Furqon
105080400111032
Universitas Brawijaya
Pendahuluan
1.1 Latar
Belakang
Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu provinsi yang termasuk wilayah
pesisir tingkat provinsi dengan daratan yang tidak luas.Potensi terbesar yang
dimiliki oleh NTB untuk mengembangkan kegiatan ekonominya adalah potensi kelautan
serta potensi pariwisata.Kegiatan ekonomi ini kemudian mempengaruhi jumlah PDRB
(Produk Domestik Regional Bruto) NTB secara
umum.PDRB provinsi ini cenderung meningkat setiap tahun (Badan Pusat Statistik
Provinsi NTB, 2012).
Ekosistem mangrove
merupakan komunitas atau masyarakat tumbuhan atau hutan yang beradaptasi dengan
salinitas dan pasang-surut air laut. Ekosistem ini memiliki peranan
penting dan manfaat yang besar bagi kehidupan masyarakat khususnya di sekitar
pantai (wawan, 2005).
Manfaat hutan
mangrove secara fisik antara lain menjaga garis pantai agar tetap stabil,
melindungi pantai dari abrasi, menahan tiupan angin kencang dari laut, serta
menjadi wilayah penyangga terhadap rembesan air laut (intrusi). Secara
biologis hutan mangrove berfungsi sebagai tempat memijah dan berkembangbiaknya
berbagai hewan air, tempat berlindung dan berkembang biak burung dan satwa
lain, serta berfungsi sebagai sumber plasma nutfah. Secara ekonomis, hutan
mangrove berfungsi juga sebagai penghasil kayu dan bahan bangunan, penghasil
bahan baku industri, bibit ikan, tempat pariwisata, serta penelitian dan
pendidikan (wawan, 2005).
Berbagai potensi ekonomi dapat diperoleh dari mangrove. Sampai saat ini
manusia telah memanfaatkan mangrove sebagai sumber kayu untuk bahan bangunan,
kayu bakar, dan arang. Mangrove juga menghasilkan berbagai produk nonkayu
seperti obat-obatan, bahan pewarna (tanin), areal untuk budidaya ikan, garam,
satwa liar, dan berbagai produk lainnya. Berbagai peran dan jasa lingkungan
diberikan mangrove seperti konservasi air, mencegah intrusi, mencegah abrasi
pantai, mencegah pencemaran, berperan sebagai penyedia hara bagi ekosistem laut
dan estuaria. Mangrove juga berfungsi sebagai penyimpan karbon, regulasi
makroiklim dan mikroiklim, melindungi lahan dan tempat tinggal dari topan dan
badai, serta fungsi keanekaragaman hayati dan habitat bagi berbagai spesies
langka.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan ini
adalah untuk mengetahui secara jelas dan menyeluruh dari semua rangkaian
perencanaan tahap valuasi ekonomi sumberdaya alam di daerah di kabupaten Lombok
bagian selatan Nusa Tenggara Barat, serta meningkatkan keterampilan analisis dalam
bidang pemanfaatan ekonomi sumberdaya kelautan sebagai aplikasi ilmu-ilmu
analisis matematis.
2.1 Penentuan
Daerah
Kabupaten Lombok Timur merupakan satu dari 10 daerah Kabupaten/kota di
wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan luas wilayah 1.605,55 km²
(5,43%) luas wilayah Provinsi NTB. Jumlah penduduk di daerah ini ± 1.012.852
jiwa (25%) jumlah penduduk NTB.
Penduduk Kabupaten Lombok Timur bagian Selatan masih terikat dengan
jenis pekerjaan yang mengandalkan pada nelayan, pertanian, buruh, peternakan,
dan jasa. Hal itu juga tercermin dari bentuk pemanfaatan lahan dan aktivitas
perekonomian yang masih didominasi kegiatan- kegiatan tersebut.
2.2 Penentuan
Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam tahapan valuasi ini adalah menghitung nilai ekonomi total
mangrove di daerah Lombok Timur bagian Selatan yang meliputi :
1.
Nilai penggunaan langsung berupa produk dan jasa yang dapat digunakan
secara langsung, seperti kayu bakar dan arang, bahan bangunan, hasil perikanan
tangkap, stok larva ikan dan udang, satwa liar, bahan pewarna, pengawet makanan
dan obat-obatan, pakan ternak, garam, rekreasi dan wisata, serta pendidikan dan
penelitian.
2.
Nilai penggunaan tidak langsung berupa nilai fungsional, seperti
konservasi air tawar, mencegah intrusi air laut, mencegah abrasi pantai,
mencegah pencemaran air tambak, penyedia hara/pakan alami untuk tambak,
perluasan lahan ke arah laut, melindungi ekosistem laut dan teluk dari
pendangkalan, penyimpan karbon, regulasi mikroiklim dan makroiklim, serta
keanekaragaman hayati.
3.
Nilai pilihan berupa nilai kepentingan pemanfaatan di masa
mendatang.
4.
Nilai keberadaan berupa nilai yang berhubungan dengan kelangsungan
habitat dari spesies pengguna.
5.
Nilai warisan berupa nilai keuntungan di masa depan
2.3 Identifikasi permasalahan
Konflik antara konservasi mangrove dengan konversinya untuk pemanfaatan
lain yang dianggap lebih menguntungkan adalah salah satu masalah utama dalam
pengelolaan kawasan pesisir di Indonesia. Dalam setiap konflik, mangrove selalu
mengalami kekalahan, karena selama ini yang dinilai dari mangrove adalah produk
fisiknya saja (tangible benefit ), sedangkan nilai jasa dan lingkungan (
intangible benefit ) diabaikan karena dianggap belum dapat dipasarkan atau
secara ekonomi dinilai kecil. Tujuan penelitian ini adalah menghitung nilai
ekonomi total mangrove di daerah Lombok Timur bagian Selatan.Identifikasi
Fungsi dan Manfaat Mangrove
2.4 Identifikasi
Fungsi dan Manfaat Mangrove
Sampai saat ini manusia telah memanfaatkan mangrove sebagai sumber kayu
untuk bahan bangunan, kayu bakar, dan arang. Mangrove juga menghasilkan
berbagai produk nonkayu seperti obat-obatan, bahan pewarna (tanin), areal untuk
budidaya ikan, garam, satwa liar, dan berbagai produk lainnya. Berbagai peran
dan jasa lingkungan diberikan mangrove seperti konservasi air, mencegah
intrusi, mencegah abrasi pantai, mencegah pencemaran, berperan sebagai penyedia
hara bagi ekosistem laut dan estuaria. Mangrove juga berfungsi sebagai
penyimpan karbon, regulasi makroiklim dan mikroiklim, melindungi lahan dan
tempat tinggal dari topan dan badai, serta fungsi keanekaragaman hayati dan habitat
bagi berbagai spesies langka.
Mangrove merupakan sumber karbon primer dalam jaring makanan berbasis
detritus. Mangrove yang terdapat di daerah tropis memproduksi 25 kg C/ha/hari.
Sumber makanan lain yang terdapat dalam mangrove adalah fitoplankton dan alga
(benthic algae ) yang penting dalam jaring makanan berbasis pada grazing
(Akhsornkoae, 1993).
Mangrove menyediakan habitat dan niche ekologis bagi berbagai spesies
organisme darat dan laut, menyediakan tempat berlindung ( refuge ), tempat
berkembang biak, dan areal pemijahan ( nursery ground ) bagi berbagai spesies
ikan dan udang yang penting secara ekonomi dan ekologi (Dayaratne et al .,
Hsieh dalam Ólafsson et al ., 2002).
Sistem perakarannya memiliki kemampuan memperlambat arus, sehingga mampu
mencegah kerusakan akibat erosi pantai. Dalam keadaan arus yang tidak begitu
kuat, memungkinkan terjadinya pengendapan partikel sedimen. Dengan demikian
sistem perakaran mangrove juga berperan sebagai penyangga sedimentasi
(Nybakken, 1982; Supriharyono, 2002).
Bowman, Davis dalam Kartawinata et al ., (1978) menyatakan bahwa
perakaran bakau (mangrove) berfungsi sebagai penahan lumpur, dan karenanya ikut
berperan dalam perluasan lahan. Dengan tenunan perakaran rapat, mangrove dapat
menjangkar lumpur estuaria, sehingga dapat mempercepat dan memantapkan
pembentukan dataran (Notohadiprawiro, 1978).
Mangrove merupakan sumber daya alam yang memiliki manfaat ekologi dan
ekonomi yang sangat penting artinya untuk kesejahteraan masyarakat. Penggunaan
atau pemanfaatan mangrove meliputi ; Penggunaan langsung yang berupa produk dan
jasa yang dapat digunakan secara langsung, seperti kayu bakar dan arang, bahan
bangunan, hasil perikanan tangkap, stok larva ikan dan udang, satwa liar, bahan
pewarna, pengawet makanan dan obat-obatan, pakan ternak, garam, rekreasi dan
wisata, serta pendidikan dan penelitian. Penggunaan tidak langsung yang berupa
nilai fungsional, seperti konservasi air tawar, mencegah intrusi air laut,
mencegah abrasi pantai, mencegah pencemaran air tambak, penyedia hara/pakan
alami untuk tambak, perluasan lahan ke arah laut, melindungi ekosistem laut dan
teluk dari pendangkalan, penyimpan karbon, regulasi mikroiklim dan makroiklim, serta
keanekaragaman hayati. Penggunaan pilihan berupa nilai kepentingan pemanfaatan
di masa mendatang. Penggunaan keberadaan
berupa nilai yang berhubungan dengan kelangsungan habitat dari spesies
pengguna. Dan sebagai warisan
berupa nilai keuntungan di masa depan.
2.5
Identitas jenis,
Klasifikasi dan sebaran sumber daya alam di ekosistem Mangrove
Penggunaan Nilai Nilai
Tanpa tehnik
yang
Penggunaan Penggunaan Disarankan
L TL P Q W K
Kayu bakar X Harga Pasar
Kayu bangunan X Harga
Pasar
Hasil penangkapan ikan, X Harga
Pasar
urang (ebi) dan kepiting
Stok larva ikan dan udang X Harga Pasar
Satwa liar X Harga Pasar
Bahan pewarna dan pengawet X Harga
Pasar
Bahan makanan dan obat- obatan X Harga
Pasar
Pakan ternak X Harga Pasar
Industri garam X Harga Pasar
Penggunaan Tidak Ekstraktif
Rekreasi dan wisata X Harga Pasar
Proksi
Pendidikan dan penelitian X Harga
Pasar
Proksi
Jasa
Lingkungan
Konservasi air tawar X Harga
Pasar
Menghalangi intrusi air laut ke darat X Harga
Pasar
Mencegah erosi/abrasi pantai X Harga
Pasar
Mencegah pencemaran air tambak X Harga
Pasar
Penyedia pakan alami bagi ekosistem X Harga Pasar
tambak
Perluasan lahan ke arah laut X Harga Pasar
Perlindungan laut dan teluk dari X Harga Pasar
pendangkalan
Penyimpan karbon X Harga Pasar
Regulasi mikro iklim dan makro iklim X Harga Pasar
Jasa keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati dan spesies langka X Simulasi
Survei
Kepentingan pemanfaatan di masa depan X Simulasi
Survei
Keterangan : L
: Langsung Q : Quasi
TL : Tidak
Langsung W : Wsrisan
P :
Pilihan K :
Keberadaan
2.6
Penentuan Metode Valuasi
Pengambilan data sosial-ekonomi dilakukan di beberapa instansi
pemerintah terkait. Untuk membantu dalam menentukan nilai ekonomi total
mangrove dilakukan pengisian kuesioner dan kegiatan wawancara. Pengambilan
sampel responden dilakukan secara purposive sample atau sampel bertujuan.
Populasi responden adalah kepala keluarga di Desa Pemongkong, Jerowaru, dan Batunampar
yang tinggal di sekitar mangrove. Karena keterbatasan dana dan tenaga, maka
jumlah sampel responden diambil masing-masing 30 orang dari masing-masing
Desa. Penghitungan nilai produk
lingkungan dan jasa mangrove dilakukan dengan metode penilaian yang sesuai
dengan ciri produk dan jasa mangrove. Pendekatan yang dilakukan yaitu dengan
menggunakan nilai pasar untuk komoditas yang dipasarkan, dengan menentukan
nilai barang pengganti (substitusi) untuk barang dan jasa yang tidak
dipasarkan, dan harga bayangan yaitu harga- harga yang disesuaikan sedemikian
rupa untuk menggambarkan nilai ekonomi yang sebenarnya dari barang dan jasa
mangrove. Analisis nilai ekonomi total mangrove merupakan penjumlahan nilai
penggunaan langsung, nilai penggunaan tidak langsung, nilai pilihan, nilai
keberadaan, dan nilai warisan.
2.7
Data Kuantitatif SDAL di
Ekosistem mangrove
Mangrove yang ada di daerah Lombok Timur bagian Selatan, selain dimanfaatkan secara langsung oleh
masyarakat juga memiliki nilai penggunaan secara tidak langsung. Nilai
pemanfaatan tersebut merupakan nilai finansial mangrove yang nilainya
bervariasi antara Rp 127.500 hingga Rp 15.024.750 /ha/th. Nilai-nilai
pemanfaatan mangrove tersebut adalah sebagai berikut.
1. Nilai penggunaan langsung (NPL) Nilai penggunaan
langsung mangrove adalah keseluruhan nilai produk dan jasa yang harga dari
nilainya dapat ditentukan langsung dengan menggunakan harga pasar aktual.
Kuantifikasi nilai penggunaan langsung mangrove di Kabupaten Lombok Timur
bagian Selatan yaitu Kayu bakar Rp 127.500 /ha/ta, Kayu bangunan Rp 1.221.525 /ha/th,
Hasil penangkapan ikan, urang (ebi) dan kepiting Rp 8.200.000 /ha/th, Stok
larva ikan dan udang Rp 10.400.500 /ha/th, Satwa
liar Rp 750.000 /ha/th, Bahan pewarna dan pengawet Rp 949. 985 /ha/th, Bahan
makanan dan obat- obatan Rp 372.000 /ha/th, Pakan ternak Rp 2.268.750 /ha/th, Industri
garam Rp 11.250.000 /ha/th, Rekreasi dan wisata Rp 15.024.750 /ha/th, Pendidikan
dan penelitian Rp 12.575.000 /ha/th. Jumlah dari nilai penggunaan langsung
adalah Rp 63.140.010 /ha/th. (Analisis Data Primer,2007).
2. Nilai penggunaan tak langsung (NPTL) Nilai
penggunaan tak langsung adalah keseluruhan nilai produk dan jasa mangrove yang
harga dari nilainya ditentukan dengan shadow price . Hal tersebut dilakukan karena
produk dan jasa mangrove tersebut tidak diperjualbelikan sehingga nilainya
tidak dapat ditentukan secara langsung dengan menggunakan harga pasar aktual.
Kuantifikasi nilai penggunaan tak langsung mangrove di Kabupaten Lombok Timur
bagian Selatan adalah Konservasi air tawar Rp 425.000 /ha/th, Menghalangi
intrusi air laut ke darat Rp 9.386.750 /ha/th, Mencegah erosi/abrasi pantai Rp 8.862.000
/ha/th, Mencegah pencemaran air tambak Rp 3.100.530 /ha/th, Penyedia pakan
alami bagi ekosistem tambak Rp 3.650.000 /ha/th, Perluasan lahan ke arah laut
Rp 1.250.000 /ha/th, Perlindungan laut dan teluk dari pendangkalan Rp 3.322.980
/ha/th, Penyimpan karbon 390.000 /ha/th, Regulasi mikro iklim dan makro iklim Rp
10.044.850 /ha/th, dan Jumlah dari
semua nilai penggunaan tidak langsung adalah Rp. 40.432.110 (Analisis Data
Primer, 2007).
3. Nilai pilihan (NP) Kuantifikasi nilai pilihan
mangrove di Kabupaten Lombok Timur Bagian Selatan Keanekaragaman hayati dan
spesies langka US$ 27 = 270.000 /ha/th, Kepentingan pemanfaatan di masa
depan US$ 27 = 270.000 /ha/th, Jumlah
Rp 540.000.- /ha/th (Analisis Data Primer, 2007).
4. Nilai Keberadaan (NK) Penghitungan nilai
keberadaan mangrove didasarkan pada willingness to pay (WTP) atau keinginan
membayar masyarakat. Formulasi WTP yang digunakan meliputi parameter-parameter
yang menggambarkan nilai penghargaan masyarakat terhadap keberadaan mangrove
yang tergantung pada kondisi sosial ekonominya misalnya: pendapatan, umur dan
pendidikan. Rata-rata willingness to pay yang diberikan responden terhadap
keberadaan mangrove sebagai warisan di daerah penelitian rata-rata Rp
100.000/ha/th. Nilai ini layak diberikan masyarakat mengingat ekosistem ini
diketahui masyarakat potensial untuk areal tambak yang dianggap menguntungkan.
Mangrove juga merupakan tempat wisata, selain untuk menyalurkan hobi memancing
juga tempat menangkap kepiting, kerang pada saat air surut. Kuantifikasi nilai
keberadaan mangrove di Kabupaten Lombok Timur Bagian Selatan adalah Warisan Rp 100.000.-
/ha/th. Jumlah Rp 100.000.- /ha/th (Analisis Data Primer, 2007).
2.8
Perhitungan Nilai Ekonomi
|
. Penghitungan nilai ekonomi total mangrove
dilakukan dengan menghitung nilai penggunaan langsung ( direct value ), nilai
penggunaan tidak langsung ( indirect value ), nilai pilihan, dan nilai
keberadaan. Nilai ekonomi total mangrove dilokasi dapat dihitung dengan rumus :
Keterangan:
TEV = Total nilai ekonomi IUV = Nilai penggunaan tidak langsung
UV
= Nilai penggunaan OV =
Nilai pilihan
NUV = Nilai intrinsic EV = Nilai keberadaan
DUV = Nilai penggunaan langsung BV =
Nilai kebanggaan/warisan
Jika luas mangrove di lokasi 482,63 hektar, maka diperoleh nilai valuasi
sebagai berikut;
1.
Nilai Langsung (DUV)
Dari jumlah data
kuantitatif total Nilai Langsung diperoleh nilai Rp 63.140.010 dan di kalikan
dengan 482,63 ha = Rp
30.473.263.026
2.
Nilai Tidak Langsung (IUV)
Dari jumlah data
kuantitatif total Nilai Langsung diperoleh nilai Rp 40.432.110 dan di kalikan
dengan 482,63 ha = Rp 19.513.749.249
3.
Nilai Pilihan (OV)
Dari jumlah data
kuantitatif total Nilai Langsung diperoleh nilai Rp 540.000 dan di kalikan
dengan 482,63 ha = Rp 260.620.200
4.
Nilai Keberadaan (EV) sekaligus Nilai Warisan (BV)
Dari jumlah data
kuantitatif total Nilai Langsung diperoleh nilai Rp 100.000 dan di kalikan
dengan 482,63 ha = Rp 48.263.000
TEV = Rp 30.473.263.026 + Rp
19.513.749.249 + Rp 260.620.200 + Rp 48.263.000
= Rp 104.212.120 /ha/th
Jadi Nilai ekonomi total mangrove di Kabupaten Lombok Timur bagian
Selatan adalah Rp 104.212.120 /ha/th.
Analisa
Dari perhitungan nilai ekonomi mangrove, dapat kita analisa bahwa nilai
yang tertinggi diperoleh dari penggunaan secara langsung yaitu pada rekreasi
dan wisata. Hal ini berarti daerah Lombok Timur bagian selatan ini lebih
berpotensi untuk tempat wisata dan rekreasi. Dengan demikian perlu adanya
pelestarian lingkungan sehingga daerah tersebut dapat terjaga keasriannya
sehingga dapat menambah minat para wisatawan domestic dan wisatawan asing yang
dapat menambah pemasukan daerah tersebut.
Penutup
3.1 Kesimpulan
Dari valuasi ekonomi pada
kabupaten Lombok Tomur bagian selatan provinsi Nusa Tenggara Barat dapan
disimpulkan bahwa penggunaan sumber daya alam mangrove secara langsung dengan
penggunaan tidak langsung bias dikatakan 2 : 3. Hal ini dapat kita liat dengan
nilai valuasinya yaitu NPL = Rp 63.140.010 dan NPTL = Rp. 40.432.110. Dengan demikian ditingkatkannya sumber
daya alam tidak langsung, maka penggunaan sumber daya alam secara langsung
dapat meningkat pula. Jadi untuk meningkatkan valuasi penggunaan secara
langsung, harus meningkatkan penggunaan secara tidak langsung terlebih dahulu. Karena
mangrove merupakan habitat ikan serta menyerap karbon yang sangat menentukan jumlah
populasi ikan yang bisa dimanfaatkan. Hal ini juga untuk menjaga kelestarian
sumber daya untuk masa yang akan datang.
3.2 Saran
Mengingat mangrove
memiliki nilai manfaat produk nonkayu dan jasa lingkungan yang cukup tinggi,
maka pengelolaannya dapat diarahkan pada maksimalisasi pemanfaatan hal
tersebut. Pemerintah dan para pihak perlu mengambil langkah khusus untuk
menciptakan pasar lokal, nasional, dan internasional bagi produk nonkayu dan
jasa lingkungan mangrove sehingga dapat dikelola dan dimanfaatkan secara
optimal.
Daftar Pustaka
Aksornkoae, S., 1993. Ecology and Management
of Mangrove . IUCN Wetland Program, IUCN
Bangkok.
Thailand.
Kartawinata, K., Adisoemarto, S., Soemodihardjo, S., dan I.G.M. Tantra.,
1978. Status
Pengetahuan
Hutan Bakau di Indonesia. Makalah Seminar Ekosistem Hutan Mangrove
I, Jakarta.
Knox, G.A., 1986. Estuarine Ecosystem: A
System Approach, volume I. CRC Press, Inc. Boca
Raton.
Florida.
Notohadiprawiro, T., 1978. Beberapa Sifat Tanah Mangrove Ditinjau dari
Segi Edafologi.
Prosiding
Seminar Ekosistem Hutan Mangrove I , Jakarta.
Nybakken, J.W.,1982. Marine Biology: An Ecological Approach . Harper
& Row, Publishers.
New
York.
Ólapsson, E., Buchmayer, S., dan M.W., Skov., 2002. The East African
Decapods Crabs
Neosarmatium
Meinerti (De Man) Sweeps Mangrove Floors Clean of Leaf Litter. Ambio
31: 569-573.
Perry, D.M., 1988. Effect of Associated Fauna on Growth and Productivity
of Red Mangrove.
Ecology 69: 1064-1075.
Sikong, M., 1978. Peran Hutan Mangrove Sebagai Tempat Asuhan ( Nursery
Ground )
Berbagai Jenis Ikan dan
Crustacea, Makalah Seminar Ekosistem Hutan Mangrove , Jakarta.
Supriharyono, 2002. Pelestarian dan
Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir Tropis
PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Tandjung, S.D., 2001. Dasar-dasar Ekologi. Bahan Kursus AMDAL Tipe A.
Pusat Penelitian
Lingkungan
Hidup Universitas Gadjah Mada dan Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan, Yogyakarta
Tomlinson, P.B., 1986. The Botany of Mangrove . Cambridge Tropical
Biology Series.
Cambridge University Press, New York
Tidak ada komentar:
Posting Komentar