1.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Oseanografi dapat didefinisikan secara sederhana
sebagai suatu ilmu yang mempelajari lautan. Ilmu ini semata-mata bukanlah
merupakan suatu ilmu yang murni, tetapi merupakan perpaduan dari bermacam-macam
ilmu dasar yang lain. Ilmu-ilmu lain yang termasuk di dalamnya ialah ilmu tanah
(geology), ilmu bumi (geography), ilmu fisika (physics), ilmu kimia
(chemistry), ilmu hayati (biology) dan ilmu iklim (metereology) (Hutabarat, 1985).
Laut seperti halnya daratan dihuni oleh biota, yakni tumbuh-tumbuhan, hewan dan mikroorganisme hidup. Biota laut menghuni hampir semua bagian laut mulai dari pantai, permukaan laut sampai dasar laut yang teluk sekalipun. Keberadaan biota laut ini sangat menarik perhatian manusia, bukan saja karena kehidupannya yang penuh rahasia, tetapi juga karena manfaatnya yang besar bagi kehidupan manusia (Romimohtarto, 2001).
Laut seperti halnya daratan dihuni oleh biota, yakni tumbuh-tumbuhan, hewan dan mikroorganisme hidup. Biota laut menghuni hampir semua bagian laut mulai dari pantai, permukaan laut sampai dasar laut yang teluk sekalipun. Keberadaan biota laut ini sangat menarik perhatian manusia, bukan saja karena kehidupannya yang penuh rahasia, tetapi juga karena manfaatnya yang besar bagi kehidupan manusia (Romimohtarto, 2001).
Seperti halnya bentuk muka bumi,di daratan yang
beraneka ragam bentuk muka bumi di lautan juga beragam. Bedanya bentuk muka
bumi di lautan tidak seruncing dan sekasar di daratan. Keadan ini akibat dari
erosi dan penguapan dari air laut (Gentur,
2011).
1.2 Maksud
dan Tujuan
Maksud dari diadakannya praktikum oceanografi ini
adalah agar praktikan mengetahui dan memahami tentang ilmu oceanografi serta
macam-macam parameter kualitas air baik dari parameter fisika maupun parameter
kimia.
Tujuan dari diadakannya praktikum oceanografi ini
adalah agar praktikan mampu melakukan pengukuran parameter kualitas air baik dari
parameter fisika maupun parameter kimia.
1.3
Waktu dan Tempat
Praktikum oceanografi ini
dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 28 Mei 2011 pada pukul 06.00-selesai.
Tempat Praktikum oceanografi ini adalah di Pelabuhan Mayangan, Kabupaten Probolinggo, Propinsi Jawa Timur.
Tempat Praktikum oceanografi ini adalah di Pelabuhan Mayangan, Kabupaten Probolinggo, Propinsi Jawa Timur.
2.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Perairan Laut
Lingkungan laut sangat luas cakupannya dan sangat majemuk sifatnya.
Karena luasnya dan majemuknya lingkungan tersebut. Tiada satu kelompok biota
laut pun yang mampu hidup disemua bagian lingkungan laut tersebut dan disegala
kondisi lingkungan yang berbeda-beda kedalam lingkungan-lingkungan yang berbeda
pula. Para ahli oseanologi membagi-bagi lingkungan laut menjadi zona-zona atau
yang memintakat-mintakat menurut kreteria-kreteria yang berbeda (Romimohtarto, 2001).
Laut merupakan suatu tempat mata pencarian bagi orang-orang asia
tenggara yang telah berumur berabad-abad lamanya. Tidak dimana pun juga hal ini
benar-benar dapat dilihat diIndonesia dimana Negara ini terdiri dari lebih
kurang 13.000 pulau yang tersebar. Kebanyakan penduduk yang berjumlah
140.000.000 bertempat timggal berbatasan dengan lautan. Sejak dahulu lautan
telah memberi manfaat kepada manusia untuk dipergunakan suatu sarana untuk
berpergian, perniagaan dan perhubungan dari suatu tempat ketempat lain.
Akhir-akhir ini diketahui bahwa lautan banyak mengandung sumber-sumber alam
yang berlimpah-limpah jumlahnya dan bernilai berjuta-juta dolar (Hutabarat, 1985).
2.2
Parameter Fisika
2.2.1
Suhu
Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin
suatu benda dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah thermometer.
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat untuk mengukur suhu cenderung
menggunakan indera peraba. Tetapi dengan adanya perkembangan teknologi maka
diciptakanlah termometer untuk mengukur suhu dengan valid (Alljabbar, 2011).
Suhu merupakan salah
satu faktor utama yang mempengaruhi penyebab jasad-jasad laut. Jasad-jasad yang
mampu mempertenggang jangka suhu yang nisbi luas diistilahkan sebagai
euritermal yang terbatas kepada jangka suhu yang sangat sempit disebut
stenotermal. Beberapa jenis diantaranya lebih euritermal pada tahap-tahap
tertentu dari kehidupannya dari pada yang lain-lain (Bayard, 1983).
Suhu air mempunyai pengaruh yang besar terhadap proses pertukaran zat
atau metabolisne dari makhluk-makhluk hidup. Keadaan ini yang jelas terlihat
dari jumplah plankton didaerah-daerah yang beriklim sedang lebih banyak
daripada didaerah-daerah yang beriklim panas (Asmawi, 1986).
2.2.2
Kecepatan Arus
Arus laut permukaan merupakan pencrminan
langsung dari pelangi yang bertiup pada waktu itu. Jadi arus permukaan
digerakkan oleh angin. Air dilapisan bawahnya ikut terbawa karena adanya gaya
coriolis yakni gaya yang diakibatkan oleh perputaran bumi, maka arus dilapisan
permukaan laut berbelok kekanan dari arah angina dan arus permukaan
(Romimohtarto, 2001).
Menurut Hutabarat (1985), secara umum yang dimaksud dengan arus laut
adalah gerakan massa air laut kearah horizontal dalam skala besar. Arus dilaut
dipengaruhi oleh banyak faktor salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya
arus yakni tiupan angin musim. Selain itu, juga faktor suhu permukaan laut yang
selalu berubah-ubah. Indonesia misalnya, dikenal mempunyai dua musim yakni
musim barat dan musim timur dimana siklus perubahan tiap musim ditandai dengan
adanya perubahan tekanan udara sehingga menimbulkan arah tiupan angin yang
berbeda pula.
2.2.3
Kecerahan
Menurut Kordi (2007), kecerahan adalah sebagian
cahaya yang diteruskan ke dalam air dan dinyatakan dengan % dan babarapa
panjang gelombang di daerah spectrum yang terlihat cahaya yang melalui lapisan
sekitar satu meter jatuh agak lurus pada permukaan air.Kemampuan cahaya
matahari untuk menembus sampai ke dasar perairan oleh kekeruhan (turbidity)
air.
Dengan mengetahui kecerahan suhu perairan,kita
dapat mengetahui sampai dimana masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi
dalam air. Lapisan-lapisan manakah yang tidak keruh,yang agak keruh dan yang
paling keruh,serta lain sebagainya. Air yang tidak terlampau keruh dan yang
tidak terlampau jernih baik untuk kehidupan ikan.Kekeruhan yang baik adalah
kekeruhan yang disebabkan oleh jasad-jasad renik dan plankton. Nilai kecerahan
yang baik untuk kehidupan ikan adalah lebih besar dari 45 cm. Karena kalau
lebih kecil dari nilai tersebut batas pandangan ikan akan berbeda (Asmawi, 1986).
2.2.4
Sifat Optis Air
Sifat
optis air sangat berhubungan dengan intensitas matahari. Hal ini berkaitan
dengan besar sudut penyinaran yang dibentuk. Cahaya yang tiba dipermukaan air
sebagian akan dipantulkan sebagian akan diteruskan. Pada perairan laut yang
bergelombang cahaya sebagian dipantulkan dihamburkan, sinar yang diteruskan
sebagian akan diabsorbsi (Wikipedia, 2011).
Sifat
optis air sangat berhubungan dengan intensitas matahari, semakin lama matahari
berada, sifat optis air dimiliki semakin besar sudut datang semakin besar.
Intensitas matahari semakin besar maka sifat air akan bervariasi (Nybakken,
1988).
2.2.5
Pasang Surut
Naik dan turunnya permukaan laut secara
periodik selama suatu interval waktu tertentu disebut pasang surut. Pasang
surut merupakan faktor lingkungan yang paling penting yang mempengaruhi
kehidupan dizona intertidal / tanpa adanya pasang surut atau hal lain yang
menyebabkan naik dan turunnya permukaan air secara periodik zona ini tidak akan
seperti itu. Dan faktor-faktor lain akan kehilangan pengaruhnya. Ini disebabkan
kisaran yang luas pada banyak faktor fisik akibat hubungan langsung yang
bergantiaan antara keadaan terkena udara terbuka dan keadaan yang terendam air.
Jika tidak ada pasang surut fluktuasi yang besar ini tidak akan terjadi
(Nybakken, 1988).
Menurut Dronkers (1964), pasang surut laut merupakan
suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara
berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik
dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh
benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya
lebih kecil.
2.2.6
Gelombang
Gelombang
sebagian ditimbulkan oleh dorongan angin diatas permukaan laut dan sebagian
lagi oleh tekanan tanggensial pada partikel air. Angin yang bertiup dipermukaan
laut mula-mula menimbulkan riak gelombang (ripples). Jika kemudian angin
berhenti bertiup maka riak gelombang akan hilang dan permukaan laut merata
kembali. Tetapi jika angin bertiup lama maka riak gelombang akan hilang dan
prmukaan gelombang merata kembali. Tetapi angin ini bertiup lama maka riak
gelombang membesar terus walaupun kemudian anginya berhenti bertiup. Setelah
meninggalkan daerah asal bermula tiupan angin, maka gelombang merata menjadi
ombak sederhana (Romimohtarto, 2001).
Gelombang
selalu menunjukkan sebuah ayunan air yang bergerak tanpa henti-henti pada
lapisan permukaan laut dan jarak dalam keadaan sama sekali diam. Hembusan
sepoi-sepoi menimbulkan pada cuaca yang tenang sekalipun sudah cukup untuk
dapat menimbulkan riak gelombang. Sebaliknya dalam keadaan dimana terjadi badai
yang besar dapat menimbulkan suatu gelombang besar yang dapat mengakibatkan
suatu kerusakan hebat pada kapal-kapal atau daerah-daerah pantai (Hutabarat,
1985).
2.3
Parameter Kimia
2.3.1 pH
Menurut
Brotowidjoyo (1999), biasanya
pH air laut itu 7,6-8,3 dan terutama mengandung ion HCO3-.
Air lautan juga mengandung asam-asam lemah seperti asam karbon (H2CO3)
dan asam boric (H3BO3) dan karena asam-asam itu
berdissosiasi maka terjadilah kondisi bahwa air lautan itu sebagai buffer yang
baik sekali yaitu bila dalam larutan ditambahkan NaOH, maka H2CO3
dan H3BO3 akan lebih terdissosiasi dan pH air
lautan konstan sampai H2CO3 dan H3BO3
itu terpakai semua. Bila dalam air lautan ditambahakan asam keras seperti H2SO4
maka akan terjadi proses kebalikannya dan pH tetap konstan yaitu 7,6-8,3. Fakta
inilah yang menjamin berbagai jenis ikan laut dapat hidup.
Konsentrasi
ion zat cair dalam laut yang dinyatakan dengan pH pada konstan, berbeda-beda
antara 7,6 dan 8,3. Penyanggan terutama merupakan hasil dari keseimbangan
karbondioksida asam karbonat dan keseimbangan bikarbonat. Efek penyangga dari
partikel tanah padat yang halus dan lebih kurang ukurannya, asam borat. Pada
nilai pH yang lebih tinggi pengendapan kalsium karbonat dimudahkan (Zottoli,
2000).
2.3.2 Salinitas
Menurut
Hutabarat (1985), salinitas
sendiri dapat didefinisikan sebagai berikut yakni jumlah total gr dari material
padat termasuk garam NaCl yang terkandung dalam air laut sebanyak 1 kg dimana
bromine dan iodine diganti dengan klorin dan bahan organic seluruhnya telah
terbakar habis. Pengukuran salinitas semula dilakukan dengan cara tidak
langsung yakni melalui pengukuran klorinitas.
Menurut
Nontji (2002), di perairan
samudera salinitas biasanya berkisar antara 34-35 ‰ karena terjadi pengenceran
misalnya karena pengaruh aliran sungai sehingga salinitas bisa turun rendah.
Sebaliknya, di daerah dengan penguapan yang sangat kuat salinitas bisa
meningkat tinggi.
2.3.3 DO
DO
(Dissolved Oxygen) menunjukkan kandungan oksigen terlarut dalam air. Banyak
sedikitnya kandungan oksigen dapat dipakai untuk menunjukkan banyak sedikitnya
air. Angka DO yang kecil menunjukkan bahwa banyak pengotor atau bahan organic
dalam air. Oksigen terlarut juga sangat penting dalam mendeteksi adanya
pencemaran lingkungan perairan. Karena oksigen dapat digunakan untuk melihat perubahan
biota dalam perairan. Adapun kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi oleh suhu,
tekanan partikel gas yang ada di udara dan di air. Semakin tinggi suhu, salinitas
dan tekanan gas yang terlarut dalam air maka kandungan oksigen makin berkurang.
Kandungan oksigen terlarut ideal bagi biota di perairan adalah mencapai antara
4,0-10,5 mg/l pada lapisan permukaan dan 4,3-10,5 mg/l pada kedalaman 10 meter
(Zenyfapussy, 2011).
Menurut
Brotowidjoyo (1999), kandungan
oksigen air laut dalam kondisi normal tidak mengganggu ikan, sebab kandungan
oksigen itu secara relative bervariasi dalam batas-batas yang sangat sempit. Hanya
di lapisan-lapisan oksigen monomum di bawah termokllin tropis dan dalam
rongga-rongga di laut Baltik yang yang kandungan oksigennya rendah kehidupan
ikan terganggu. Pernafasan ikan dalam air itu adalah pengambilan O2
dari air dan pelepasan CO2 kedalam air. Pertukaran gas (O2
dan CO2) itu berlangsung dalam insang dan pada beberapa spesies ikan
pernafasan berlangsung melalui kulit.
3.
METODOLOGI
3.1
Alat dan Fungsi
3.1.1
Parameter Fisika
a.
Suhu
·
Thermometer : sebagai pengukur
suhu perairan yang akan diamati
b.
Kecepatan Arus
·
Tali Rafia : untuk menghubungkan 2 botol air mineral 600ml
·
2 botol mineral 600ml : sebagai
pelampung
·
Stopwatch : untuk mengukur lama kecepatan arus
·
Kompas : sebagai penunjuk arah dan
menentukan arah arus
c.
Kecerahan
·
Secchidisk : sebagai alat pengukur
suatu kecerahan di perairan
·
Tongkat skala : untuk menghitung D1
dan D2
·
Karet gelang :untuk membatasi tanda
pada D1 dan D2
d.
Pasang Surut
·
Tide Statif : untuk mengukur
ketinggian pasang dan surut
e.
Gelombang
·
Tongkat Skala : untuk mengukur ketinggian
gelombang
·
Stopwatch : untuk mengukur selisih dan lamanya
gelombang yang datang
3.1.2 Parameter Kimia
a. pH
· Kotak standar pH : untuk mencocokan
perubahan warna pada pH paper
· pH paper : untuk mengukur
kadar pH di perairan
b. Salinitas
· Refraktometer :untuk mengukur
salinitas suatu perairan
· Pipet tetes :untuk mengambil larutan dalam jumlah
kecil
c. DO
·
Botol DO :untuk
mengambil air sampel dari perairan untuk pengukuran DO
·
Water sampler :membantu pengambilan air
sampel dari perairan untuk pengukuran DO
· Pipet tetes :untuk mengambil
larutan dalam jumlah kecil
· Buret :untuk tempat
larutan titran dan titrasi
· Statif :sebagai penyangga
buret
· Selang :untuk mengambil
air jernih diatas endapan coklat
· Pipet volume :untuk mengambil
larutan dengan volume 0,1-10 ml
· Corong :untuk membantu
memasukkan larutan titran ke buret
3.2 Bahan dan Fungsi
3.2.1 Parameter Fisika
a. Suhu
· Air laut : sebagai objek
pengukuran suhu suatu perairan
b. Kecepatan Arus
· Air laut : sebagai objek
pengukuran kecepatan arus
c. Kecerahan
· Air laut : untuk objek
yang di ukur kecerahannya
d. Pasang Surut
· Air laut : untuk objek
pengukuran pasang surut
e. Gelombang
· Air laut : sebagai objek
pengukuran gelombang
3.2.2 Parameter Kimia
a. pH
· Air laut : sebagai objek
pengukuran pH air laut
b. Salinitas
· Air laut : sebagai objek
yang akan diamati salinitasnya
· Aquades : sebagai
kalibrasi refraktometer
·
Tissue : untuk membersihkan kaca refraktometer secara
searah
c. DO
· Air sampel :
bahan yang akan diukur DOnya
· MnSO4 : untuk mengikat
O2 dalam larutan
· NaOH+KI : melepas I2
dan membentuk endapan coklat
·
H2SO4 :
untuk pengkondisian suasana asam dan melarutkan endapan coklat
· Amylum : pengkondisian suasana
basa dan indikator warna ungu
· Na2S2O3 : sebagai titran
3.3
Skema Kerja
3.3.1 Parameter Fisika
a. Suhu
Dimasukkan
dalam perairan dengan membelakangi matahari
Ditunggu 2-3 menit
Dicatat pada saat thermometer dalam perairan
Diangkat kepermukaan
|
b.
|
Dihubungkan dengan botol aqua dengan jarak 30
cm antara botol 1 dengan botol 2
Panjang tali rafia 5 m
Botol pertama diisi air dan botol kedua dibiarkan kosong
Dihanyutkan
botol mengikuti arus
Dicatat waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak 5 m
Dihitung kecepatan arus dengan rumus 𝜈= ,𝑠-𝑡.
Dicatat dengan satuan ,𝑚-𝑠.
|
c.
Kecerahan
|
Dimasukkan dalam perairan
secara perlahan hingga tidak terlihat pertama kali
Diukur tingginya dan
dicatat sebagai D1
Dimasukkan kedalam
perairan sampai benar-benar tidak kelihatan
Diangkat dari dasar
perairan secara perlahan sampai tampak pertama kali, dan ditandai dengan karet
gelang
Dicatat sebagai D2
Diukur kecerahan
menggunakan rumus ,𝐷1+𝐷2-2.
|
d.
Pasang Surut
Dipasangkan tide staff
pada tiang di daerah pasang surut yang masih terendam air saat surut terendah
Dicatat
tinggi permukaan air pada tide staff sebagai tinggi permukaan mula-mula t0
(cm)
Ditunggu 4 jam, kemudian
tinggi permukaan air dicatat sebagai tinggi permukaan air t1 (cm)
Dihitung kecepatan pasang
surut dengan selisih dari kedua hasil pengukuran tersebut (cm/jam)
|
e.
Gelombang
Ø
Tinggi Gelombang
|
Ditancapkan tongkat skala pada perairan
Diukur tinggi gelombang secara visual
Dicatat tinggi puncak gelombang dan lembah gelombang
Diulangi percobaan sebanyak 3x
|
Ø Periode Gelombang
|
Ditancapkan tongkat skala pada perairan
Diukur dan
dicatat lama waktu yang diperlukan puncak gelombang 1 dengan gelombang 2 untuk
melewati tongkat skala
Diulangi
percobaan sebanyak 3x
|
3.3.2
Parameter Kimia
a.
pH
|
Dicelupkan pH paper kedalam perairan
Ditunggu 2-3
menit
Dikibas-kibaskan
sampai setengah kering
Dicocokkan
dengan kotak standart
|
b.
Salinitas
Dibuka tutup refraktometer
Dikalibrasi dengan aquades
Dikeringkan dengan tissue
Diteteskan air sample dikaca prisma refraktometer
Ditutup tutup kaca prisma refraktometer dengan 45° agar tidak terdapat gelembung udara
Diarahkan ke cahaya
|
c.
DO
·
|
Dibuka tutup water sampler
Dimasukkan air kedalam water sampler
Ditutup water sampler
Dibuka tutup botol DO
Disambung selang pada tutup water sampler
Dimasukkan dalam perairan
Dipanjangkan selang dan
didekatkan ke telinga sampai terdengar bunyi “BLUB”
Ditutup ujung selang dan
diangkat dari perairan
Dibuka tutup water sampler
Ditutup tutup botol Do
dalam air
Diangkat ke permukaan dan
dibolak- balik
Dibuka tutup botol DO
Ditetesi 2 ml larutan MnSO4
Dihomogenkan
Ditetesi 2 ml NaOh + KI
Dihomogenkan
Ditutup botol DO
Diendapkan selama 30 menit
|
·
Laboratorium
|
Dibuang cairan bening
Ditetesi 2 ml larutan H2SO4
Dihomogenkan
Ditetesi 3 tetes amylum
Dihomogenkan
Diletakkan dibawah buret yang berisi Na2S2O3
Dititrasi sambil dihomogenkan
Ditunggu cairan sampai bening pertama kali
Dilihat V titran pada buret
Dilakukan hal yang sama
pada botol DO permukaan,dasar,dan tengah
Diukur DO dengan
rumus ,𝑉 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝑁 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 1000 𝑥 8-𝑉 𝑏𝑜𝑡𝑜𝑙 𝐷𝑜−4.
|
4.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kecepatan Arus (m/s)
|
Kecerahan (cm)
|
Suhu (℃)
|
Salinitas (ppt)
|
pH
|
Gelombang
|
Pasang Surut (cm/jam)
|
DO (mg/L)
|
0,096
|
I.
189
II.
181,5
|
28
|
24
|
9
|
5,67
|
2,66
|
14,63
|
4.1
Data Hasil Pengamatan
1.
Kecepatan Arus
Hasil Pengukuran :
Panjang tali yang dipakai (s) : 5 meter
Lama waktu (t) :
52 detik
Kecepatan Arus (V) : 0,096 m/detik
Arah Arus :
dari utara menuju selatan (menurut mata angin)
2.
Kecerahan
Hasil Pengukuran :
Kedalaman secchi disk (mulai tidak tampak) : 209 cm
Kedalaman secchi disk (mulai tampak) :
169 cm
Nilai Kecerahan (rata-rata pengukuran) :
189 cm
3.
Suhu
Hasil Pengukuran :
Suhu air laut :
28 ℃
4.
Salinitas
Hasil Pengukuran :
Nilai Salinitas : 24 ppt
5.
Derajat Keasaman (pH)
Hasil Pengukuran :
Nilai pH : 9
6.
Gelombang
Hasil Pengukuran :
Tinggi Gelombang
Pengukuran
ke
|
I
|
II
|
III
|
Puncak (cm)
|
138
|
141
|
140
|
Lembah (cm)
|
134
|
133
|
135
|
Selisih (cm)
|
4
|
8
|
5
|
Tinggi Gelombang rata-rata = 5,67
Periode Gelombang
Pengukuran
ke-
|
I
|
II
|
III
|
Rata-rata
|
Periode
gelombang (detik)
|
3
|
3
|
2
|
2,66
|
7.
Pasang Surut
Hasil Pengukuran :
Skala awal pada tide staff :
90 cm (pukul 10.00)
Skala akhir pada tide staff :
0 cm
Selang waktu pengukuran :
4 jam
Kecepatan pasang surut :
2,66 cm/jam (pukul 14.20)
Tipe pasang surut :
Diurnal
8.
Oksigen Terlarut (DO)
Hasil
Pengukuran :
Nilai kandungan
oksigen di perairan : 14,63 mg/l
4.2
Analisa Prosedur
4.2.1
Parameter Fisika
a.
Suhu
Langkah awal
yang dilakukan adalah termometer dimasukkan ke dalam perairan dengan cara
membelakangi matahari agar termometer tidak terkontaminasi dengan sinar
matahari berlebihan, selanjutnya ditunggu selama 2-3 menit, lalu diamati skala
termometer saat masih berada di dalam perairan agar tidak terpengaruh suhu
udara luar dan dicatat hasil pembacaan skala pada termometer sebagai suhu di
perairan dan diambil termometer dari perairan, kemudian dicatat hasilnya.
b.
Kecepatan Arus
Pertama-tama botol
diikat dengan tali rafia yang panjangnya 30 cm dan diikatkan dengan botol
kedua. Setelah itu, dari botol kedua diikatkan tali rafia sepanjang 5 m. Pada
botol pertama diisi dengan air lokal yang berfungsi sebagai pemberat, sedangkan
botol kedua dibiarkan kosong yang berfungsi sebagai pelampung. Panjang tali
rafia merupakan jarak tempuh arus. Botol dimasukkan kedalam perairan bersamaan dengan
diaktifkannya stopwatch. Kemudian, botol dibiarkan terbawa arus hingga tali
meregang. Waktu dari pencelupan botol hingga tali meregang merupakan waktu
tempuh arus. Kecepatan arus dapat diketahui dengan cara membagi jarak (panjang
tali) dengan waktu (selang waktu yang dibutuhkan tali hingga meregang).
c.
Kecerahan
Dalam pengukuran kecerahan perairan, langkah
pertama yang dilakukan adalah disiapkan alat dan bahan terlebih dahulu.
Selanjutnya sechidisk dimasukkan kedalam perairan secara pelahan-lahan hingga
tidak terlihat oleh mata untuk pertama kali dan kemudian diukur tingginya
dengan menggunakan penggaris dan dicatat sebagai ,𝐷-1., kemudian diturunkan sampai dasar perairan lalu
diangkat hingga terlihat kembali untuk pertama kali dan dicatat sebagai ,𝐷-2.. Setelah didapatkan pengukuran ,𝐷-1. dan ,𝐷-2., selanjutnya nilai kecerahan dapat
dihitung dengan rumus :
Kecerahan = ,,D-1.+ ,D-2.-2. , dan dicatat hasilnya.
d.
Pasang Surut
Pada pengukuran pasang surut alat yang
digunakan adalah tide staff. Tongkat tide staff berskala 2 meter dan diberi
tanda pada tiap sentinya. Pertama-tama tide staff ditancapkan pada daerah yang
masih tergenang saat pasang terendah, pada saat praktikum tide staff
ditancapkan pada jarak 50 m dari pantai. Tinggi permukaan air pada tide staff
dicatat sebagai tinggi pemukaan mula-mula (t0). Setelah itu, tide
staff dibiarkan hingga pasang terendah. Setelah selang waktu 4 jam, ketinggian
permukaan air pada tide staff dilihat kembali dan dicatat sebagai (t1).
Selisih dari (t0-t1) merupakan nilai kecepatan pasang
surut setelah dibagi waktu pasang surut. Kemudian, dicatat hasilnya.
e.
Gelombang
·
Tinggi gelombang
Pada pengukuran gelombang, alat yang digunakan adalah
tongkat berskala 2 m dan stopwatch. Pengukuran dilakukan saat pasang terendah.
Langkah pertama adalah tongkat ditancapkan ke dalam air. Pengukuran gelombang
dilakukan secara visual dan langsung. Gelombang yang datang dicatat sebagai tinggi
puncak gelombang dan lembah gelombang. Kemudian, pengukuran dilakukan sebanyak
tiga kali. Agar data yang diperoleh lebih valid. Setelah itu, dicatat hasilnya.
·
Periode gelombang
Pertama-tama tongkat
skala ditancapkan ke dalam perairan. Setelah itu, dihitung lamanya waktu yang diperlukan antara puncak
gelombang dengan lembah gelombang untuk melewati tongkat skala tersebut,
pengukuran dilakukan dengan pengulangan sebanyak tiga kali untuk mengurangi
kesalahan pengukuran. Agar pengamatan yang dilakukan lebih mudah diukur
gelombang yang cukup besar. Kemudian, dicatat hasilnya.
4.2.2
Parameter
Kimia
a. pH
a. pH
Dalam
pengukuran pH perairan, pertama-tama yang dilakukan adalah dicelupkan pH paper
dalam perairan selama ± 2-3 menit, setelah itu diambil pH paper dari perairan,
lalu pH paper dikibas-kibaskan biar kering hingga setengah kering dan
dilanjutkan pH paper dicocokkan dengan kotal standart pH untuk diketahui nilai
pH dari perairan kemudian dicatat hasilnya.
b. Salinitas
Pertama-tama
disiapkan refraktometer terlebih dahulu lalu dibuka bagian tutup dari
refraktometer dan dikalibrasi menggunakan aquadest. Kemudian dibasuh
menggunakan tissue secara searah agar tidak ada serabut tissue yang menempel
dan ditetesi air sampel pada refraktometer untuk di ukur nilai salinitasnya
kemudian ditutup refraktometer secara 45 derajat agar tidak terdapat gelembung
udara di dalamnya, lalu dilihat indeks skala pada bagian kanan refraktometer
dengan cara menghadap cahaya, dan dicatat hasilnya.
c.
DO
Pertama-tama yang dilakukan adalah disiapkan
water sampler dan dimasukkan botol DO ke dalam water sampler dengan dibuka
tutupnya dan tutup tersebut diletakkan di samping botol DO dengan diikat
menggunakan tali dan water sampler ditutup. Kemudian selang disambungkan pada
tutup water sampler dan dimasukkan ke dalam perairan, diletakkan selang aerator
di dekat talinya, ditunggu hingga botol di dalam water sampler terisi air penuh
sampai terdengar bunyi “blub” lalu ujung selang ditutup dan diangkat water
sampler dari perairan kemudian dibuka tutup water sampler dan diambil botol DO
yang telah terisi penuh dengan air sampel lalu dibolak-balik untuk memastikan
tidak ada gelembung udara di dalamnya. Jika terdapat gelembung udara maka
percobaan diulangi dari awal. Setelah itu dibuka tutup botol DO dan ditetesi
dengan 2 ml larutan ,MnSO-4. untuk mengikat ,O-2. dan dihomogenkan, kemudian ditetesi
lagi dengan 2 ml larutan NaOH+KI untuk melepas ,I-2., dihomogenkan kembali lalu ditunggu
selama ± 30 menit agar mengendap dan ditutup botol DO. Selang 1 hari kemudian
diambil cairan bening dari botol DO gingga hanya tersisa endapan saja, lalu
ditetesi dengan ,H-2.,SO-4. sebanyak 2 ml, dihomogenkan dan ditetesi amilum
sebanyak 2 ml dengan menggunakan pipet tetes. ,H-2.,SO-4. digunakan sebagai pengkondisian suasana basa dan
indikator warna ungu. Setelah itu diletakkan dibawah buret yang telah terisi ,Na-2.,,S-2.O-3. sebanyak 0,025 N dan dititrasi hingga larutan berwarna bening untuk
pertama kalinya lalu dilihat volume titrasi dari buret yang telah digunakan dan
dihitung nilai dari DO dengan rumus :
DO (,mg-l.) = ,,V-titran
x ,N-titran.x 1000 x 8.-,V-botol DO. − 4. , dan dicatat
hasilnya.
Keterangan :
Vtitran : V2 – V1
Ntitran : Normalitas Na-Thiosulfat (0,025 N)
1000 : Volume air
8 : Nilai Oksigen dibagi 2
Vbotol DO : Volume botol DO yang akan digunakan untuk pengukuran DO
4 : Asumsi air yang tumpah
4.3 Analisa Hasil
4.3.1
Parameter Fisika
a. Suhu
Dari hasil pengamatan suhu diperairan Pelabuhan
Mayangan dengan menggunakan Thermometer Hg, didapatkan hasil 28℃. Tingkat proses reaksi biokimia tergantung pada suhu, suhu
normal terjadi hukum Van Hoff’s (Moncrief dan Jones, 1977) dalam Andayani
(2005) yang menyatakan bahwa setiap 100℃ menaikkan suhu kira-kira dua kali tingkat reaksi.
b.
Kecepatan Arus
Dari hasil pengamatan diperairan Pelabuhan Mayangan didapatkan data panjang tali 5 meter, waktu yang
dibutuhkan (t) 52 detik. Setelah itu, perhitungan didapat hasil 0,096 m/s,
dengan arah arus dari utara menuju selatan. Menurut Hinckteg Etall (1991) diacu
dalam Zottoli (2000) arus selalu berhubungan dengan kedalaman. Perubahan
arah arus yang kompleks susunannya terjadi sesuai dengan makin bertambahnya
kedalaman perairan.
c.
Kecerahan
Dari hasil pengamatan diperairan Pelabuhan
Mayangan menggunakan secchi disk didapatkan hasil D1= 209 dan D2=
169, maka didapatkan nilai kecerahan 189. Dapat disimpulkan bahwa kecerahan
pada daerah tersebut adalah baik. Menurut Andayani (2005) penetrasi cahaya
dalam perairan dipengaruhi oleh besarnya tingkat partikel koloid terlarut
(kekeruhan), dan umumnya plankton merupakan penyebab utama kekeruhan.
d.
Pasang Surut
Dari hasil pengamatan
diperairan Pelabuhan Mayangan dengan menggunakan tide staff didapat data bahwa
nilai t1 = 90 cm dan t2 = 0 cm. Sedangkan waktu
pengukuran selama 4 jam, kecepatan pasang surut yaitu 2,66 m/s.
Menurut Romimohtarto (2001), pola pergerakan pasut ini terjadi karena perbedaan posisi suatu putar bumi dan bulan, karena berbeda-bedanya posisi sumbu putar bumi dan bulan, karena perbedaan bentuk dasar laut dan karena banyak hal lain lagi.
Menurut Romimohtarto (2001), pola pergerakan pasut ini terjadi karena perbedaan posisi suatu putar bumi dan bulan, karena berbeda-bedanya posisi sumbu putar bumi dan bulan, karena perbedaan bentuk dasar laut dan karena banyak hal lain lagi.
e.
Gelombang
Dari hasil pengukuran gelombang diperairan Pelabuhan
Mayangan menggunakan tongkat skala diukur 2 parameter yaitu tinggi gelombang
dan periode gelombang. Pada pengukuran tinggi gelombang didapat pengukuran ke 1
puncak 138 cm, lembah 134 cm jadi selisihnya 4 cm. Pada pengukuran kedua
didapat hasil puncak 141 cm, lembah 133 cm jadi selisihnya 8 cm. Pada
pengukuran ketiga didapat hasil puncak 140 cm, lembah 135 cm jadi selisihnya 5
cm, dan tinggi gelombang rata-rata yaitu 5,67 cm.
Pada pengukuran periode gelombang didapatkan hasil pada pengukuran pertama didapat 3 detik, kedua 3 detik, dan ketiga 2 detik, dengan rata-rata 2,66 detik. Dari data tersebut dapat disimpulkan gelombang pada perairan Pelabuhan Mayangan cepat karena kurang dari 1 detik dan tinggi gelombang sangat rendah.
Gelombang atau ombak yang terjadi dilakukan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam tergantung kepada gaya pembangkit. Pembangkit gelombang laut disebabkan oleh : Angin (gelombang angin), gaya tarik-menarik bumi-bulan-matahari (gelombang pasang surut), gempa (vulkanik dan tektonik) didasar laut (gelombang tsunami) ataupun gelombang yang disebabkan oleh kapal (Romimohtarto, 2001).
Pada pengukuran periode gelombang didapatkan hasil pada pengukuran pertama didapat 3 detik, kedua 3 detik, dan ketiga 2 detik, dengan rata-rata 2,66 detik. Dari data tersebut dapat disimpulkan gelombang pada perairan Pelabuhan Mayangan cepat karena kurang dari 1 detik dan tinggi gelombang sangat rendah.
Gelombang atau ombak yang terjadi dilakukan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam tergantung kepada gaya pembangkit. Pembangkit gelombang laut disebabkan oleh : Angin (gelombang angin), gaya tarik-menarik bumi-bulan-matahari (gelombang pasang surut), gempa (vulkanik dan tektonik) didasar laut (gelombang tsunami) ataupun gelombang yang disebabkan oleh kapal (Romimohtarto, 2001).
4.3.2 Parameter Kimia
a. pH
Dari hasil pengukuran diperairan Pelabuhan Mayangan
menggunakan pH paper didapat hasil yaitu 9. pH diperairan Probolinggo yaitu
bersifat basa. Nilai pH berkisar dari 0 hingga 14. Suatu larutan dikatakan
netral apabila mendekati nilai pH 7. Nilai pH >7 menunjukan larutan memiliki
sifat basa, sedangkan pH <7 menunjukkan asam (Zottoli, 2000).
b. Salinitas
Dari hasil pengukuran diperairan Pelabuhan Mayangan didapat
nilai salinitas yaitu 24 ppt. Menurut Andayani (2005) air laut mengandung 5
garam-garam.Gas terlarut bahan-bahan organic dan partikel tak terlarut.
Keberadaan garam-garaman mempengaruhi sifat optis air laut (seperti : densitas,
kompresibilitas, titik beku, dan temperature dimana densitas menjadi maksimum)
beberapa tingkat, tetapi tidak menentukannya. Beberapa tingkat, tetapi
terpengaruh secara signifikan oleh salinitas dua sifat yang sangat ditentukan
oleh jumlah garam dilaut (salinitas) adalah daya hantar listrik (konduktivitas)
dan tekanan osmosis.
c.DO
Dari hasil pengukuran diperairan Pelabuhan Mayangan didapat
hasil adalah 14,63 mg/l. Menurut Supriyadi (2002), kelarutan oksigen dalam air
dipengaruhi perubahan lain seperti temperatur, kadar garam maupun bahan organic
terlarut menurunkan konsentrasi jenuh oksigen terlarut. Peningkatan kecerahan
menaikkan konsentrasi oksigen terlarut pada siang hari untuk menurunkannya pada
malam hari.
4.4
Manfaat di Bidang Perikanan
4.4.1
Parameter Fisika
a.
Suhu
Dapat mengetahui suhu perairan dipantai
dan suhu rata-rata perairan. Suhu mempengaruhi ikan dalam proses metabolisme dan reaksi-reaksi
yang terjadi diperairan. Dengan demikian diduga suhu pun dapat mempengaruhi
produksi termasuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan harian. Contoh pada ikan
nila : suhu dapat mempengaruhi kelangsungan hidup tertinggi terjadi pada suhu
320c yaitu 96,26%. Seperti halnya kelangsungan hidup, pertumbuhan
harian rata-rata, pertumbuhan harian tertinggi tercapai pada suhu 280c
(Saputra, 2011).
b.
Kecepatan Arus
Mengetahui kecepatan arus pada perairan laut serta untuk mengetahui
arah arus yang datang dan arus yang pergi. Ikan secara alamiah memang
memiliki naluri menyukai arus air, kondisi dinamis pada air mengalir akan
memberikan rangasangan bagi ikan untuk bergerak. Aktivitas berenang sangat
berkorelasi dengan kebutuhan O2 yang banyak namun tak ada indikasi kelelahan baigi
ikan yang terus bergerak, sehingga ini mengindikasikan bahwa kebutuhan O2,
karena ikan memerlukan sumber energy yang tinggi saat berenang dapat dipenuhi
ikan yang memiliki aktivitas gerak lebih banyak akan memiliki kondisi
kekompakkan daging lebih baik dengan ikan yang statis (Dadang, 2011).
c.
Kecerahan
Mengetahui tingkat kecerahan pada
perairan serta untuk mengetahui tingkat penetrasi cahaya masuk kedalam perairan.
Tingkat
kekeruhan air, baik air sumber maupun air media pemeliharaan mempunyai dampak yang
positif dan negative terhadap organism yang dibudidayakan dan setiap organism
mempunyai tingkat kekeruhan yang berbeda pula. Sebagai contoh bagi jenis kerang
hijau masih dapat hidup normal dan tumbuh baik pada tingkat kekeruhan yang
tinggi (Kurniawan, 2011).
d.
Pasang Surut
Mengetahui
kapan waktu pasang surut terjadi serta untuk mengetahui tinggi air pasang tertinggi dan tinggi air
pada surut terendah. Daerah rendah sangat rawan terhadap banjir dan genangan yang terjadi
berlangsung untuk jangka waktu yang lama bila tidak ada usaha untuk
mengeringkannya. Bila daerah rendah ini berada di kawasan pantai maka kerawanan
terhadap banjir ini menjadi lebih besar lagi diakibatkan oleh perubahan muka
air laut yang bersifat permanen (seperti peningkatan muka air laut) dan yang
tidak permanen (seperti pasang surut, storm surge, wave set up). Hal ini
diperburuk lagi dengan adanya penurunan tanah akibat subsidence ataupun
settlement (Rustam, 2011).
e.
Gelombang
Mengetahui tinggi dan rendah
(puncak & lembah) gelombang diperairan serta untuk mengetahui tinggi
gelombang rata-rata perairan. Arus sangat
mempengaruhi penyebaran ikan, Lavastu dan Hayes (1981) dalam Fishblogs (2011),
menyatakan hubungan arus terhadap penyebaran ikan adalah arus mengalihkan
telur-telur dan anak-anak ikan petagis dan daerah pemijahan ke daerah
pembesaran dan ke tempat mencari makan. Migrasi ikan-ikan dewasa disebabkan
arus, sebagai alat orientasi ikan dan sebagai bentuk rute alami; tingkah laku
ikan dapat disebabkan arus, khususnya arus pasut, arus secara langsung dapat
mempengaruhi distribusi ikan-ikan dewasa dan secara tidak langsung mempengaruhi
pengelompokan makanan.
4.4.2
Parameter Kimia
a.
pH
Mengetahui tingkat atau nilai keasaman atau kebasaan suatu perairan. pH
adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau
kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai kologaritma
aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen
tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada
perhitungan teoritis.Di bidang perikanan budidaya pH berfungsi sebagai
perkembangan embrio pada telur ikan.Skala pH bukanlah skala absolut. Ia
bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan
berdasarkan persetujuan internasional (Saifulrizal, 2011).
b.
Salinitas
Mengetahui tingkat kadar garam yang terdapat diperairan. Salinitas
adalah kadar garam seluruh zat yang larut dalam 1.000 gram air laut, dengan
asumsi bahwa seluruh karbonat telah diubah menjadi oksida, semua brom dan lod
diganti dengan khlor yang setara dan semua zat organik mengalami oksidasi
sempurna. Salinitas mempunyai peran penting dan memiliki ikatan erat dengan
kehidupan organisme perairan termasuk ikan, dimana secara fisiologis salinitas berkaitan
erat dengan penyesuaian tekanan osmotik ikan tersebut (Fishblogs, 2011).
c.
DO
Mengetahui tingkat kadar oksigen terlarut yang terdapat di perairan. Oksigen terlarut
dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan,proses metabolis atau
pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan
pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan
organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu
perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil
fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (Saifulrizal, 2011).
5.
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari pengamatan yang telah
dilakukan selama praktikum oceanografi dapat disimpulkan bahwa:
· Oceanografi merupakan suatu kajian yang membahas mengenai
lautan yang didalamnya terdapat unsur-unsur atau proses.
· Oceanografi dipengaruhi oleh parameter fisika dan parameter
kimia
· Parameter fisika antara lain suhu, kecepatan arus,
kecerahan, sifat optis air, pasang surut, dan gelombang
· Suhu adalah derajat tingkat temperatur yang mempunyai
keadaan lingkungan baik aktifitas metabolism atau perkembangan organisme
tersebut
· Kecepatan arus adalah gerakan air yang dipengaruhi oleh
angin yang mengakibatkan perpindahan massa air
· Kecerahan adalah konsentrasi penetrasi cahaya yang masuk kedalam perairan
· Sifat optis air adalah penetrasi cahaya yang masuk ke dalam
perairan baik diteruskan ataupun di hamburkan
· Pasang surut adalah keadaan tinggi rendahnya air laut yang
hampir teratur
·
Gelombang
adalah gerakan naik dan turunnya air
secara bergantian
· Parameter
kimia antara lain pH, salinitas, dan DO
· pH adalah derajat nilai keasaman atau
kebasaan pada perairan
· Salinitas adalah kadar
garam yang terkandung dalam air laut
· DO adalah kandungan oksigen
yang terlarut dalam perairan
·
Pada pengukuran
setiap parameter diperoleh hasil sebagai berikut :
Ø
Pada Parameter Kimia
:
v pH
: 9
v DO
: 25,69 mg/l
v Salinitas
: 20 ppt
Ø
Pada Parameter Fisika
:
v
Suhu
: 300C (12.10 WIB), 290C (11.40 WIB)
v
Kecepatan
arus : 0,15 m/s
(11.40 WIB), 0,14 m/s (12.10 WIB)
v
Gelombang : 21
v Pasang
surut
: kec.pasut 110/6.20jam, lebar pasut 1,8
v
Kecerahan
: 445 (11.40 WIB), 426 (12.10 WIB)
5.2
Saran
Saran yang dapat
disampaikan dalam praktikum ini adalah pada saat praktikum lebih diperhatikan
manajemen waktunya dan untuk praktikan pada saat di lapang hendaknya
memperhatikan asisten guna mendapat wawasan ilmu yang lebih luas bukan
mengobrol sendiri. Jika kurang jelas, praktikan seharusnya berinisiatif untuk
bertanya bukan diam saja.
Gelombang
: 21
DAFTAR PUSTAKA
Alljabbar. 2011. Parameter Fisika. http://alljabbar.wordpress.com/2008/04/07/suhu/. Diakses pada tanggal 05
Juni 2011 pukul 22.11 WIB
Andayani S. 2005. Kualitas Air. Fakultas Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang
Asmawi
S. 1986. Pemeliharaan Ikan dalam Keramba.
Jakarta : PT.Gramedia
Bayard, H dan Zottoli , P.
1983. Pengantar Biologi Laut.
Mosbycompany. London
Brotowidjoyo, Mukayat. D. 1999. Pengantar
Lingkungan Perairan dan Budidaya Air. Liberty. Yogyakarta
Dadang. 2011. Perbandingan Daratan
dan Lautan. http://xxxxdadang.com. Diakses pada tanggal 05 Juni 2011 pukul 12.56 WIB
Dronkers, J. J. 1964. Tidal
Computations in Rivers and Coastal Waters. North-Holland Publishing
Company. Amsterdam
Fishblogs. 2011. Manfaat Gelombang
di Bidang Perikanan. http://www.fishblogs.com. Diakses pada tanggal 05 Juni 2011 pukul 20.05 WIB
Gentur. 2011. Bentuk Muka Bumi.
http://www.gentur.bentuk muka bumi. Diakses pada tanggal 27 Mei 2011 pukul
12.00 WIB
Hutabarat dan Stewart . M.
Evans. 1985. Pengantar Oceanography.
UI Press. Indonesia
Kordi dan Andi. 2007. Pengelolahan
Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. Jakarta :Bineka Cipta
Kurniawan. 2011. Kisaran Suhu
Terhadap Air. http://kurniawan.com.
Diakses pada tanggal 05 Juni 2011 pukul 13.14 WIB
Nontji A. 1986. Laut Nusantara. Jakarta : Djambatan
Nybakken, J. W. 1988. Biologi Laut
Suatu Pendekatan Ekologi. Jakarta : PT.Gramedia
Romimohtarto, K dan Juwana, S. 2001. Biologi Laut . Jakarta : Djambatan
Rustam. 2011. Manfaat Pasang Surut
di Bidang Perikanan. http://rustamburu.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 05
Juni 2011 pukul 19.29 WIB
Saifulrizal. 2011. Manfaat pH di Bidang Perikanan. http://saifulrizal.blogdetik.com/2010/07/12/. Diakses pada tanggal 05
Juni 2011 pukul 22.10 WIB
Saputra. 2011. Pengaruh Suhu pada
Ikan. http://www.wibisono.com.
Diakses pada tanggal 05 Juni 2011 pukul 14.23 WIB
Supriyadi, 2002. OksigenTerlarut.
http://www.raya4.papua.com. Diakses pada tanggal 27 Mei 2011 pukul 12.40
WIB
Wikipedia, 2011. Sifat Optis Air.
http://id.wikipedia.org. Diakses pada tanggal 27 Mei 2011 pukul 11.19
WIB
Zenyfapussy, 2011. Kandungan DO
(Dissolved Oxygen) di Perairan. http://zenyfapussy.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 27 Mei 2011 pukul 12.05 WIB
Zottoli, Connoughey. 2000. Pengantar
Biologi Laut. Themosby Company. London
(12.10 WIB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar