perpustakaan online

Kamis, 29 Desember 2011

MAKALAH PLANKTONOLOGI “ ZOOPLANKTON (Artemia salina) “


MAKALAH PLANKTONOLOGI
“ ZOOPLANKTON “

Disusun oleh :
Furqon 105080400111032
Kelas G Planktonologi




FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011



MAKALAH PLANKTONOLOGI “ ZOOPLANKTON (Artemia salina) “
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Zooplankton seperti halnya organisme lain hanya dapat hidup dan berkembang dengan baik pada kondisi perairan yang sesuai seperti perairan laut, sungai dan waduk.Zooplankton merupakanplankton berupahewan, padamulanyaorganism tersebutdiklasifikasikankedalamkelompokzooplankton tetapi dengan seiring perkembangan penelitian maka terungkap sifat mikrotrofi maka ada tingkatan yang mampu memproduksi makanansen diri (fotosintesis). Peranan zooplankton menempatiposisi penting dalam mantai makanan dan jaring – jaring kehidupan di perairan (Fachrul, 2007).Fitoplankton memegang peranan yang sangat pentingdalam suatu perairan, fungsi ekologinya sebagaiprodusen primer dan awal mata rantai dalam jaringmakanan menyebabkan fitoplankton sering dijadikanskala ukuran kesuburan suatu perairan. Tingkatberikutnya adalah pemindahan energi dari produsen ketingkat tropik yang lebih tinggi melalui rantai makanan.Zooplankton merupakan konsumen pertama yangmemanfaatkan produksi primer yang dihasilkanfitoplankton. Peranan zooplankton sebagai mata rantaiantara produsen primer dengan karnivora besar dankecil dapat mempengaruhi kompleksitas rantai makanan dalam ekosistem perairan.Zooplankton merupakan plankton hewani yang terhanyut secara pasifkarena terbatasnya kempuan bergerak. Sebut saja Artemia salina.Udang air garam (Artemia) adalah filumArthropoda, kelasCrustacea. Artemia adalahzooplankton, seperti copepoda dan Daphnia yang digunakan sebagai makanan hidup untuk ikan tawar dan laut. Ada lebihdari 50 strain geografis Artemia.

1.2. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini agar pembaca dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan plankton khususnya zooplankton serta peranannya dalam kegiatan budidaya dan mampu nerapkannya.

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pakan Alami : Artemia
Artemia merupakan pakan alami yang sangat penting dalampembenihan ikan laut, krustacea, ikan konsumsi air tawar dan ikan hiasair tawar karena ukurannya yang sangat kecil. Disamping ukurannya yang kecil, nilai gizi Artemia juga sangat tinggi dan sesuai dengan kebutuhan gizi untuk larva ikan dan krustacea yang tumbuh dengan sangat cepat. Sampai saat ini Artemia sebagai pakan alami belum dapat digantikanoleh pakan lainnya. Artemia biasanya diperjual belikan dalam bentukkista/cyste, sehingga sebagai pakan alami Artemia merupakan pakanyang paling mudah dan praktis, karena hanya tinggal menetaskan kistasaja. Akan tetapi, menetaskan kista Artemia bukan suatu hal yangdengan begitu saja dapat dilakukan oleh setiap orang. Sebabmembutuhkan suatu keterampilan dan pengetahuan tentang penetasanitu sendiri. Kegagalan dalam menetaskan kista Artemia barakibat fatalterhadap larva ikan yang sedang dipelihara.

2.2 Klasifikasi
Menurut Bougis (1979) dalam Kurniastuty dan Isnansetyo (1995) adalah sebagai berikut:
Phylum   : Anthropoda
Kelas : Crustacea
Subkelas  : Branchiopoda
Ordo : Anostraca
Familia : Artemidae
Genus : Artemia
Spesies : Artemia salina google2011

2.3 Morfologi
Pada tiap tahapan perubahan instar nauplius mengalami moulting. Artemia dewasamemiliki panjang 8-10 mm ditandai dengan terlihat jelas tangkai mata pada kedua sisibagian kepala, antena berfungsi untuk sensori. Pada jenis jantan antena berubah menjadialat penjepit (muscular grasper), sepasang penis terdapat pada bagian belakang tubuh.Pada jenis betina antena mengalami penyusutan.
Kista Artemia sp. yang ditetaskan pada salinitas 15-35 ppt akan menetas dalam waktu 24-36 jam. Larva artemia yang baru menetas dikenal dengan nauplius. Nauplius dalampertumbuhannya mengalami 15 kali perubahan bentuk, masing-masing perubahanmerupakan satu tingkatan yang disebut instar (Pitoyo, 2004).
Artemia salina dewasa (San Francisco ras) tumbuh selama 5-6 minggu pada 80-literakuarium digunakanuntukmengisolasi hemoglobin ekstraseluler.

2.4 Ekologi
Artemia sp. secara umum tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 25-30 derajat celcius.Kista artemia kering tahan terhadap suhu -273 hingga 100 derajat celcius. Artemia dapatditemui di danau dengan kadar garam tinggi, disebut dengan brain shrimp. Kulturbiomasa artemia yang baik pada kadar garam 30-50 ppt. Untuk artemia yang mampumenghasilkan kista membutuhkan kadar garam diatas 100 ppt (Kurniastuty danIsnansetyo, 1995).

2.5 Reproduksi
Chumaidi et al., (1990) menyatakan bahwa perkembangbiakan artemia ada dua cara,yakni partenhogenesis dan biseksual. Pada artemia yang termasuk jenis parthenogenesispopulasinya terdiri dari betina semua yang dapat membentuk telur dan embrioberkembang dari telur yang tidak dibuahi. Sedangkan pada artemia jenis biseksual,populasinya terdiri dari jantan dan betina yang berkembang melalui perkawinan danembrio berkembang dari telur yang dibuahi.

2.6 Penetasan cystae Artemia
Sutaman (1993) mengatakan bahwa penetasan cystae artemia dapat dilakukan dengan 2cara, yaitu penetasan langsung dan penetasan dengan cara dekapsulasi. Cara dekapsulasidilakukan dengan mengupas bagian luar kista menggunakan larutan hipoklorit tanpamempengaruhi kelangsungan hidup embrio.Cara dekapsulasi merupakan cara yang tidak umum digunakan pada panti-panti benih,namun untuk meningkatkan daya tetas dan meneghilangkan penyakit yang dibawa olehcytae artemia cara dekapsulasi lebih baik digunakan (Pramudjo dan Sofiati, 2004).Subaidah dan Mulyadi (2004) memberikan penjelasan langkah-langkah penetasan dengancara dekapsulasi, sebagai berikut: 1. Cystae artemia dihidrasi dengan menggunakan airtawar selama 1-2 jam; 2. Cystae disaring menggunakan plankton net 120 mikronm dandicuci bersih; 3. Cystae dicampur dengan larutan kaporit/klorin dengan dosis 1,5 ml per 1gram cystae, kemudian diaduk hingga warna menjadi merah bata; 4. Cystae segeradisaring menggunakan plankton net 120 mikronm dan dibilas menggunakan air tawarsampai bau klorin hilang, barulah siap untuk ditetaskan; 5. Cystae akan menetas setelah18-24 jam. Pemanenan dilakukan dengan cara mematikan aerasi untuk memisahkan cytaeyang tidah menetas dengan naupli artemia.Pramudjo dan Sofiati (2004) cystae hasil dekapsulasi dapat segera digunakan (ditetaskan)atau disimpan dalam suhu 0 derajat celcius – (- 4 derajat celcius) dan digunakan sesuaikebutuhan.Dalam kaitannya dengan proses penetasan Chumaidi et al (1990) mengatakan kistasetelah dimasukan ke dalam air laut (5-70 ppt) akan mengalami hidrasi berbentuk bulatdan di dalamnya terjadi metabolisme embrio yang aktif, sekitar 24 jam kemudiancangkang kista pecah dan muncul embrio yang masih dibungkus dengan selaput. Padasaat ini panen segera akan dilakukan.

2.7 Pengayaan Artemia
Pengayaan (enrichment) artemia dengan menggunakan beberapa jenis pengkaya misalnyascout emultion, selco atau vitamin C dan B kompleks powder dilakukan selama 2 jam(Suriawan,2004).Selanjutnya diperjelas oleh Subyakto dan Cahyaningsih (2003) bahwa pengayaan pakanalami menggunakan minyak ikan, minyak cumi-cumi, vitamin ataupun produk komersiallainnya membutuhkan waktu 2-4 jam untuk mendapatkan hasil yang baik. Artemia yangakan dilakukan pengayaan adalah yang baru menetas (nauplius) (Mukti, 2004).BBAP Situbondo (2004) mencatat bahwa pemberian tambahan vitamin C dengan carapengayaan dengan dosis 0,1 – 0,5 ppm pada media pengayaan artemia dapatmeningkatkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva kerapu. Syaprizal (2006) jugamemperoleh hasil dengan pengayaan vitamin C sebanyak 2 mg/l ke artemia dapatmeningkatkan kelulusan hidup benur udang windu dan diperoleh kemungkinan adanyakelulusan hidup lebih tinggi dengan penambahan dosis vitamin C.

2.8 Artemia Salina (BRINE SHRIMP)
Artemia merupakan kelompok udang-udangan dari phylum Arthopoda. Merekaberkerabat dekat dengan zooplankton lain seperti copepode dan daphnia (kutu air).Artemia hidup di danau-danau garam (berair asin) yang ada di seluruh dunia. Udang initoleran terhadap selang salinitas yang sangat luas, mulai dari nyaris tawar hingga jenuhgaram. Secara alamiah salinitas danau dimana mereka hidup sangat bervariasi, tergantungpada jumlah hujan dan penguapan yang terjadi. Apabila kadar garam kurang dari 6 %telur artemia akan tenggelam sehingga telur tidak bisa menetas, hal ini biasanya terjadiapabila air tawar banyak masuk kedalam danau dimusim penghujan. Sedangkan apabilakadar garam lebih dari 25% telur akan tetap berada dalam kondisi tersuspensi, sehinggadapat menetas dengan normal.
Gambar 1. Artemia salina Kista tertua artemia pernah ditemukan oleh suatu perusahan pemboran yang bekerjadisekitar Danau “Salt Great”. Kista tersebut diduga berusia sekitar lebih dari 10000 tahun(berdasarkan metoda “carbon dating”). Setelah diuji, ternyata kista-kista tersebut masihbisa menetas walaupun usianya telah lebih dari 10000 tahun.

2.9 Siklus Hidup
Siklus hidup artemia bisa dimulai dari saat menetasnya kista atau telur. Setelah 15 – 20jam pada suhu 25°C kista akan menetas manjadi embrio. Dalam waktu beberapa jamembrio ini masih akan tetap menempel pada kulit kista. Pada fase ini embrio akanmenyelesaikan perkembangannya kemudian berubah menjadi naupli yang sudah akanbisa berenang bebas. Pada awalnya naupli akan berwarna orange kecoklatan akibat masihmengandung kuning telur. Artemia yang baru menetas tidak akan makan, karena mulutdan anusnya belum terbentuk dengan sempurna. Setelah 12 jam menetas mereka akanganti kulit dan memasuki tahap larva kedua. Dalam fase ini mereka akan mulai makan,dengan pakan berupa mikro alga, bakteri, dan detritus organik lainnya. Pada dasarnyamereka tidak akan peduli (tidak pemilih) jenis pakan yang dikonsumsinya selama bahantersebut tersedia diair dengan ukuran yang sesuai. Naupli akan berganti kulit sebanyak 15kali sebelum menjadi dewasa dalam waktu 8 hari. Artemia dewasa rata-rata berukuransekitar 8 mm, meskipun demikian pada kondisi yang tepat mereka dapat mencapaiukuran sampai dengan 20 mm. Pada kondisi demikian biomasnya akan mencapi 500 kalidibandingakan biomas pada fase naupli.
Dalam tingkat salinitas rendah dan dengan pakan yang optimal, betina Artemia bisamengahasilkan naupli sebanyak 75 ekor perhari. Selama masa hidupnya (sekitar 50 hari)mereka bisa memproduksi naupli rata-rata sebanyak 10 -11 kali. Dalam kondisi superideal, Artemia dewasa bisa hidup selama 3 bulan dan memproduksi nauplii atau kistasebanyak 300 ekor(butir) per 4 hari. Kista akan terbentuk apabila lingkungannya berubahmenjadi sangat salin dan bahan pakana sangat kurang dengan fluktuasi oksigen sangattinggi antara siang dan malam hari.
Artemia dewasa toleran terhadap selang suhu -18 hingga 40 ° C. Sedangkan temperturoptimal untuk penetasan kista dan pertubuhan adalah 25 – 30 ° C. Meskipun demikian halini akan ditentukan oleh strain masing-masing. Artemia menghendaki kadar salinitasantara 30 – 35 ppt, dan mereka dapat hidup dalam air tawar salama 5 jam sebelumakhirnya mati.Variable lain yang penting adalah pH, cahaya dan oksigen. pH dengan selang 8-9merupakan selang yang paling baik, sedangkan pH di bawah 5 atau lebih tinggi dari 10dapat membunuh Artemia. Cahaya minimal diperlukan dalam proses penetasan dan akansangat menguntungkan bagi pertumbuhan mereka. Lampu standar grow-lite sudah cukupuntuk keperluan hidup Artemia. Kadar oksigen harus dijaga dengan baik untukpertumbuhan Artemia. Dengan suplai oksigen yang baik, Artemia akan berwarna kuningatau merah jambu.
Warna ini bisa berubah menjadi kehijauan apabila mereka banyakmengkonsumsi mikro algae. Pada kondisi yang ideal seperti ini, Artemia akan tumbuhdan beranak-pinak dengan cepat. Sehingga suplai Artemia untuk ikan yang kita peliharabisa terus berlanjut secara kontinyu. Apabila kadar oksigen dalam air rendah, dan airbanyak mengandung bahan organik, atau apabila salintas meningkat, artemia akanmemakan bakteria, detritus, dan sel-sel kamir (yeast). Pada kondisi demikian merekaakan memproduksi hemoglobin sehingga tampak berwarna merah atau orange. Apabilakeadaan ini terus berlanjut mereka akan mulai memproduksi kista.


2.10 Penetasan Kista Artemia
Kista artemia dapat ditetaskan secara optimal, apabila sarat-sarat yang diperlukannyadapat dipenuhi. Beberapa syarat tersebut adalah:
Salinitas antara 20-30 ppt (parts per thousand) atau 1-2 sendok teh garam per liter airtawar. Untuk buffer *bisa ditambahkan magnesium sulfate (20 % konsentrasi) atau ½ sendok teh per liter air.Suhu air 26 – 28 °C.Disarankan untuk memberikan sinar selama penetasan untuk merangsang proses.Aerasi yang cukup; untuk menjaga oksigen terlarut sekitar 3 ppm pH 8.0 atau lebih,apabila pH drop dibawah 7.0 dapat ditambahkan soda kue untuk menaikkan pH.Kepadatan sekitar 2 gram per liter.Sebelumnya dapat dilakukan proses dekapsulisasi untuk melunakan cangkang.Dekapsulisasi dapat meningkatkan peresentase keberhasilan sampai dengan 10%.Penetasan dapat dilakukan pada semua jenis wadah.. Untuk mempermudah “pemanenan”penetasan bisa dilakukan dalam akuarium berbentuk prisma terbalik, atau berdasarkanprinsip “kamar gelap dan terang”. Pemanenan paling mudah dilakukan dengan cara disiphon.PenetasanArtemiadapatdilakukan, baik pada skala keci lmaupun skala besar. Penetasan Artemia dapat pula dikerjakan didaratan maupun di daerahpantai.Wadah penetasan Artemia dapat dilakukan dengan wadah kaca, poly etilen (ember plastik) atau fiber glass.Ukuranwadah dapatdisesuaikan dengan kebutuhan, mulai dari volume 1 l sampai dengan volume 1 ton bahkan 40 ton. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam penetasan Artemia adalah bentuk dari wadah. Bentuk wadah penetasan Artemia sebaiknya bulat. Hal ini dikarenakan jika dia aerasi tidak ditemukan titik mati, yaitu suatu titik dimana Artemia akan mengendap dan tidak teraduk secara merata. Artemia yang tidak teraduk pad aumumnya kurang baik derajat penetasannya, atau walaupun menetas membutuhkan waktu yang lebih lama.Sebelum diisi media penetasan,wadah Artemia dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan sikat sampai bersih.Agar sisa lemak atau lendir dapat dihilangkan, pada waktu mencuci gunakanlah deterjen.Media untuk penetasan Artemia dapat menggunakan air laut yang telah difilter.Hal ini ditujukan agar cystedari jamur atau parasit tersaring.Penyaringan dapat dilakukan dengan menggunakan filter pasir atau filter yang dijual secara komersial seperti catridge filter misalnya. Disamping dengan air laut, media penetasan Artemia juga dapat dilakukan dengan menggunakan air laut buatan.Airlaut ini dibuat dengan jalan menambahkan garam yang tidak beriodium ke air tawar.Garam yang digunakan harus bebas dari kotoran.Jumlah garam yang dibutuhkan berkisar antara 25-30 g per liter air tawar,sehingga memiliki kadargaram 25-30 ppt. Setelah garam dimasukkan maka media harusdiaerasisecarakuat agar garam tercampur merata.Wadah penetasanArtemia untuk skala besar. Volume 100liter dan dapat digunakan untuk menetaskan 1–3 kaleng Artemia sekaligus Wadah penetasan Artemia yang dibuat dari galon air minum bekas. Volume 15 liter.Wadah penetasan Artemia yang dibuat dari botol plastik bekas air minum kemasan. Digunakan untuk menetaskan Artemia skala kecil (+ 1 liter).Wadah penetasan Artemia terbuat dari ember.Cara dengan panen menggunakan system sipon.

2.11 Dekapsulisasi
Dekapsulisasi merupakan suatu proses untuk menghilangkan lapisan terluar dari kistaartemia yang “keras” (korion). Proses ini setidaknya akan mempermudah “bayi” artemiauntuk keluar dari “sarang”nya. Dan kalaupun tidak berhasil “menetas”, kista yang telahdidekapsulisasi masih bisa diberikan kepada ikan/burayak dengan aman, karenakorionnya sudah hilang, sehingga akan dapat dicerna dengan mudah. Disamping ituproses ini juga sekaligus merupakan proses disinfeksi terhadap kontaminan sepertibakteri, jamur dll.Bahan yang diperlukan adalah larutan pemutih/bleaching agent (natrium hipoklorit)12.5%. Kalau anda menggunakan produk komersial, pastikan konsentrasi dankemungkinan adanya kandungan bahan lain. Untuk ilustrasi berikut saya berikan contohcara untuk melakukan dekapsulisasi kista artemia sebanyak 5 gram.Rendam 5 g kista artemia (kurang lebih 1.5 sendok teh) dalam 400 ml air tawar, beriaerasi, dan biarkan selama 1-2 jam, hingga kista tersebut mengalami hidrasi dengan baik.Hal ini ditandai dengan bentuk kista yang sudah membentuk bulatan sempurna.Kemudian tambahkan larutan pemutih sebanyak 27 ml. Penambahan pemutih akanmenyebabkan kista berubah warna menjadi coklat kemudian manjadi putih dalam waktukurang lebih 2 menit. Selanjutnya dalam 5-7 menit kista akan berubah warna menjadiorange. Apabila 95% kista telah berwarna orange hentikan reaksi; kemudian segera cucidengan air bersih sampai bau klorin hilang.Kista sekarang siap ditetaskan atau bisa disimpan dalam kulkas untuk selama 1 minggu.Apabila akan disimpan lebih lama, kista perlu didehidarsi kembali dengan menggunakanlarutan garam 30%. Setelah didehidrasi, kista dapat disimpan dalam kulkas untuk selama2-3 bulan.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar