut yang masih terendam air saat surut terendah
Dicatat tinggi permukaan air pada tide staff sebagai tinggi permukaan mula-mula t0 (cm)
Ditunggu 4 jam, kemudian tinggi permukaan air dicatat sebagai tinggi permukaan air t1 (cm)
Dihitung kecepatan pasang surut dengan selisih dari kedua hasil pengukuran tersebut (cm/jam)
Hasil
 
 









e.     Gelombang
Ø  Tinggi Gelombang
Tongkat skala
 
 

Ditancapkan tongkat skala pada perairan
Diukur tinggi gelombang secara visual
Dicatat tinggi puncak gelombang dan lembah gelombang
Diulangi percobaan sebanyak 3x
Hasil
 
 


Ø  Periode Gelombang
Tongkat skala
 
 

Ditancapkan tongkat skala pada perairan
Diukur dan dicatat lama waktu yang diperlukan puncak gelombang 1 dengan gelombang 2 untuk melewati tongkat skala
Diulangi percobaan sebanyak 3x
Hasil
 
 




3.3.2      Parameter Kimia
a.     pH
Disiapkan pH paper
 
 

Dicelupkan pH paper kedalam perairan
Ditunggu 2-3 menit
Dikibas-kibaskan sampai setengah kering
Dicocokkan dengan kotak standart
Hasil
 
 






b.     Salinitas
 


Dibuka tutup refraktometer
Dikalibrasi dengan aquades
Dikeringkan dengan tissue
Diteteskan air sample dikaca prisma refraktometer
Ditutup tutup kaca prisma refraktometer dengan 45° agar tidak terdapat gelembung udara
Diarahkan ke cahaya
Hasil
 
Dilihat skala bagian kanan yang menunjukkan  salinitas






















c.     DO
·      
Disiapkan Alat
 
Lapang


 

Dibuka tutup water sampler
Dimasukkan air kedalam water sampler
Ditutup water sampler
Dibuka tutup botol DO
Disambung selang pada tutup water sampler
Dimasukkan dalam perairan
Dipanjangkan selang dan didekatkan ke telinga sampai terdengar bunyi “BLUB”
Ditutup ujung selang dan diangkat dari perairan
Dibuka tutup water sampler
Ditutup tutup botol Do dalam air
Diangkat ke permukaan dan dibolak- balik
Dibuka tutup botol DO
Ditetesi 2 ml larutan MnSO4
Dihomogenkan
Ditetesi 2 ml NaOh + KI
Dihomogenkan
Ditutup botol DO
Diendapkan selama 30 menit
Hasil
 
 











·       Laboratorium
Disiapkan botol DO yang berisi sample air
 
 

Dibuang cairan bening
Ditetesi 2 ml larutan H2SO4
Dihomogenkan
Ditetesi 3 tetes amylum
Dihomogenkan
Diletakkan dibawah buret yang berisi Na2S2O3
Dititrasi sambil dihomogenkan
Ditunggu cairan sampai bening pertama kali
Dilihat V titran pada buret
Dilakukan hal yang sama pada botol DO permukaan,dasar,dan tengah
Diukur DO dengan rumus   ,𝑉 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝑁 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 1000 𝑥 8-𝑉 𝑏𝑜𝑡𝑜𝑙 𝐷𝑜4.
Hasil
 
 



4.   HASIL DAN PEMBAHASAN

Kecepatan Arus (m/s)
Kecerahan (cm)
Suhu ()
Salinitas (ppt)
pH
Gelombang
Pasang Surut (cm/jam)
DO (mg/L)
0,096
I.                189
II.               181,5
28
24
9
5,67
2,66
14,63

4.1  Data Hasil Pengamatan
1.     Kecepatan Arus
Hasil Pengukuran :
Panjang tali yang dipakai (s) : 5  meter
Lama waktu (t)                     : 52 detik
Kecepatan Arus (V)                    :  0,096  m/detik
Arah Arus                               : dari utara menuju selatan (menurut mata angin)

2.     Kecerahan
Hasil Pengukuran :
Kedalaman secchi disk (mulai tidak tampak)           : 209 cm
Kedalaman secchi disk (mulai tampak)                    : 169 cm
Nilai Kecerahan (rata-rata pengukuran)                    : 189 cm

3.     Suhu
Hasil Pengukuran :
Suhu air laut          : 28

4.     Salinitas
Hasil Pengukuran :
Nilai Salinitas : 24 ppt

5.     Derajat Keasaman (pH)
Hasil Pengukuran :
Nilai pH : 9

6.     Gelombang
Hasil Pengukuran :
Tinggi Gelombang
Pengukuran ke
I
II
III
Puncak (cm)
138
141
140
Lembah (cm)
134
133
135
Selisih (cm)
4
8
5
Tinggi Gelombang rata-rata = 5,67
Periode Gelombang
Pengukuran ke-
I
II
III
Rata-rata
Periode gelombang (detik)
3
3
2
2,66

7.     Pasang Surut
Hasil Pengukuran :
Skala awal pada tide staff                    : 90 cm (pukul 10.00)
Skala akhir pada tide staff                    : 0 cm
Selang waktu pengukuran                    : 4 jam
Kecepatan pasang surut                    : 2,66 cm/jam (pukul 14.20)
Tipe pasang surut                              : Diurnal

8.     Oksigen Terlarut (DO)         
Hasil Pengukuran :
Nilai kandungan oksigen di perairan : 14,63 mg/l












4.2  Analisa Prosedur
4.2.1      Parameter Fisika
a.     Suhu
Langkah awal yang dilakukan adalah termometer dimasukkan ke dalam perairan dengan cara membelakangi matahari agar termometer tidak terkontaminasi dengan sinar matahari berlebihan, selanjutnya ditunggu selama 2-3 menit, lalu diamati skala termometer saat masih berada di dalam perairan agar tidak terpengaruh suhu udara luar dan dicatat hasil pembacaan skala pada termometer sebagai suhu di perairan dan diambil termometer dari perairan, kemudian dicatat hasilnya.
b.     Kecepatan Arus
Pertama-tama botol diikat dengan tali rafia yang panjangnya 30 cm dan diikatkan dengan botol kedua. Setelah itu, dari botol kedua diikatkan tali rafia sepanjang 5 m. Pada botol pertama diisi dengan air lokal yang berfungsi sebagai pemberat, sedangkan botol kedua dibiarkan kosong yang berfungsi sebagai pelampung. Panjang tali rafia merupakan jarak tempuh arus. Botol dimasukkan kedalam perairan bersamaan dengan diaktifkannya stopwatch. Kemudian, botol dibiarkan terbawa arus hingga tali meregang. Waktu dari pencelupan botol hingga tali meregang merupakan waktu tempuh arus. Kecepatan arus dapat diketahui dengan cara membagi jarak (panjang tali) dengan waktu (selang waktu yang dibutuhkan tali hingga meregang).
c.     Kecerahan
Dalam pengukuran kecerahan perairan, langkah pertama yang dilakukan adalah disiapkan alat dan bahan terlebih dahulu. Selanjutnya sechidisk dimasukkan kedalam perairan secara pelahan-lahan hingga tidak terlihat oleh mata untuk pertama kali dan kemudian diukur tingginya dengan menggunakan penggaris dan dicatat sebagai ,𝐷-1., kemudian diturunkan sampai dasar perairan lalu diangkat hingga terlihat kembali untuk pertama kali dan dicatat sebagai ,𝐷-2.. Setelah didapatkan pengukuran ,𝐷-1. dan ,𝐷-2., selanjutnya nilai kecerahan dapat dihitung dengan rumus :
Kecerahan = ,,D-1.+ ,D-2.-2. , dan dicatat hasilnya.


d.     Pasang Surut
Pada pengukuran pasang surut alat yang digunakan adalah tide staff. Tongkat tide staff berskala 2 meter dan diberi tanda pada tiap sentinya. Pertama-tama tide staff ditancapkan pada daerah yang masih tergenang saat pasang terendah, pada saat praktikum tide staff ditancapkan pada jarak 50 m dari pantai. Tinggi permukaan air pada tide staff dicatat sebagai tinggi pemukaan mula-mula (t0). Setelah itu, tide staff dibiarkan hingga pasang terendah. Setelah selang waktu 4 jam, ketinggian permukaan air pada tide staff dilihat kembali dan dicatat sebagai (t1). Selisih dari (t0-t1) merupakan nilai kecepatan pasang surut setelah dibagi waktu pasang surut. Kemudian, dicatat hasilnya.
e.     Gelombang
·       Tinggi gelombang
Pada pengukuran gelombang, alat yang digunakan adalah tongkat berskala 2 m dan stopwatch. Pengukuran dilakukan saat pasang terendah. Langkah pertama adalah tongkat ditancapkan ke dalam air. Pengukuran gelombang dilakukan secara visual dan langsung. Gelombang yang datang dicatat sebagai tinggi puncak gelombang dan lembah gelombang. Kemudian, pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali. Agar data yang diperoleh lebih valid. Setelah itu, dicatat hasilnya.
·       Periode gelombang
Pertama-tama tongkat skala ditancapkan ke dalam perairan. Setelah itu,  dihitung lamanya waktu yang diperlukan antara puncak gelombang dengan lembah gelombang untuk melewati tongkat skala tersebut, pengukuran dilakukan dengan pengulangan sebanyak tiga kali untuk mengurangi kesalahan pengukuran. Agar pengamatan yang dilakukan lebih mudah diukur gelombang yang cukup besar. Kemudian, dicatat hasilnya.





4.2.2      Parameter Kimia
a. pH
Dalam pengukuran pH perairan, pertama-tama yang dilakukan adalah dicelupkan pH paper dalam perairan selama ± 2-3 menit, setelah itu diambil pH paper dari perairan, lalu pH paper dikibas-kibaskan biar kering hingga setengah kering dan dilanjutkan pH paper dicocokkan dengan kotal standart pH untuk diketahui nilai pH dari perairan kemudian dicatat hasilnya.

b. Salinitas
Pertama-tama disiapkan refraktometer terlebih dahulu lalu dibuka bagian tutup dari refraktometer dan dikalibrasi menggunakan aquadest. Kemudian dibasuh menggunakan tissue secara searah agar tidak ada serabut tissue yang menempel dan ditetesi air sampel pada refraktometer untuk di ukur nilai salinitasnya kemudian ditutup refraktometer secara 45 derajat agar tidak terdapat gelembung udara di dalamnya, lalu dilihat indeks skala pada bagian kanan refraktometer dengan cara menghadap cahaya, dan dicatat hasilnya.

c.   DO
Pertama-tama yang dilakukan adalah disiapkan water sampler dan dimasukkan botol DO ke dalam water sampler dengan dibuka tutupnya dan tutup tersebut diletakkan di samping botol DO dengan diikat menggunakan tali dan water sampler ditutup. Kemudian selang disambungkan pada tutup water sampler dan dimasukkan ke dalam perairan, diletakkan selang aerator di dekat talinya, ditunggu hingga botol di dalam water sampler terisi air penuh sampai terdengar bunyi “blub” lalu ujung selang ditutup dan diangkat water sampler dari perairan kemudian dibuka tutup water sampler dan diambil botol DO yang telah terisi penuh dengan air sampel lalu dibolak-balik untuk memastikan tidak ada gelembung udara di dalamnya. Jika terdapat gelembung udara maka percobaan diulangi dari awal. Setelah itu dibuka tutup botol DO dan ditetesi dengan 2 ml larutan ,MnSO-4. untuk mengikat ,O-2. dan dihomogenkan, kemudian ditetesi lagi dengan 2 ml larutan NaOH+KI untuk melepas ,I-2., dihomogenkan kembali lalu ditunggu selama ± 30 menit agar mengendap dan ditutup botol DO. Selang 1 hari kemudian diambil cairan bening dari botol DO gingga hanya tersisa endapan saja, lalu ditetesi dengan ,H-2.,SO-4. sebanyak 2 ml, dihomogenkan dan ditetesi amilum sebanyak 2 ml dengan menggunakan pipet tetes. ,H-2.,SO-4. digunakan sebagai pengkondisian suasana basa dan indikator warna ungu. Setelah itu diletakkan dibawah buret yang telah terisi ,Na-2.,,S-2.O-3. sebanyak 0,025 N dan dititrasi hingga larutan berwarna bening untuk pertama kalinya lalu dilihat volume titrasi dari buret yang telah digunakan dan dihitung nilai dari DO dengan rumus :
DO (,mg-l.) = ,,V-titran x ,N-titran.x 1000 x 8.-,V-botol DO. 4. , dan dicatat hasilnya.

Keterangan :
Vtitran : V2 – V1
Ntitran : Normalitas Na-Thiosulfat (0,025 N)
1000 : Volume air
8 : Nilai Oksigen dibagi 2
Vbotol DO : Volume botol DO yang akan digunakan untuk pengukuran DO
4 : Asumsi air yang tumpah



















4.3 Analisa Hasil
4.3.1 Parameter Fisika
  a. Suhu
Dari hasil pengamatan suhu diperairan Pelabuhan Mayangan dengan menggunakan Thermometer Hg, didapatkan hasil 28. Tingkat proses reaksi biokimia tergantung pada suhu, suhu normal terjadi hukum Van Hoff’s (Moncrief dan Jones, 1977) dalam Andayani (2005) yang menyatakan bahwa setiap 100 menaikkan suhu kira-kira dua kali tingkat reaksi.

b. Kecepatan Arus
Dari hasil pengamatan diperairan Pelabuhan Mayangan didapatkan data panjang tali 5 meter, waktu yang dibutuhkan (t) 52 detik. Setelah itu, perhitungan didapat hasil 0,096 m/s, dengan arah arus dari utara menuju selatan. Menurut Hinckteg Etall (1991) diacu dalam Zottoli (2000) arus selalu berhubungan dengan kedalaman. Perubahan arah arus yang kompleks susunannya terjadi sesuai dengan makin bertambahnya kedalaman perairan.

c.  Kecerahan
Dari hasil pengamatan diperairan Pelabuhan Mayangan menggunakan secchi disk didapatkan hasil D1= 209 dan D2= 169, maka didapatkan nilai kecerahan 189. Dapat disimpulkan bahwa kecerahan pada daerah tersebut adalah baik. Menurut Andayani (2005) penetrasi cahaya dalam perairan dipengaruhi oleh besarnya tingkat partikel koloid terlarut (kekeruhan), dan umumnya plankton merupakan penyebab utama kekeruhan.

d.     Pasang Surut
Dari hasil pengamatan diperairan Pelabuhan Mayangan dengan menggunakan tide staff didapat data bahwa nilai t1 = 90 cm dan t2 = 0 cm. Sedangkan waktu pengukuran selama 4 jam, kecepatan pasang surut yaitu 2,66 m/s.
Menurut Romimohtarto (2001), pola pergerakan pasut ini terjadi karena perbedaan posisi suatu putar bumi dan bulan, karena berbeda-bedanya posisi sumbu putar bumi dan bulan, karena perbedaan bentuk dasar laut dan karena banyak hal lain lagi.


e.     Gelombang
Dari hasil pengukuran gelombang diperairan Pelabuhan Mayangan menggunakan tongkat skala diukur 2 parameter yaitu tinggi gelombang dan periode gelombang. Pada pengukuran tinggi gelombang didapat pengukuran ke 1 puncak 138 cm, lembah 134 cm jadi selisihnya 4 cm. Pada pengukuran kedua didapat hasil puncak 141 cm, lembah 133 cm jadi selisihnya 8 cm. Pada pengukuran ketiga didapat hasil puncak 140 cm, lembah 135 cm jadi selisihnya 5 cm, dan tinggi gelombang rata-rata yaitu 5,67 cm.
Pada pengukuran periode gelombang didapatkan hasil pada pengukuran pertama didapat 3 detik, kedua 3 detik, dan ketiga 2 detik, dengan rata-rata 2,66 detik. Dari data tersebut dapat disimpulkan gelombang pada perairan Pelabuhan Mayangan cepat karena kurang dari 1 detik dan tinggi gelombang sangat rendah.
Gelombang atau ombak yang terjadi dilakukan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam tergantung kepada gaya pembangkit. Pembangkit gelombang laut disebabkan oleh : Angin (gelombang angin), gaya tarik-menarik bumi-bulan-matahari (gelombang pasang surut), gempa (vulkanik dan tektonik) didasar laut (gelombang tsunami) ataupun gelombang yang disebabkan oleh kapal (Romimohtarto, 2001).

4.3.2 Parameter Kimia
a. pH
Dari hasil pengukuran diperairan Pelabuhan Mayangan menggunakan pH paper didapat hasil yaitu 9. pH diperairan Probolinggo yaitu bersifat basa. Nilai pH berkisar dari 0 hingga 14. Suatu larutan dikatakan netral apabila mendekati nilai pH 7. Nilai pH >7 menunjukan larutan memiliki sifat basa, sedangkan pH <7 menunjukkan asam (Zottoli, 2000).

b. Salinitas
Dari hasil pengukuran diperairan Pelabuhan Mayangan didapat nilai salinitas yaitu 24 ppt. Menurut Andayani (2005) air laut mengandung 5 garam-garam.Gas terlarut bahan-bahan organic dan partikel tak terlarut. Keberadaan garam-garaman mempengaruhi sifat optis air laut (seperti : densitas, kompresibilitas, titik beku, dan temperature dimana densitas menjadi maksimum) beberapa tingkat, tetapi tidak menentukannya. Beberapa tingkat, tetapi terpengaruh secara signifikan oleh salinitas dua sifat yang sangat ditentukan oleh jumlah garam dilaut (salinitas) adalah daya hantar listrik (konduktivitas) dan tekanan osmosis.
c.DO
Dari hasil pengukuran diperairan Pelabuhan Mayangan didapat hasil adalah 14,63 mg/l. Menurut Supriyadi (2002), kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi perubahan lain seperti temperatur, kadar garam maupun bahan organic terlarut menurunkan konsentrasi jenuh oksigen terlarut. Peningkatan kecerahan menaikkan konsentrasi oksigen terlarut pada siang hari untuk menurunkannya pada malam hari.


4.4           Manfaat di Bidang Perikanan
4.4.1      Parameter Fisika
a.     Suhu
Dapat mengetahui suhu perairan dipantai dan suhu rata-rata perairan. Suhu  mempengaruhi ikan dalam proses metabolisme dan reaksi-reaksi yang terjadi diperairan. Dengan demikian diduga suhu pun dapat mempengaruhi produksi termasuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan harian. Contoh pada ikan nila : suhu dapat mempengaruhi kelangsungan hidup tertinggi terjadi pada suhu 320c yaitu 96,26%. Seperti halnya kelangsungan hidup, pertumbuhan harian rata-rata, pertumbuhan harian tertinggi tercapai pada suhu 280c (Saputra, 2011).

b.     Kecepatan Arus
Mengetahui kecepatan arus pada perairan laut serta untuk mengetahui arah arus yang datang dan arus yang pergi. Ikan secara alamiah memang memiliki naluri menyukai arus air, kondisi dinamis pada air mengalir akan memberikan rangasangan bagi ikan untuk bergerak. Aktivitas berenang sangat berkorelasi dengan kebutuhan O2 yang banyak namun tak ada indikasi kelelahan baigi ikan yang terus bergerak, sehingga ini mengindikasikan bahwa kebutuhan O2, karena ikan memerlukan sumber energy yang tinggi saat berenang dapat dipenuhi ikan yang memiliki aktivitas gerak lebih banyak akan memiliki kondisi kekompakkan daging lebih baik dengan ikan yang statis (Dadang, 2011).




c.     Kecerahan
Mengetahui tingkat kecerahan pada perairan serta untuk mengetahui tingkat penetrasi cahaya masuk kedalam perairan. Tingkat kekeruhan air, baik air sumber maupun air media pemeliharaan mempunyai dampak yang positif dan negative terhadap organism yang dibudidayakan dan setiap organism mempunyai tingkat kekeruhan yang berbeda pula. Sebagai contoh bagi jenis kerang hijau masih dapat hidup normal dan tumbuh baik pada tingkat kekeruhan yang tinggi (Kurniawan, 2011).
d.     Pasang Surut
Mengetahui kapan waktu pasang surut terjadi serta untuk mengetahui tinggi air pasang tertinggi dan tinggi air pada surut terendah. Daerah rendah sangat rawan terhadap banjir dan genangan yang terjadi berlangsung untuk jangka waktu yang lama bila tidak ada usaha untuk mengeringkannya. Bila daerah rendah ini berada di kawasan pantai maka kerawanan terhadap banjir ini menjadi lebih besar lagi diakibatkan oleh perubahan muka air laut yang bersifat permanen (seperti peningkatan muka air laut) dan yang tidak permanen (seperti pasang surut, storm surge, wave set up). Hal ini diperburuk lagi dengan adanya penurunan tanah akibat subsidence ataupun settlement (Rustam, 2011).

e.     Gelombang
Mengetahui tinggi dan rendah (puncak & lembah) gelombang diperairan serta untuk mengetahui tinggi gelombang rata-rata perairan. Arus sangat mempengaruhi penyebaran ikan, Lavastu dan Hayes (1981) dalam Fishblogs (2011), menyatakan hubungan arus terhadap penyebaran ikan adalah arus mengalihkan telur-telur dan anak-anak ikan petagis dan daerah pemijahan ke daerah pembesaran dan ke tempat mencari makan. Migrasi ikan-ikan dewasa disebabkan arus, sebagai alat orientasi ikan dan sebagai bentuk rute alami; tingkah laku ikan dapat disebabkan arus, khususnya arus pasut, arus secara langsung dapat mempengaruhi distribusi ikan-ikan dewasa dan secara tidak langsung mempengaruhi pengelompokan makanan.



4.4.2      Parameter Kimia
a.     pH
Mengetahui tingkat atau nilai keasaman atau kebasaan suatu perairan. pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis.Di bidang perikanan budidaya pH berfungsi sebagai perkembangan embrio pada telur ikan.Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional (Saifulrizal, 2011).

b.     Salinitas
Mengetahui tingkat kadar garam yang terdapat diperairan. Salinitas adalah kadar garam seluruh zat yang larut dalam 1.000 gram air laut, dengan asumsi bahwa seluruh karbonat telah diubah menjadi oksida, semua brom dan lod diganti dengan khlor yang setara dan semua zat organik mengalami oksidasi sempurna. Salinitas mempunyai peran penting dan memiliki ikatan erat dengan kehidupan organisme perairan termasuk ikan, dimana secara fisiologis salinitas berkaitan erat dengan penyesuaian tekanan osmotik ikan tersebut (Fishblogs, 2011).

c.     DO
Mengetahui tingkat kadar oksigen terlarut yang terdapat di perairan. Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan,proses metabolis atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (Saifulrizal, 2011).




5.   PENUTUP


5.1   Kesimpulan
Dari pengamatan yang telah dilakukan selama praktikum oceanografi dapat disimpulkan bahwa:
·       Oceanografi merupakan suatu kajian yang membahas mengenai lautan yang didalamnya terdapat unsur-unsur atau proses.
·       Oceanografi dipengaruhi oleh parameter fisika dan parameter kimia
·       Parameter fisika antara lain suhu, kecepatan arus, kecerahan, sifat optis air, pasang surut, dan gelombang
·       Suhu adalah derajat tingkat temperatur yang mempunyai keadaan lingkungan baik aktifitas metabolism atau perkembangan organisme tersebut
·       Kecepatan arus adalah gerakan air yang dipengaruhi oleh angin yang mengakibatkan perpindahan massa air
·       Kecerahan adalah  konsentrasi penetrasi cahaya yang masuk kedalam perairan
·       Sifat optis air adalah penetrasi cahaya yang masuk ke dalam perairan baik diteruskan ataupun di hamburkan
·       Pasang surut adalah keadaan tinggi rendahnya air laut yang hampir teratur 
·       Gelombang adalah gerakan naik dan turunnya air secara bergantian
·      Parameter kimia antara lain pH, salinitas, dan DO
·      pH adalah derajat nilai keasaman atau kebasaan pada perairan
·      Salinitas adalah kadar garam yang terkandung dalam air laut
·      DO adalah kandungan oksigen yang terlarut dalam perairan
·       Pada pengukuran setiap parameter diperoleh hasil sebagai berikut :
Ø  Pada Parameter Kimia :
v    pH                   : 9
v    DO                  : 25,69 mg/l
v    Salinitas          : 20 ppt
Ø  Pada Parameter Fisika :
v  Suhu                            : 300C (12.10 WIB), 290C (11.40 WIB)
v  Kecepatan arus           : 0,15 m/s (11.40 WIB), 0,14 m/s    (12.10 WIB)
v  Gelombang                       : 21
v  Pasang surut               : kec.pasut 110/6.20jam, lebar pasut 1,8
v  Kecerahan                   : 445 (11.40 WIB), 426 (12.10 WIB)

5.2   Saran
Saran yang dapat disampaikan dalam praktikum ini adalah pada saat praktikum lebih diperhatikan manajemen waktunya dan untuk praktikan pada saat di lapang hendaknya memperhatikan asisten guna mendapat wawasan ilmu yang lebih luas bukan mengobrol sendiri. Jika kurang jelas, praktikan seharusnya berinisiatif untuk bertanya bukan diam saja.
Gelombang                 : 21



























DAFTAR PUSTAKA

Alljabbar. 2011. Parameter Fisika. http://alljabbar.wordpress.com/2008/04/07/suhu/. Diakses pada tanggal 05 Juni 2011 pukul 22.11 WIB
Andayani S. 2005. Kualitas Air. Fakultas Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang
Asmawi S. 1986. Pemeliharaan Ikan dalam Keramba. Jakarta : PT.Gramedia
Bayard, H dan Zottoli , P. 1983. Pengantar Biologi Laut. Mosbycompany. London
Brotowidjoyo, Mukayat. D. 1999. Pengantar Lingkungan Perairan dan Budidaya Air. Liberty. Yogyakarta
Dadang. 2011. Perbandingan Daratan dan Lautan. http://xxxxdadang.com. Diakses pada tanggal 05 Juni 2011 pukul 12.56 WIB
Dronkers, J. J. 1964. Tidal Computations in Rivers and Coastal Waters. North-Holland Publishing Company. Amsterdam
Fishblogs. 2011. Manfaat Gelombang di Bidang Perikanan. http://www.fishblogs.com. Diakses pada tanggal 05 Juni 2011 pukul 20.05 WIB
Gentur. 2011. Bentuk Muka Bumi. http://www.gentur.bentuk muka bumi. Diakses pada tanggal 27 Mei 2011 pukul 12.00 WIB
Hutabarat dan Stewart . M. Evans. 1985. Pengantar Oceanography. UI Press. Indonesia
Kordi dan Andi. 2007. Pengelolahan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. Jakarta :Bineka Cipta
Kurniawan. 2011. Kisaran Suhu Terhadap Air. http://kurniawan.com. Diakses pada tanggal 05 Juni 2011 pukul 13.14 WIB
Nontji A. 1986. Laut Nusantara. Jakarta : Djambatan
Nybakken, J. W. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologi. Jakarta : PT.Gramedia
Romimohtarto, K dan Juwana, S. 2001. Biologi Laut . Jakarta : Djambatan
Rustam. 2011. Manfaat Pasang Surut di Bidang Perikanan. http://rustamburu.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 05 Juni 2011 pukul 19.29 WIB
Saifulrizal. 2011. Manfaat pH di Bidang Perikanan. http://saifulrizal.blogdetik.com/2010/07/12/. Diakses pada tanggal 05 Juni 2011 pukul 22.10 WIB
Saputra. 2011. Pengaruh Suhu pada Ikan. http://www.wibisono.com. Diakses pada tanggal 05 Juni 2011 pukul 14.23 WIB
Supriyadi, 2002. OksigenTerlarut. http://www.raya4.papua.com. Diakses pada tanggal 27 Mei 2011 pukul 12.40 WIB
Wikipedia, 2011. Sifat Optis Air. http://id.wikipedia.org. Diakses pada tanggal 27 Mei 2011 pukul 11.19 WIB
Zenyfapussy, 2011. Kandungan DO (Dissolved Oxygen) di Perairan. http://zenyfapussy.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 27 Mei 2011 pukul 12.05 WIB
Zottoli, Connoughey. 2000. Pengantar Biologi Laut. Themosby Company. London






 (12.10 WIB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar