Nama : Furqon
Nim :105080400111032
ALAT TANGKAP TRAWL
A.PENDAHULUAN
1.Definisi Alat Tangkap
Kata “ trawl
“ berasal dari bahasa prancis “ troler “ dari kata “ trailing “ adalah dalam
bahasa inggris, mempunyai arti yang bersamaan, dapat diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia dengan kata “tarik “ ataupun “mengelilingi seraya menarik “. Ada yang
menterjemahkan “trawl” dengan “jaring tarik” , tapi karena hampir semua jarring
dalam operasinya mengalami perlakuan tarik ataupun ditarik , maka
selama belum ada ketentuan resmi mengenai peristilahan dari yang berwenang maka
digunakan kata” trawl” saja.
Dari kata “
trawl” lahir kata “trawling” yang berarti kerja melakukan operasi penangkapan
ikan dengan trawl, dan kata “trawler” yang berarti kapal yang melakukan
trawling. Jadi yang dimaksud dengan jarring trawl ( trawl net ) disini adalah
suatu jaring kantong yang ditarik di belakang kapal ( baca : kapal dalam
keadaan berjalan ) menelusuri permukaan dasar perairan untuk menangkap ikan,
udang dan jenis demersal lainnya. Jarring ini juga ada yang menyangkut sebagai
“jaring tarik dasar”.
Stern trawl adalah otter trawl
yang cara operasionalnya ( penurunan dan pengangkatan ) jaring dilakukan dari
bagian belakang ( buritan ) kapal atau kurang lebih demikian. Penangkapan
dengan system stern trawl dapat menggunakan baik satu jarring atau lebih.
2. Sejarah Alat Tangkap
Jaring trawl yang selanjutnya disingkat dengan “trawl” telah
mengalami perkembangan pesat di Indonesia sejak awal pelita I. Trawl sebenarnya
sudah lama dikenal di Indonesia sejak sebelum Perang Dunia II walaupun masih
dalam bentuk ( tingkat ) percobaan. Percobaan-percobaan tersebut sempat
terhenti akibat pecah Perang Dunia II dan baru dilanjutkan sesudah tahun 50-an
( periode setelah proklamasi kemerdekaan ). Penggunaan jaring trawl dalam
tingkat percobaan ini semula dipelopori oleh Yayasan Perikanan Laut, suatu unit
pelaksana kerja dibawah naungan Jawatan Perikanan Pusat waktu itu. Percobaan
ini semula dilakukan oleh YPL Makassar (1952), kemudian dilanjutkan oleh YPL
Surabaya.
Menurut
sejarahnya asal mula trawl adalah dari laut tengah dan pada abad ke 16
dimasukkan ke Inggris, Belanda, Prancis, Jerman, dan negara Eropa lainnya.
Bentuk trawl waktu itu bukanlah seperti bentuk trawl yang dipakai sekarang yang
mana sesuai dengan perkembangannya telah banyak mengalami perubahan-perubahan,
tapi semacam trawl yang dalam bahasa Belanda disebut schrol net.
3. Prospektif Alat Tangkap
Perkembangan teknologi menyebabkan kemajuan- kemajuan pada main
gear, auxillary gear dan equipment lainny. Pendeteksian letak jaring dalam air
sehubungan depth swimming layer pada ikan, horizontal opening dan vertical
opening dari mulut jaring, estimate catch yang berada pada cod end sehubungan
dengan pertambahan beban tarik pada winch, sudut tali kekang pada otter board
sehubungan dengan attack angel, perbandingan panjang dan lebar dari otter
board, dan lain-lain perlengkapan.
Demikian pula fishing ability dari beberapa trawler yang beroperasi
di perbagai perairan di tanah air, double ring shrimp trawler yang beroperasi
di perairan kalimantan, irian jaya dan lain-lain sebagainya. Perhitungan
recources sehubungan dengan fishing intensity yang akan menyangkut perhitungan-
perhitungan yang rumit, konon kabarnya sudah mulai dipikirkan. Semakin banyak
segi pandangan, diharapkan perikanan trawl akan sampai pada sesuatu benntukl
yang diharapkan.
4. Karakteristik
berdasarkan
letak penarikan jaring yang dilakukan di kapal kita mengenal adanya stern
trawl, dimana jaring ditarik dari buritan ( dalam segi operasionalnya ). Dimana
banyak kapal trawl yang menggunakan cara ini, adapun karakteristik dari stern
trawl ini antara lain:
Ø Stern trawl tidak
seberapa dipengaruhi oleh angin dan gelombang dalam pelepasan jaring, tidak
memerlukan memutar letak kapal
Ø Warp berada lurus pada
garis haluan buritan sehingga tenaga trawl winch dapat menghasilkan daya guna
maksimal sehingga pekerjaan melepas/ menarik dari jaring memerlukan waktu yang
lebih sedikit, yang berarti waktu untuk jaring berada dalam air ( operasi )
lebih banyak
Ø Trawl winch pada stern
trawl terpelihara dari pengaruh angin dan gelombang, dengan demikian dalam
cuaca buruk sekalipun operasi masih dapat dilakukan dengan mudah
Ø Pada stern trawl akibat
dari screw current jaring akan segera hanyu, demikian pula otter boat segera
setelah dilepas akan terus membuka
Ø Karena letak akan searah
dengan garis haluan- buritan, maka di daerah fishing ground yang sempit
sekalipun operasi masih mungkin dilakukan, dengan perkataan lain posisi jaring
sehubungan dengan gerakan kapal lebih mudah diduga
Ø Pada stern trawl, pada
waktu hauling ikan-ikan yang berada pada cod end tidak menjadikan beban bagi
seluruh jaring, karena cod end tersendiri ditarik melalui slip way, dengan
demikian jaring dapat terpelihara
B.
HASIL TANGKAPAN
Yang menjadi
tujuan penangkapan pada bottom trawl adalah ikan-kan dasar ( bottom fish )
ataupun demersal fish. Termasuk juga jenis-jenis udang ( shrimp trawl, double
ring shrimp trawl ) dan juga jenis-jenis kerang. Dikatakan untuk periran laut
jawa, komposisi catch antara lain terdiri dari jenis ikan patek, kuniran, pe,
manyung, utik, ngangas, bawal, tigawaja, gulamah, kerong-kerong, patik, sumbal,
layur, remang, kembung, cumi,kepiting, rajungan, cucut dan lain sebagainya.
Catch yang
dominan untuk sesuatu fish ground akan mempengaruhi skala usaha, yang
kelanjutannya akan juga menetukan besar kapal dan gear yang akan dioperasikan.
C. DAERAH PENANGKAPAN
Didalam alat tangkap trawl yang
memiliki syarat-syarat fishing ground, antara lain sebagai berikut:
q Dasar fishing
ground terdiri dari pasir, Lumpur ataupun campuran pasir dan Lumpur.
q Kecepatan arus
pada mid water tidak besar ( dibawah 3 knot ) juga kecepatan arus pasang tidak
seberapa besar
q Kondisi cuaca,laut, ( arus, topan, gelombang, dan lain-lain
) memungkinkan keamanan operasi
q Perubahan milieu oceanografi terhadap mahluk dasar laut
relatif kecil dengan perkataan lain kontinuitas recources dijamin untuk
diusahakan terus-menerus
q Perairan mempunyai daya prokdutifitas yang besar serta
recources yang melimpah
D.ALAT BANTU PENANGKAPAN
Pada umumnya kapal-kapal trawl ini digerakkan oleh diesel ataupun
steam. Kapal dilengkapi dengan trawl winch, sebagai tenaga penggerak ada yang
menggunakan steam engine ( 45-75 HP ) bagi stream trawl dan ada pula yang
memakai motor dari 60-90 HP bagi diesel trawl. Winch ini dihubungkan dengan
warp, dan untuk mengontrol panjang warp dipasang brake.
Besar jaring
yang dipakai berbeda-beda, dan untuk menyatakan besar jaring dipakai penunjuk “
panjang dari head rope “ yang biasanya dengan satuan feet atau meter.
E.
TEKNIK OPERASIONAL ( SHOOTING & HAULING )
(1) kecepatan/lama waktu
menarik jaring
adalah ideal jika jaring dapat ditarik dengan kecepatan yang besar,
tapi hal ini sukar untuk mencapainya, karena kita dihadapkan pada beberapa hal,
antara lain keadaan terbukanya mulut jaring, apakah jaring berada di air sesuai
dengan yang dimaksudkan ( bentuk terbukanya ), kekuatan kapal untuk menarik (
HP ), ketahanan air terhadap tahanan Air, resistance yang makin membesar sehubungan
dengan catch yang makin bertambah, dan lain sebagainya. Faktor-faktor ini
berhubungan antara satu dengan yang lainnya dan masing-masing menghendaki
syarat tersendiri.
Pada umumnya jaring
ditarik dengan kecepatan 3-4 knot. Kecepatan inipun berhubungan pula dengan
swemming speed dari ikan, keadaa dasar laut, arus, angin, gelombang dan lain
sebagainya, yang setelah mempertimbangkan factor-faktor ini, kecepatan tarik
ditentukan .
Lama waktu penarikan di dasarkan
kepada pengalaman-pengalaman dan factor yang perlu diperhatikan adalah banyak
sedikitnya ikan yang diduga akan tertangkap., pekerjaan di dek, jam kerja crew,
dan lain sebagainya. Pada umumnya berkisar sekitar 3-4 jam, dan kadang kala
hanya memerlukan waktu 1-2 jam.
(2) panjang warp
factor yang perlu diperhatikan
adalah depth,sifat dasar perairan ( pasir, Lumpur), kecepatan tarik. Biasanya
panjang warp sekitar 3-4 kali depth. Pada fishing ground yang depthnya sekitar
9M ( depth minimum ). Panjang warp sekitar 6-7 kali depth. Jika dasar laut
adalah Lumpur, dikuatirkan jaring akan mengeruk lumpu, maka ada baiknya jika
warp diperpendek, sebaliknya bagi dasar laut yang terdiri dari pasir keras (
kerikil ), adalah baik jika warp diperpanjang.
Pengalaman menunjukkan bahwa pada
depth yang sama dari sesuatu Fishing ground adalah lebih baik jika kita
menggunakan warp yang agak panjang, daripada menggunakan warp yang terlalu
pendek. Hal ini dapat dipikirkan sebagai berikut.bentuk warp pada saat
penarikan tidaklah akan lurus, tetapi merupakan suatu garis caternian. Pada
setiap titik –titik pada warp akan bekerja gaya- gaya berat pada warp itu
sendiri, gaya resistance dari air, gaya tarik dari kapal/ winch, gaya ke
samping dari otter boat dan gaya-gaya lainnya. Resultan dari seluruh gaya yang
complicataed ini ditularkan ke jaring ( head rope and ground rope ), dan dari
sini gaya-gaya ini mengenai seluruh tubuh jaring. Pada head rope bekerja gaya
resistance dari bottom yang berubah-ubah, gaya berat dari catch yang berubah-ubah
semakin membesar, dan gaya lain sebagainya.
Gaya tarik kapal bergerak pada warp,
beban kerja yang diterima kapal kadangkala menyebabkan gerak kapal yang tidak
stabil, demikian pula kapal sendiri terkena oleh gaya-gaya luar ( arus, angin,
gelombang )
Kita mengharapkan agar mulut jaring
terbuka maksimal, bergerak horizontal pada dasar ataupun pada suatu depth
tertentu. Gaya tarik yang berubah-ubah, resistance yang berubah-ubah dan lain
sebagainya, menyebabkan jaring naik turun ataupun bergerak ke kanan dan kekiri.
Rentan yang diakibatkannya haruslah selalu berimbang. Warp terlalu pendek, pada
kecepatan lebih besar dari batas tertentu akan menyebabkan jaring bergerak naik
ke atas ( tidak mencapai dasar ), warp terlalu panjang dengan kecepatan dibawah
batas tertentu akan menyebabkan jaring mengeruk lumpur. Daya tarik kapal ( HP
dari winch) diketahui terbatas, oleh sebab itulah diperoleh suatu range dari
nilai beban yan g optimal. Apa yang terjadi pada saat operasi penarikan, pada
hakikatnya adalah merupakan sesuatu keseimbangan dari gaya-gaya yang
complicated jika dihitung satu demi satu.
G. HAL YANG MEMPENGARUHI KEGAGALAN TANGKAPAN
Pada saat operasi, dapat
terjadi hal-hal yang dapat menggagalkan operasi antara lain:
Ø Warp terlalu panjang atau
speed terlalu lambat atau juga hal lain maka jaring akan mengeruk Lumpur
Ø Jaring tersangkut pada
karang / bangkai kapal
Ø Jaring atau tali temali tergulung pada screw
Ø Warp putus
Ø Otterboat tidak bekerja
dengan baik, misalnya terbenam pada lmpur pada waktu permulaan penarikan
dilakukan
Ø Hilang keseimbangan,
misalnya otterboat yang sepihak bergerak ke arah pihak yang lainnya lalu
tergulung ke jaring
Ø Ubur-ubur,
kerang-kerangan dan lain-lain penuh masuk ke dalam jaring, hingga cod end tak
mungkin diisi ikan lagi.
Ø Dan lain sebagainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar