perpustakaan online

Jumat, 15 November 2013

Value Of Money

Furqon
105080400111032
Universitas Brawijaya
Pendahuluan
1.1             Latar Belakang
Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu provinsi yang termasuk wilayah pesisir tingkat provinsi dengan daratan yang tidak luas.Potensi terbesar yang dimiliki oleh NTB untuk mengembangkan kegiatan ekonominya adalah potensi kelautan serta potensi pariwisata.Kegiatan ekonomi ini kemudian mempengaruhi jumlah PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) NTB secara umum.PDRB provinsi ini cenderung meningkat setiap tahun (Badan Pusat Statistik Provinsi NTB, 2012).
Ekosistem mangrove merupakan komunitas atau masyarakat tumbuhan atau hutan yang beradaptasi dengan salinitas dan pasang-surut air laut. Ekosistem ini memiliki peranan penting dan manfaat yang besar bagi kehidupan masyarakat khususnya di sekitar pantai (wawan, 2005).
Manfaat hutan mangrove secara fisik antara lain menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dari abrasi, menahan tiupan angin kencang dari laut, serta menjadi wilayah penyangga terhadap rembesan air laut (intrusi). Secara biologis hutan mangrove berfungsi sebagai tempat memijah dan berkembangbiaknya berbagai hewan air, tempat berlindung dan berkembang biak burung dan satwa lain, serta berfungsi sebagai sumber plasma nutfah. Secara ekonomis, hutan mangrove berfungsi juga sebagai penghasil kayu dan bahan bangunan, penghasil bahan baku industri, bibit ikan, tempat pariwisata, serta penelitian dan pendidikan (wawan, 2005).
Berbagai potensi ekonomi dapat diperoleh dari mangrove. Sampai saat ini manusia telah memanfaatkan mangrove sebagai sumber kayu untuk bahan bangunan, kayu bakar, dan arang. Mangrove juga menghasilkan berbagai produk nonkayu seperti obat-obatan, bahan pewarna (tanin), areal untuk budidaya ikan, garam, satwa liar, dan berbagai produk lainnya. Berbagai peran dan jasa lingkungan diberikan mangrove seperti konservasi air, mencegah intrusi, mencegah abrasi pantai, mencegah pencemaran, berperan sebagai penyedia hara bagi ekosistem laut dan estuaria. Mangrove juga berfungsi sebagai penyimpan karbon, regulasi makroiklim dan mikroiklim, melindungi lahan dan tempat tinggal dari topan dan badai, serta fungsi keanekaragaman hayati dan habitat bagi berbagai spesies langka. 

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui secara jelas dan menyeluruh dari semua rangkaian perencanaan tahap valuasi ekonomi sumberdaya alam di daerah di kabupaten Lombok bagian selatan Nusa Tenggara Barat, serta meningkatkan keterampilan analisis dalam bidang pemanfaatan ekonomi sumberdaya kelautan sebagai aplikasi ilmu-ilmu analisis matematis.
 Pembahasan
2.1 Penentuan Daerah
Kabupaten Lombok Timur merupakan satu dari 10 daerah Kabupaten/kota di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan luas wilayah 1.605,55 km² (5,43%) luas wilayah Provinsi NTB. Jumlah penduduk di daerah ini ± 1.012.852 jiwa (25%) jumlah penduduk NTB.
Penduduk Kabupaten Lombok Timur bagian Selatan masih terikat dengan jenis pekerjaan yang mengandalkan pada nelayan, pertanian, buruh, peternakan, dan jasa. Hal itu juga tercermin dari bentuk pemanfaatan lahan dan aktivitas perekonomian yang masih didominasi kegiatan- kegiatan tersebut.
2.2 Penentuan Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam tahapan valuasi ini  adalah menghitung nilai ekonomi total mangrove di daerah Lombok Timur bagian Selatan yang meliputi :
1.              Nilai penggunaan langsung berupa produk dan jasa yang dapat digunakan secara langsung, seperti kayu bakar dan arang, bahan bangunan, hasil perikanan tangkap, stok larva ikan dan udang, satwa liar, bahan pewarna, pengawet makanan dan obat-obatan, pakan ternak, garam, rekreasi dan wisata, serta pendidikan dan penelitian.
2.              Nilai penggunaan tidak langsung berupa nilai fungsional, seperti konservasi air tawar, mencegah intrusi air laut, mencegah abrasi pantai, mencegah pencemaran air tambak, penyedia hara/pakan alami untuk tambak, perluasan lahan ke arah laut, melindungi ekosistem laut dan teluk dari pendangkalan, penyimpan karbon, regulasi mikroiklim dan makroiklim, serta keanekaragaman hayati.
3.              Nilai pilihan berupa nilai kepentingan pemanfaatan di masa mendatang. 
4.              Nilai keberadaan berupa nilai yang berhubungan dengan kelangsungan habitat dari spesies pengguna.
5.              Nilai warisan berupa nilai keuntungan di masa depan

2.3       Identifikasi permasalahan
Konflik antara konservasi mangrove dengan konversinya untuk pemanfaatan lain yang dianggap lebih menguntungkan adalah salah satu masalah utama dalam pengelolaan kawasan pesisir di Indonesia. Dalam setiap konflik, mangrove selalu mengalami kekalahan, karena selama ini yang dinilai dari mangrove adalah produk fisiknya saja (tangible benefit ), sedangkan nilai jasa dan lingkungan ( intangible benefit ) diabaikan karena dianggap belum dapat dipasarkan atau secara ekonomi dinilai kecil. Tujuan penelitian ini adalah menghitung nilai ekonomi total mangrove di daerah Lombok Timur bagian Selatan.Identifikasi Fungsi dan Manfaat Mangrove
2.4 Identifikasi Fungsi dan Manfaat Mangrove
Sampai saat ini manusia telah memanfaatkan mangrove sebagai sumber kayu untuk bahan bangunan, kayu bakar, dan arang. Mangrove juga menghasilkan berbagai produk nonkayu seperti obat-obatan, bahan pewarna (tanin), areal untuk budidaya ikan, garam, satwa liar, dan berbagai produk lainnya. Berbagai peran dan jasa lingkungan diberikan mangrove seperti konservasi air, mencegah intrusi, mencegah abrasi pantai, mencegah pencemaran, berperan sebagai penyedia hara bagi ekosistem laut dan estuaria. Mangrove juga berfungsi sebagai penyimpan karbon, regulasi makroiklim dan mikroiklim, melindungi lahan dan tempat tinggal dari topan dan badai, serta fungsi keanekaragaman hayati dan habitat bagi berbagai spesies langka. 
Mangrove merupakan sumber karbon primer dalam jaring makanan berbasis detritus. Mangrove yang terdapat di daerah tropis memproduksi 25 kg C/ha/hari. Sumber makanan lain yang terdapat dalam mangrove adalah fitoplankton dan alga (benthic algae ) yang penting dalam jaring makanan berbasis pada grazing (Akhsornkoae, 1993).
Mangrove menyediakan habitat dan niche ekologis bagi berbagai spesies organisme darat dan laut, menyediakan tempat berlindung ( refuge ), tempat berkembang biak, dan areal pemijahan ( nursery ground ) bagi berbagai spesies ikan dan udang yang penting secara ekonomi dan ekologi (Dayaratne et al ., Hsieh dalam Ólafsson et al ., 2002).
Sistem perakarannya memiliki kemampuan memperlambat arus, sehingga mampu mencegah kerusakan akibat erosi pantai. Dalam keadaan arus yang tidak begitu kuat, memungkinkan terjadinya pengendapan partikel sedimen. Dengan demikian sistem perakaran mangrove juga berperan sebagai penyangga sedimentasi (Nybakken, 1982; Supriharyono, 2002).
Bowman, Davis dalam Kartawinata et al ., (1978) menyatakan bahwa perakaran bakau (mangrove) berfungsi sebagai penahan lumpur, dan karenanya ikut berperan dalam perluasan lahan. Dengan tenunan perakaran rapat, mangrove dapat menjangkar lumpur estuaria, sehingga dapat mempercepat dan memantapkan pembentukan dataran (Notohadiprawiro, 1978).
Mangrove merupakan sumber daya alam yang memiliki manfaat ekologi dan ekonomi yang sangat penting artinya untuk kesejahteraan masyarakat. Penggunaan atau pemanfaatan mangrove meliputi ; Penggunaan langsung yang berupa produk dan jasa yang dapat digunakan secara langsung, seperti kayu bakar dan arang, bahan bangunan, hasil perikanan tangkap, stok larva ikan dan udang, satwa liar, bahan pewarna, pengawet makanan dan obat-obatan, pakan ternak, garam, rekreasi dan wisata, serta pendidikan dan penelitian. Penggunaan tidak langsung yang berupa nilai fungsional, seperti konservasi air tawar, mencegah intrusi air laut, mencegah abrasi pantai, mencegah pencemaran air tambak, penyedia hara/pakan alami untuk tambak, perluasan lahan ke arah laut, melindungi ekosistem laut dan teluk dari pendangkalan, penyimpan karbon, regulasi mikroiklim dan makroiklim, serta keanekaragaman hayati. Penggunaan pilihan berupa nilai kepentingan pemanfaatan di masa mendatang.  Penggunaan keberadaan berupa nilai yang berhubungan dengan kelangsungan habitat dari spesies pengguna. Dan sebagai  warisan berupa nilai keuntungan di masa depan.
2.5           Identitas jenis, Klasifikasi dan sebaran sumber daya alam di ekosistem Mangrove
Penggunaan Nilai Nilai Tanpa tehnik yang
Penggunaan Penggunaan Disarankan
L TL P Q W K
Kayu bakar X Harga Pasar
Kayu bangunan X Harga Pasar
Hasil penangkapan ikan, X Harga Pasar
urang (ebi) dan kepiting
Stok larva ikan dan udang X Harga Pasar
Satwa liar X Harga Pasar
Bahan pewarna dan pengawet X Harga Pasar
Bahan makanan dan obat- obatan X Harga Pasar
Pakan ternak X Harga Pasar
Industri garam X Harga Pasar
Penggunaan Tidak Ekstraktif
Rekreasi dan wisata X Harga Pasar
Proksi
Pendidikan dan penelitian X Harga Pasar
Proksi
Jasa Lingkungan
Konservasi air tawar X Harga Pasar
Menghalangi intrusi air laut ke darat X Harga Pasar
Mencegah erosi/abrasi pantai X Harga Pasar
Mencegah pencemaran air tambak X Harga Pasar
Penyedia pakan alami bagi ekosistem X Harga Pasar
tambak
Perluasan lahan ke arah laut X Harga Pasar
Perlindungan laut dan teluk dari X Harga Pasar
pendangkalan
Penyimpan karbon X Harga Pasar
Regulasi mikro iklim dan makro iklim X Harga Pasar
Jasa keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati dan spesies langka X Simulasi
Survei
Kepentingan pemanfaatan di masa depan X Simulasi
Survei
Keterangan : L : Langsung Q : Quasi
TL : Tidak Langsung W : Wsrisan
P : Pilihan K : Keberadaan

2.6           Penentuan Metode Valuasi
Pengambilan data sosial-ekonomi dilakukan di beberapa instansi pemerintah terkait. Untuk membantu dalam menentukan nilai ekonomi total mangrove dilakukan pengisian kuesioner dan kegiatan wawancara. Pengambilan sampel responden dilakukan secara purposive sample atau sampel bertujuan. Populasi responden adalah kepala keluarga di Desa Pemongkong, Jerowaru, dan Batunampar yang tinggal di sekitar mangrove. Karena keterbatasan dana dan tenaga, maka jumlah sampel responden diambil masing-masing 30 orang dari masing-masing Desa.  Penghitungan nilai produk lingkungan dan jasa mangrove dilakukan dengan metode penilaian yang sesuai dengan ciri produk dan jasa mangrove. Pendekatan yang dilakukan yaitu dengan menggunakan nilai pasar untuk komoditas yang dipasarkan, dengan menentukan nilai barang pengganti (substitusi) untuk barang dan jasa yang tidak dipasarkan, dan harga bayangan yaitu harga- harga yang disesuaikan sedemikian rupa untuk menggambarkan nilai ekonomi yang sebenarnya dari barang dan jasa mangrove. Analisis nilai ekonomi total mangrove merupakan penjumlahan nilai penggunaan langsung, nilai penggunaan tidak langsung, nilai pilihan, nilai keberadaan, dan nilai warisan.
2.7           Data Kuantitatif SDAL di Ekosistem mangrove
Mangrove yang ada di daerah Lombok Timur  bagian Selatan, selain dimanfaatkan secara langsung oleh masyarakat juga memiliki nilai penggunaan secara tidak langsung. Nilai pemanfaatan tersebut merupakan nilai finansial mangrove yang nilainya bervariasi antara Rp 127.500 hingga Rp 15.024.750 /ha/th. Nilai-nilai pemanfaatan mangrove tersebut adalah sebagai berikut.
1. Nilai penggunaan langsung (NPL) Nilai penggunaan langsung mangrove adalah keseluruhan nilai produk dan jasa yang harga dari nilainya dapat ditentukan langsung dengan menggunakan harga pasar aktual. Kuantifikasi nilai penggunaan langsung mangrove di Kabupaten Lombok Timur bagian Selatan yaitu Kayu bakar Rp 127.500 /ha/ta, Kayu bangunan Rp 1.221.525 /ha/th, Hasil penangkapan ikan, urang (ebi) dan kepiting Rp 8.200.000 /ha/th, Stok larva ikan dan udang Rp 10.400.500 /ha/th, Satwa liar Rp 750.000 /ha/th, Bahan pewarna dan pengawet Rp 949. 985 /ha/th, Bahan makanan dan obat- obatan Rp 372.000 /ha/th, Pakan ternak Rp 2.268.750 /ha/th, Industri garam Rp 11.250.000 /ha/th, Rekreasi dan wisata Rp 15.024.750 /ha/th, Pendidikan dan penelitian Rp 12.575.000 /ha/th. Jumlah dari nilai penggunaan langsung adalah Rp 63.140.010 /ha/th. (Analisis Data Primer,2007).  
2. Nilai penggunaan tak langsung (NPTL) Nilai penggunaan tak langsung adalah keseluruhan nilai produk dan jasa mangrove yang harga dari nilainya ditentukan dengan shadow price . Hal tersebut dilakukan karena produk dan jasa mangrove tersebut tidak diperjualbelikan sehingga nilainya tidak dapat ditentukan secara langsung dengan menggunakan harga pasar aktual. Kuantifikasi nilai penggunaan tak langsung mangrove di Kabupaten Lombok Timur bagian Selatan adalah Konservasi air tawar Rp 425.000 /ha/th, Menghalangi intrusi air laut ke darat Rp 9.386.750 /ha/th, Mencegah erosi/abrasi pantai Rp 8.862.000 /ha/th, Mencegah pencemaran air tambak Rp 3.100.530 /ha/th, Penyedia pakan alami bagi ekosistem tambak Rp 3.650.000 /ha/th, Perluasan lahan ke arah laut Rp 1.250.000 /ha/th, Perlindungan laut dan teluk dari pendangkalan Rp 3.322.980 /ha/th, Penyimpan karbon 390.000 /ha/th, Regulasi mikro iklim dan makro iklim Rp 10.044.850 /ha/th, dan  Jumlah dari semua nilai penggunaan tidak langsung adalah Rp. 40.432.110 (Analisis Data Primer, 2007). 
3. Nilai pilihan (NP) Kuantifikasi nilai pilihan mangrove di Kabupaten Lombok Timur Bagian Selatan Keanekaragaman hayati dan spesies langka US$ 27 = 270.000 /ha/th, Kepentingan pemanfaatan di masa depan  US$ 27 = 270.000 /ha/th, Jumlah Rp 540.000.- /ha/th (Analisis Data Primer, 2007). 
4. Nilai Keberadaan (NK) Penghitungan nilai keberadaan mangrove didasarkan pada willingness to pay (WTP) atau keinginan membayar masyarakat. Formulasi WTP yang digunakan meliputi parameter-parameter yang menggambarkan nilai penghargaan masyarakat terhadap keberadaan mangrove yang tergantung pada kondisi sosial ekonominya misalnya: pendapatan, umur dan pendidikan. Rata-rata willingness to pay yang diberikan responden terhadap keberadaan mangrove sebagai warisan di daerah penelitian rata-rata Rp 100.000/ha/th. Nilai ini layak diberikan masyarakat mengingat ekosistem ini diketahui masyarakat potensial untuk areal tambak yang dianggap menguntungkan. Mangrove juga merupakan tempat wisata, selain untuk menyalurkan hobi memancing juga tempat menangkap kepiting, kerang pada saat air surut. Kuantifikasi nilai keberadaan mangrove di Kabupaten Lombok Timur Bagian Selatan adalah Warisan Rp 100.000.- /ha/th. Jumlah Rp 100.000.- /ha/th (Analisis Data Primer, 2007). 
2.8           Perhitungan Nilai Ekonomi
TEV = UV + NUV = (DUV + IUV + OV) + (BV + EV)
 
. Penghitungan nilai ekonomi total mangrove dilakukan dengan menghitung nilai penggunaan langsung ( direct value ), nilai penggunaan tidak langsung ( indirect value ), nilai pilihan, dan nilai keberadaan. Nilai ekonomi total mangrove dilokasi  dapat dihitung dengan rumus :

Keterangan:
TEV = Total nilai ekonomi IUV = Nilai penggunaan tidak langsung

UV   = Nilai penggunaan OV = Nilai pilihan

NUV = Nilai intrinsic EV = Nilai keberadaan

DUV = Nilai penggunaan langsung BV = Nilai kebanggaan/warisan

Jika luas mangrove di lokasi 482,63 hektar, maka diperoleh nilai valuasi sebagai berikut;
1.     Nilai Langsung (DUV)
Dari jumlah data kuantitatif total Nilai Langsung diperoleh nilai Rp 63.140.010 dan di kalikan dengan  482,63 ha = Rp 30.473.263.026
2.     Nilai Tidak Langsung (IUV)
Dari jumlah data kuantitatif total Nilai Langsung diperoleh nilai Rp 40.432.110 dan di kalikan dengan  482,63 ha = Rp 19.513.749.249
3.     Nilai Pilihan (OV)
Dari jumlah data kuantitatif total Nilai Langsung diperoleh nilai Rp 540.000 dan di kalikan dengan  482,63 ha = Rp 260.620.200
4.     Nilai Keberadaan (EV) sekaligus Nilai Warisan (BV)
Dari jumlah data kuantitatif total Nilai Langsung diperoleh nilai Rp 100.000 dan di kalikan dengan  482,63 ha = Rp 48.263.000
TEV = Rp 30.473.263.026 + Rp 19.513.749.249 + Rp 260.620.200 + Rp 48.263.000
= Rp 104.212.120 /ha/th
Jadi Nilai ekonomi total mangrove di Kabupaten Lombok Timur bagian Selatan adalah Rp 104.212.120 /ha/th.
Analisa
Dari perhitungan nilai ekonomi mangrove, dapat kita analisa bahwa nilai yang tertinggi diperoleh dari penggunaan secara langsung yaitu pada rekreasi dan wisata. Hal ini berarti daerah Lombok Timur bagian selatan ini lebih berpotensi untuk tempat wisata dan rekreasi. Dengan demikian perlu adanya pelestarian lingkungan sehingga daerah tersebut dapat terjaga keasriannya sehingga dapat menambah minat para wisatawan domestic dan wisatawan asing yang dapat menambah pemasukan daerah tersebut.
Penutup
3.1             Kesimpulan
Dari valuasi ekonomi pada kabupaten Lombok Tomur bagian selatan provinsi Nusa Tenggara Barat dapan disimpulkan bahwa penggunaan sumber daya alam mangrove secara langsung dengan penggunaan tidak langsung bias dikatakan 2 : 3. Hal ini dapat kita liat dengan nilai valuasinya yaitu NPL = Rp 63.140.010 dan NPTL = Rp. 40.432.110.  Dengan demikian ditingkatkannya sumber daya alam tidak langsung, maka penggunaan sumber daya alam secara langsung dapat meningkat pula. Jadi untuk meningkatkan valuasi penggunaan secara langsung, harus meningkatkan penggunaan secara tidak langsung terlebih dahulu. Karena mangrove merupakan habitat ikan serta menyerap karbon yang sangat menentukan jumlah populasi ikan yang bisa dimanfaatkan. Hal ini juga untuk menjaga kelestarian sumber daya untuk masa yang akan datang.  
3.2 Saran
Mengingat mangrove memiliki nilai manfaat produk nonkayu dan jasa lingkungan yang cukup tinggi, maka pengelolaannya dapat diarahkan pada maksimalisasi pemanfaatan hal tersebut. Pemerintah dan para pihak perlu mengambil langkah khusus untuk menciptakan pasar lokal, nasional, dan internasional bagi produk nonkayu dan jasa lingkungan mangrove sehingga dapat dikelola dan dimanfaatkan secara optimal.

           

Daftar Pustaka
Aksornkoae, S., 1993. Ecology and Management of Mangrove . IUCN Wetland Program, IUCN
            Bangkok. Thailand.
Kartawinata, K., Adisoemarto, S., Soemodihardjo, S., dan I.G.M. Tantra., 1978. Status
            Pengetahuan Hutan Bakau di Indonesia. Makalah Seminar Ekosistem Hutan Mangrove
I, Jakarta.
Knox, G.A., 1986. Estuarine Ecosystem: A System Approach, volume I. CRC Press, Inc. Boca
            Raton. Florida. 
Notohadiprawiro, T., 1978. Beberapa Sifat Tanah Mangrove Ditinjau dari Segi Edafologi.
            Prosiding Seminar Ekosistem Hutan Mangrove I , Jakarta.
Nybakken, J.W.,1982. Marine Biology: An Ecological Approach . Harper & Row, Publishers.
            New York.
Ólapsson, E., Buchmayer, S., dan M.W., Skov., 2002. The East African Decapods Crabs
            Neosarmatium Meinerti (De Man) Sweeps Mangrove Floors Clean of Leaf Litter. Ambio
31: 569-573.
Perry, D.M., 1988. Effect of Associated Fauna on Growth and Productivity of Red Mangrove.
Ecology 69: 1064-1075. 
Sikong, M., 1978. Peran Hutan Mangrove Sebagai Tempat Asuhan ( Nursery Ground )
Berbagai Jenis Ikan dan Crustacea, Makalah Seminar Ekosistem Hutan Mangrove , Jakarta.  
Supriharyono, 2002. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir Tropis
            PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Tandjung, S.D., 2001. Dasar-dasar Ekologi. Bahan Kursus AMDAL Tipe A. Pusat Penelitian
            Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada dan Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan, Yogyakarta
Tomlinson, P.B., 1986. The Botany of Mangrove . Cambridge Tropical Biology Series.

Cambridge University Press, New York

Tidak ada komentar:

Posting Komentar