perpustakaan online

Jumat, 15 November 2013

Study Kelayakan Usaha

METODE RAMALAN PERMINTAAN

Meramalkan permintaan dari pasar yang dimasuki oleh perusahaan adalah suatu pekerjaan yang perlu dilakukan oleh setiap manajer perusahaan dalam rangka memprediksi berapa besar peluang pasar yang tersedia di masa depan. Peramalan permintaan merupakan usaha untuk mengetahui jumlah produk atau sekelompok produk di masa yang akan datang dalam kendala satu set kondisi tertentu.
Hal yang perlu diingat adalah bahwa aktivitas peramalan permintaan tidaklah dapat diartikan sebagai aktivitas yang bertujuan untuk mengukur permintaan di masa yang akan datang secara pasti, melainkan sekedar usaha untuk mengurangi kemungkinan terjadinya hal yang berlawanan antara keadaan yang sungguh-sungguh terjadi di kemudian hari dengan apa yang menjadi hasil peramalan. Dengan kata lain, hasil maksimal dari aktivitas peramalan adalah melakukan minimisasi ketidakpastian yang mungkin terjadi di masa yang akan datang.
Untuk melakukan forecasting atau peramalan terhadap permintaan pasar, disini akan diuraikan berbagai metode model peramalan terhadap permintaan pasar dari barang atau jasa yang diproduksi dan dijual oleh perusahaan. Secara garis besar terdapat dua macam metode peramalan permintaan yang biasa dilakukan, yaitu metode kualitatif yang terdiri atas teknik survey dan teknik pengumpulan opini. Sedangkan metode berikutnya adalah metode kuantitatif, yang terdiri atas Metode Time Series, Metode Tren Linear, Metode Kuadratik, Analisis Musiman dan Model Ekonometri.

Pembahasan lebih lanjut tentang metode-metode peramalan permintaan adalah sebagai berikut:
 I.     Metode Kualitatif
Metode peramalan permintaan secara kualitatif berhubungan dengan data-data kualitatif, misalnya tentang selera konsumen terhadap suatu produk, atau survey tentang loyalitas konsumen, dan lain-lain. Forecasting kualitatif ini dapat dikelompokkan ke dalam beberapa metode teknik seperti akan dijelaskan berikut ini.
1.     Teknik Survey
Teknik survey ini merupakan suatu alat meramalkan yang cukup penting khususnya untuk memprediksi kejadian-kejadian atau kecenderungan-kecenderungan dalam jangka pendek mendatang ini. Survey biasanya menggunakan alat interview atau daftar pertanyaan yang akan ditujukan para responden yang terpilih dan yang dituju. Sesuai kelompok yang memang diperkirakan akan menjadi sasaran pasar yang dituju oleh perusahaan.
Survey ini dilakukan untuk meramalkan variabel ekonomi yang memang berhubungan baik langsung maupun tidak langsung dengan permintaan konsumen atau pasar yang dituju. Variabel-variabel ekonomi yang disurvey ini misalnya variabel yang berhubungan dengan budget rumah tangga yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Sasaran dan klasifikasi sasaran dan jenis kebutuhan dan keperluan dari kelompok responden ini dapat dikategorikan sebagai berikut:
a.     Survey tentang budget keperluan rumah tangga masyarakat eksekutif bisnis dan pemerintahan yang sekiranya berkait dengan rencana perusahaan. Survey ini diharapkan dapat merekam keseluruhan anggaran setiap rumah tangga yang disurvey.
b.     Survey mengenai barang atau jasa yang diperlukan bagi para pelaku bisnis yang akan memperdagangkan barang atau jasanya. Mereka ini mungkin pelaku bisnis yang bergerak pada bisnis distributor, pengecer atau pedagang besar.
c.     Survey ini dilakukan bagi para rumah tangga umum mengenai keperluan rumah tangga, produk atau barang apa secara periodic diperlukan dan frekuensi pemenuhan yang dilakukan untuk masa-masa yang akan datang, dan lain-lain.
Dari metode survey berdasar kelompok sasaran ini sebenarnya terkandung maksud dari surveyor bahwa barang dan jasa apa saja yang dibutuhkan, berapa frekuensi pemenuhan kebutuhan dan faktor-faktor apa saja yang pada umumnya yang mempengaruhi perilaku beli mereka ini. Sehingga secara tidak langsung perusahaan melihat peluang dan apa saja yang bisa ditarik sebagai kepentingan bagi perusahaan atas hasil-hasil survey ini untuk memprediksi dan memperkirakan perilaku pasar atau konsumen perusahaan.
Bila diklasifikasikan bahwa hasil survey ini merupakan bagian dari kegiatan riset pasar yang dilakukan oleh perusahaan. Dari sini berbagai kemungkinan yang diperoleh adalah munculnya variabel ikutan yang dapat diprediksi Apa yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan yang hendak atau sudah diproduksi dan dijual kepada pasar yang dituju yang telah disurvey  ini. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa hasil survey ini sebagian atau seluruhnya dapat dipergunakan untuk memprediksi permintaan konsumennya dari produk yang dibuat dan jual oleh perusahaan.

2.     Teknik Jajak Pendapat (Opinion Pools)
Teknik jajak pendapat sering dilakukan untuk melengkapi data dari survey. Jajak pendapat dari para pakar, para eksekutif, dari masyarakat umum, atau dari konsumen. Jajak pendapat ini lebih bersifat pandangan atau pendapat pribadi (subjektif) dari respondennya, sebaliknya teknik survey lebih bersifat objektif.
Sebelum peluncuran produk baru, biasanya diadakan pre test dan jajak pendapat terhadap responden yang menjadi sampel. Teknik pooling ini melibatkan berbagai media seperti media TV, telepon, koran, surat, SMS, email, atau internet untuk menyebarkan kuesioner atau daftar pertanyaan tentang berbagai informasi yang dibutuhkan perusahaan.
Laporan atau pernyataan resmi dari suatu perusahaan atau pemerintah suatu negara dapat digunakan sebagai sumber data guna meramalkan kondisi ekonomi di masa yang akan datang, sekaligus dapat digunakan untuk membuat strategi bersaing dalam pasar bebas.

 II.   Metode Kuantitatif
1.     Metode Time Series
Metode Time Series berhubungan dengan nilai-nilai suatu variabel yang diatur secara periodesasi sepanjang periode waktu dimana prakiraan permintaan diproyeksikan. Misalnya mingguan, bulanan, kwartalan, dan tahunan, tergantung keinginan dari pihak-pihak yang melakukan prakiraan permintaan ini. Metode ini semata-mata mendasarkan diri pada data dan keadaan masa lampau. Jika keadaan di masa yang akan datang cukup stabil dalam arti tidak banyak perubahan yang berarti dengan keadaan masa lampau, metode ini dapat memberikan hasil peramalan yang cukup akurat.

2.     Metode Tren Linear
Khusus metode ini digunakan jika scatter diagram berbentuk garis lurus dengan persamaan umum adalah:
Y = a + bX
 

Untuk metode tren linear ini banyak jenisnya, antara lain:
a.     Metode Least Square
Metode ini sering digunakan oleh perusahaan karena dianggap paling mudah untuk dipraktekkan. Metode ini digunakan pada waktu data yang tersedia adalah mempunyai kecenderungan berbentuk garis lurus. Maka persamaannya adalah:
Y = a + bX
 
 



Dimana:
Y = variabel yang akan diramalkan, dalam hal ini adalah ramalan      penjualan produk perusahaan
a = konstanta, yang akan menunjukkan besarnya harga
b = variabilitas per X, yaitu menunjukkan besarnya perubahan nilai Y dari setiap perubahan satu unit X
X = unit waktu/ periode

Untuk mencari besarnya nilai a, dan b tersebut akan dapat dilakukan dengan mempergunakan rumus-rumus sebagai berikut:
A = åY = Y
         n
 
B = åXY
   åX2
 
 





Dengan syarat bahwa å X = 0
Dimana n adalah sama dengan jumlah data

b.     Metode Product Moment
Metode ini lazim dinamakan metode momen saja. Metode ini digunakan oleh perusahaan karena dianggap mudah di samping metode least square, karena perlakuan angka X (prediksi) untuk data ganjil maupun genap tidak ada perlakuan khusus seperti halnya pada metode least square. Tentunya metode ini digunakan dalam ramalan penjualan untuk data yang tersedia adalah mempunyai kecenderungan berbentuk garis lurus terutama nilai ramalannya, sedangkan persamaannya adalah:
Y = a + bX
 
 




Dimana:
Y = variabel yang akan diramalkan, dalam hal ini adalah ramalan      penjualan produk perusahaan
a = konstanta, yang akan menunjukkan besarnya harga Y (ramalan) apabila X sama dengan 0 (nol)
b = variabilitas per X, yaitu menunjukkan besarnya perubahan nilai Y dari setiap perubahan satu unit X
X = unit waktu/ periode, yang dapat dinyatakan dalam minggu, bulan, semester, tahun dan lain sebagainya

Untuk mencari besarnya nilai a, dan b tersebut akan dapat dilakukan dengan mempergunakan rumus-rumus sebagai berikut:
Persamaan I
Y = n.a + bx
 
Persamaan II
∑XY = a ∑x + b ∑x2
 
 








Dengan syarat  ≠ 0

c.     Metode Setengah Rata-Rata (Semi Evarage Method)
Metode setengah rata-rata ini masih tergolong metode tren linier dimana data yang tersedia tetap berbentuk linier jika digambar dalam bentuk grafik. Metode  tren setengah rata-rata menentukan bahwa untuk mengetahui fungsi Y’ = a + bX tersebut, semua data historis dikelompokkan menjadi dua kelompok (himpunan) dengan jumlah anggota masing-masing yang sama. Berdasarkan perhitungan rata-rata dari anggota masing-masing kelompok itulah akan diperoleh fungsi garis lurus yang bersangkutan.

3.     Metode Kuadratik
Metode kuadratik adalah merupakan tren non linier, dan jika digambar berbentuk garis lengkung. Metode ini biasanya digunakan atau diterapkan untuk data historis dimana jika digambar akan membentuk garis tidak lurus atau berbentuk parabola.
Sedangkan persamaan dari metode kuadratik adalah:
Y’ = A + BX + Cx2
 
 



Dimana:
Y’ = variabel yang akan diramalkan, dalam hal ini adalah ramalan      penjualan produk perusahaan
a = konstanta, yang akan menunjukkan besarnya harga Y (ramalan) apabila X sama dengan 0 (nol)
b = variabilitas per X, yaitu menunjukkan besarnya perubahan nilai Y dari setiap perubahan satu unit X
X = unit waktu/ periode, yang dapat dinyatakan dalam minggu, bulan, semester, tahun dan lain sebagainya

Sedangkan koefisiennya adalah:
A = (Y - cX2) / n
B = (XY / x2)
C = (n X2Y) – ((X2) – (Y))
           (n X4) – ((ZX2)2)
Dengan syarat X2 = 0 (nol)

4.     Metode Variasi Musim
Melakukan prakiraan volume permintaan konsumen di waktu-waktu yang akan datang dapat didasarkan pada gelombang musiman yang melekat pada kultur budaya atau kebiasaan dari masyarakat. Tetapi dapat juga karena faktor sifat dan keadaan alam yang melekat pada iklim atau cuaca. Misalnya produksi musim semi, gugur dan musim penghujan dan bahkan musim kemarau, produk apa yang sedang atau akan datang musimnya.
Sifat masyarakat yang menimbulkan musiman ini oleh karena faktor budaya dan kebiasaan misalnya karena musim hari raya keagamaan. Pada saat-saat itu biasanya masyarakat akan memiliki hajat yang cukup besar dalam melakukan pemenuhan konsumsi barang keperluan pesta dan sehari-hari. Maka dapat dipastikan pada periode ini permintaan akan kebutuhan dan keperluan konsumsi akan meningkat dalam jumlah yang cukup berarti. Demikian juga ketika datang musim bulan-bulan baik maka banyak masyarakat menggunakan bulan tersebut melaksanakan hajat perkawinan, pesta perkawinan, dan hajat-hajat yang lain yang memerlukan pesta dan upacara-upacara sacral yang memerlukan konsumsi dan persediaan barang kebutuhan untuk keperluan tersebut.

5.     Metode Ekonometri
Metode ekonometri merupakan metode prediksi volume atau nilai dependen variabel dengan melibatkan berbagai faktor atau variabel independent yang relevan dan cukup signifikan mempengaruhi dependen variabel tersebut. Secara ekonomi dari model ekonometri ingin dilihat relevansinya pengaruh independent variabel terhadap dependen variabel. Bahkan juga ingin dilihat apakah antar variabel independent itu saling mempengaruhi dan berapa besar pengaruh mempengaruhi antar variabel independent ini atas besarnya pengaruh terhadap dependen variabel. Juga ingin dilihat berapa tepat antara kebenaran statistik dikoreksi dengan kebenaran secara ekonomi.
Jadi secara literatur ekonometrik merupakan suatu pengukuran secara ekonomi baik secara statistik, matematik maupun secara ekonomi teori sekaligus dalam konteks hubungan antara variabel-variabel ekonomi. Memang metode ekonometrik sering lebih kompleks dibanding dengan metode proyeksi trend. Namun ekonometrik setidaknya memiliki dua keunggulan sebagai alat prakiraan. Pertama adalah keunggulan dalam memperoleh prediksi nilai variabel yang penting. Ini akan sangat berguna bagi manajer untuk mengevaluasi kemungkinan pengaruh alternatif keputusan yang diambil. Kedua adalah metode ekonometrika mengestimasi perilaku hubungan antara variabel-variabel. Secara mencolok meramalkan dengan dasar metode lain seperti misalnya survey data hanya memperoleh sesuatu yang lebih kecil dari penyebab yang hakiki pada hubungan antar variabel-variabel ini secara umum.
Terdapat empat tahapan yang termasuk di dalam memformulasi forecast model ekonometrika ini.
1)    Membangun suatu model teori
2)    Mengumpulkan data
3)    Memilih bentuk persamaan fungsi yang diestimasi
4)    Mengestimasi dan menginterpretasi hasil




DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Noor. 2002. Ekonomi Manajerial. Jilid 1. Malang.

Muslich. 2003. Ekonomi Manajerial: Alat Analisis Strategi dan Kebijaksanaan Bisnis. Edisi kedua. Yogyakarta: Ekonisia.


TUGAS LIMNOLOGI

KONDISI KERAGAMAN ZOOPLANKTON DAN PSIKO-KIMIA DI TIGA PERENNIAL KOLAM VIRUDHUNAGAR KABUPATEN, TAMILNADU


Oleh:
LOTAR MATEUS M. 0910850022
DITO KURNIAWAN 09108500
FURQON                              105080400111032


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013


KONDISI KERAGAMAN ZOOPLANKTON DAN PSIKO-KIMIA DI TIGA PERENNIAL KOLAM VIRUDHUNAGAR KABUPATEN, TAMILNADU

T. Rajagopal*1, A. Thangamani2, S.P. Sevarkodiyone3, M. Sekar4 and G. Archunan1
Abstrak: keanekaragaman plakton dan parameter psiko-kimia adalah kriteria penting untuk mengevaluasi kesesuaian air untuk irigasi dan minuman. Dalam studi ini, kami mencoba untuk menilai kekayaan spesies zooplankton, keragaman, dan pemerataan dan untuk memprediksi keadaan tiga kolam abadi berdasarkan parameter psiko-kimia. Total 47 taksanomi tercatat: 24 rotifers, 9 copepods, 8 cladocerans, 4 ostracods dan 2 protozoans. Lebih banyak spesies zooplankton tercatat di kolam Chinnapperkovil (47 spesies) diikuti oleh Nallanchettipatti (39 spesies) dan kolam Kadabamkulam (24 spesies). Di antara rotifers, Branchionus sp. berlimpah. Diaphanosoma sp. dominan antara cladocerans. Antara copepods, numerik superioritas ditemukan dalam kasus Mesocyclopes sp. Cypris sp. diulang kelimpahan antara ostracoda. Penelitian ini mengungkapkan bahwa kekayaan spesies zooplankton (R1 dan R2) relatif lebih tinggi (R1: 4.39; R2: 2.13) di kolam Chinnapperkovil. D spesies

Pendahuluan
Limnologi adalah ilmu pengetahuan yang melibatkan banyak bidang terperinci serta penelitian laboratorium untuk memahami aspek-aspek struktural dan fungsional dan masalah yang terkait dengan lingkungan air tawar, dari holistik point of view (Adoni et al., 1985). Keanekaragaman akuatik hayati terancam punah terutama oleh manusia penyalahgunaan dan manajemen yang salah pada makhluk hidup dan ekosistem yang mendukung mereka. Sebagian besar dari kolam sudah tercemar karena limbah dosmetik, limbah industri dan pertanian (Shiddamallayya dan Pratima, 2008; Shekhar et al., 2008). Kebutuhan air dalam semua kehidupan, dari mikro-organisme sampai manusia, adalah masalah serius karena semua sumber daya air sampai ke titik krisis karena tidak direncanakan urbanisasi dan industrialisasi.
Penilaian kualitas air umumnya melibatkan analisis parameter psiko-kimia, biologis dan mikrobiologi dan merefleksikan status biotik dan abiotik ekosistem (IAAB, 1998; Kulshrestha dan Sharma, 2006; Mulani et al., 2009). Dalam ekologi, zooplankton adalah salah satu komponen biotik yang paling penting yang mempengaruhi semua aspek fungsional ekosistem akuatik, seperti rantai makanan, makanan jaring, aliran energi dan bersepeda materi (Murugan et al. 1998; Dadhick dan Sexena, 1999; Sinha dan Islam, 2002; Park dan Shin, 2007). Distribusi zooplankton masyarakat tergantung pada kompleks faktor-faktor seperti, perubahan kondisi iklim, parameter fisik dan kimia dan Tutupan vegetasi (Rocha et al., 1999; Neves et al., 2003). Sebagian besar jenis organisme-organisme planktonik kosmopolitan dalam distribusi (Mukherjee, 1997).
Menurut Murugan et al. (1998) dan Dadhich dan Sexena (1999) zooplankton memainkan peran integral dan menyajikan bio indikator dan itu adalah alat yang sangat cocok untuk memahami status polusi air (Ahmad, 1996; Contreras et al., 2009). Sejumlah penelitian telah dilakukan pada kondisi ekologi air tawar tubuh dalam berbagai bagian dari India (Gulati dan Schultz, 1980; Rana, 1991; Sinha dan Islam, 2002; Singh et al., 2002; Smitha et al., 2007), tetapi bagian Selatan Tamilnadu, studi ekologi air tawar tubuh adalah sangat minim (Sungai Wang dan Pandian, 1980; Smitha et al., 2007). Namun, hubungan antara parameter psiko-kimia dan fauna planktonik sangat terbatas (Ahmad dan Siddiqui, 1995; Choudhary dan Singh, 1999). Oleh karena itu, hadir penyelidikan berusaha mempelajari kekayaan spesies zooplankton, keragaman dan pemerataan hubungan antara parameter psiko-kimia dalam tiga abadi kolam Kabupaten Virudhunager, Tamilnadu.
Bahan dan Metode
Deskripsi situs Studi: 3 kolam abadi yang dipilih untuk penyelidikan ini, di mana kolam Chinnapperkovil (kolam saya) terletak dalam perjalanan ke Madurai, sekitar 0.5 km dari Sattur. Menerima limbah domestik dari kota Sattur dan permukaan kabur dari bidang pertanian selama musim hujan.
Pertandingan dan terletak dekat bengkel pabrik mobil kolam, limbah bahan sampah dan orang-orang yang unmindful pada lingkungan conservat ion, buang air besar dekat kolam. Nallanchettipatti pond ( pond ii ) terletak di irukkankudi kuil, tentang 8kms jauh dari sattur. Menerima effluents domestik dari nallanchettipatti kelurahan dan juga menerima air dari sungai. arjuna Kolam ini adalah disalahgunakan untuk pembuangan yang berkecambah gram setelah. Kadabamkulam pond ( pond iii ) berada di berdampingan ayya nadar janaki ammal perguruan tinggi, sekitar 6 km dari sivakasi, dan menerima effluents domestik dari perguruan tinggi kantin asrama dan perguruan tinggi dan permukaan lari dari bidang pertanian di dekatnya selama musim hujan.
Pengambilan sampel: survei kolam berlangsung dari Juni 2000-Desember 2000. Sampel air yang dikumpulkan secara periodik dalam setiap Sabtu kedua dari tiga kolam dipilih, selama jam-jam awal antara 7,00 untuk 10.00 am. Sampel Plankton dikumpulkan dengan cara menyaring 50 liter air dengan menggunakan plankton net  (77 mesh bolting sutra) dan konsentrasi sampel yang ditetapkan dalam 5% dari formalin.
Analisis: physico-chemical suhu ( udara dan permukaan air ) tercatat di tempat menggunakan thermometer celcius. pH sampel air diukur dengan menggunakan pH meter. Analisis physico-chemical (alkalinitas, salinity, fosfat, kalsium kekerasan, magnesium kekerasan, total kecerahan, oksigen terlarut dan  BOD ) sampel dilakukan sesuai dengan standar metode ( apha, tahun 1975 ).
Analisis biologis: identifikasi zooplankton spesies sudah dilakukan dengan bantuan dari standar referensi ( alfred et al. , 1973; adoni et al. , 1985 ). Analisis kuantitatif organisme planktonik dibawa keluar menggunakan sedgwick plankton rafter menghitung sel di sesuai untuk welch ( tahun 1948 ).
Community structure analysis: digunakan untuk memperoleh estimasi of species keragaman, kekayaan spesies dan pemerataan spesies 
1. Shannon and Weaver (1949) and Simpson (1949) keragaman nilai indeks diperoleh menggunakan mengikuti persamaan: 
D= ∑ Pi2 (log Pi) (Shannon’s index)
i = I
D = ∑ Pi2 (Simpson index)
i = I
Di mana 
Pi = adalah proporsi yang pertama spesies. Proporsi yang yang diberikan pi = ni / n

2. Species kekayaan (R1 dan R2) diperoleh dengan menggunakan persamaan.
R1 = (S - 1) / log N (Margalef, 1951)
R2 = S √n (Menhinick, 1964)
Dimana: 
R = adalah indeks dari kekayaan spesies 
S = jumlah total spesies 
N = jumlah total individu
3. Species equitability atau pemerataan ditentukan dengan menggunakan ekspresi Pielou (1966) dan Sheldon (1969).

E1 =N1/N0 (Pielou evenness)
Dimana: 
N0 = jumlah spesies pada sample 
N1 = jumlah berlimpah spesies dalam sampel

Hasil dan diskusi

Indeks keragaman spesies seperti kekayaan spesies dan pemerataan dipelajari untuk mengukur status kualitas air di tiga kolam abadi dan hubungan yang ada antara sifat fisiko-kimia. Data Diperoleh dari studi menunjukkan bahwa total 47 zooplankton spesies tercatat dalam tiga kolam terdiri dari 24 jenis rotifers, 9 copepods, 8 cladocerans, 4 ostracods dan 2 jenis protozoa. Tinggi jumlah spesies zooplankton diamati pada kolam Chinnapperkovil (47 spesies) diikuti oleh kolam Nallanchettipatti (39 spesies) dan kolam Kadabamkulam (24 spesies) (Tabel 1). Tinggi jumlah spesies zooplankton tercatat pada bulan Juni dan Juli 2000 (musim panas), sedangkan rendah selama bulan September dan Oktober (monsoon). Rotifer adalah terkaya dengan 24 spesies, yang menyumbang 51% dari populasi total zooplankton (Tabel 2). Dalam semua kolam, rotifer populasi adalah terbanyak selama bulan Juni dan Juli 2000. Singh et al. (2002) melaporkan bahwa pop rotifer yang lebih tinggi.
Sekitar 1700 spesies rotifers telah digambarkan dari berbagai belahan dunia dan 500 spesies (hanya 330 spesies milik 63 genera dan 25 keluarga sejauh ini telah dikonfirmasi) digambarkan dari badan air India (Arora dan Mehra, 2003; Kiran et al., 2007). Selama pengamatan, populasi rotifers keunggulan numerik ditemukan untuk menjadi tinggi dalam kasus Brachionus spesies (7 spp.), yang dianggap khas untuk dan paling sering di lingkungan tropis (Nogueira, 2001; Mulani et al, 2009). Genus Brachionus adalah salah satu genus paling kuno monogonont rotifers dan diwakili oleh 46 spesies di India (Jake, 1995; Sharma dan Sharma, 2001).

Laporan ini mendapat dukungan Kannan and Job (1980) and Adesalu and Nwankwo (2008. Meskipun Balloch et al. (1976) dan Ismael dan Dorgham (2003) menemukan bahwa indeks keragaman (Shannon % u2019s) indikator cocok untuk penilaian kualitas air.
Dari tiga kolam abadi, kekayaan spesies zooplankton (R1 dan R2) ditemukan untuk menjadi tinggi di kolam Chinnapperkovil (R1: 4.39 0.11; R2: 2.13 0,04) diikuti oleh Nallachettipatti (R1: 3.82 0.24; R2: 1.90 0.17) dan kolam Kadabamkulam (R1: 3.35 0.35; R2: 1.70 0,18). Tinggi Margalef % u2019s (R1) dan Menhinick % u2019s nilai indeks (R2) diamati selama bulan Juni dan Juli 2000. Mukherjee (1997) melaporkan bahwa kekayaan spesies lebih tinggi (R1 dan R2) ditandai dengan rantai makanan lebih besar (Dumont, 1999). Nilai rata-rata indeks pemerataan berkisar antara E1 = 0.85 ke 0,95 dan E2 = 0.75 untuk 0.88 di kolam Chinnapperkovil, E1 = 0.88 untuk 0,96 dan E2 = 0,53 untuk 0.88 di Nallanchettipatti dan E1 = 0,47 untuk 0.78 dan E2 = 0. 44 untuk 0,76 di Kadabamkulam pond. Equitability (pemerataan) adalah relatif tinggi selama musim hujan yang menunjukkan penurunan dalam keragaman plankton di periode ini (Adesalu dan terburuk, 2008). Peet (1974) telah melaporkan bahwa keanekaragaman spesies menyiratkan kekayaan dan pemerataan jumlah spesies.
Parameter psiko-kimia air pada  tiga kolam abadi telah diberikan dalam tabel 4a, b dan c. suhu Udara dan permukaan air  berkisar 29 hingga 32oC di Chinnapperkovil pond, 28-31oC di Nallachettipatti pond dan 26-27oC di Kadabamkulam pond. Suhu adalah salah satu faktor lingkungan yang penting dan berubah, karena ini mempengaruhi pertumbuhan dan distribusi flora dan fauna. Suhu air berkisar antara 13.5 dan 32oC dilaporkan untuk menjadi cocok untuk perkembangan organisme-organisme planktonik (Kamat, 2000; Gaikwad et al., 2008). Antara kolam tiga, populasi zooplanktons positif berkorelasi dengan suhu air. Pengamatan serupa dibuat oleh Bhuiyan dan Gupta (2007) dan Park-Shin (2007). Peningkatan populasi zooplankton dengan kenaikan suhu diamati selama penyelidikan kemarin.
Nilai pH berkisar antara 7,00 untuk 8,70 di kolam Chinnapperkovil, 6,53 untuk 8,20 di Nallanchettipatti pond dan 6,50 ke 7,20 di kolam Kadabamkulam, menunjukkan sifat alkalin. Nilai pH tinggi direkam selama bulan Juni dan Juli 2000 (musim panas). Hal ini mungkin karena rendahnya tingkat air dan tinggi fotosintesis organisme mikro-makro yang mengakibatkan produksi yang tinggi gratis karbon dioksida selama keseimbangan terhadap sisi basa (Trivedy, 1989; Shiddamallayya dan Pratima, 2008). Menurut Kurbatova (2005) dan Tanner et al. (2005) kisaran pH antara 6,0 dan 8.5 menunjukkan sifat produktif menengah reservoir; lebih dari 8.5 sangat produktif dan kurang dari 6.0 rendah produktif sifat reservoir. Dalam kasus Chinnapperkovil pond nilai rata-rata pH diamati selama masa studi adalah 8.2 yang menunjukkan bahwa air adalah sangat produksi zooplankton populasi.
Saat ini investigasi, konduktivitas listrik ( ec ) nilai berkisar dari 806 untuk 145 rmhos cm-1 di antara tiga kolam. Nilai tinggi dari ec tercatat selama bulan juni ( musim panas ) sedangkan rendah selama september 2000 ( monsoon ) di chinnapperkovil dan nallanchettipatti kolam. Tingginya konduktivitas listrik nilai terpantau selama juni 2000, dan ini mungkin karena suhu tinggi pada kurang kelarutan dan tinggi degradasi zat organik. Di antara tiga kolam, nilai-nilai konduktivitas listrik menunjukkan bahwa korelasi positif dengan zooplankton produksi, sementara korelasi negatif dengan oksigen terlarut. Ec ditemukan baik-baiklah indikator kualitas air ( abbassi et al. , tahun 1996; gaikwad et al. , 2008 ). Menurut gaikwad et al. ( 2008 ) dilusi zat padat pada gilirannya mengurangi yang ec nilai alkalinitas dan zooplankton produksi.
Dalam penyelidikan hadir, nilai konduktivitas listrik (EC) berkisar dari 806 untuk Rmhos 145 cm-1 antara tiga kolam. Nilai tinggi EC direkam selama bulan Juni (musim panas) sedangkan rendah selama September 2000 (hujan) di Chinnapperkovil dan Nallanchettipatti kolam. Nilai konduktivitas listrik tinggi diamati selama bulan Juni 2000, dan ini mungkin karena suhu tinggi di kurang kelarutan dan tinggi degradasi bahan organik. Antara kolam tiga, nilai-nilai konduktivitas listrik menunjukkan korelasi positif dengan produksi zooplankton, sementara korelasi negatif dengan oksigen terlarut. EC yang ditemukan baik Indikator kualitas air (Abbassi et al, 1996; Gaikwad et al., 2008). Menurut Gaikwad et al. (2008) pengenceran zat padat pada gilirannya mengurangi nilai EC alkalinitas dan zooplankton produksi.
Nilai fluktuasi kesadahan total dari 150 ke 70 ppm di kolam Chinnapperkovil, 105 sampai 60 ppm di kolam Nallanchettipatti dan 85-50 ppm di Kadabamkulam pond. Tinggi nilai kekerasan yang direkam selama bulan Juni dan Juli 2000 (musim panas) sedangkan rendah selama bulan September dan Oktober 2000 (monsoon). Berbagai tinggi kesadahan total jelas adalah karena loading tinggi bahan organik, deterjen, klorida dan polutan lain. Antara tiga kolam, kesadahan total menunjukkan korelasi positif yang signifikan dengan produksi zooplankton, suhu air, alkalinitas dan fosfat, sedangkan signifikan negatif korelasi dengan suhu, salinitas dan curah hujan. Temuan serupa yang diamati oleh Ratushnyak et al. (2006), Mathivanan et al. (2007) dan Park-Shin (2007). Meshram (2005) telah melaporkan bahwa kekerasan kalsium sangat penting bagi pertumbuhan normal dan pengembangan ekosistem akuatik yang banyak.
Estimasi dari oksigen biologis permintaan ( bod ) adalah sebuah mengukur penting untuk oksigen yang diperlukan untuk degradasi dari bahan organik. Para nilai bod berkisar dari 1,5 untuk 3.75 ppm di chinnapperkovil kolam, 1,00 untuk 2,5 ppm di nallanchettipatti pond dan 0,8 untuk 2,00 ppm di kadabamkulam kolam. Bo tinggi nilai tercatat selama bulan juni dan juli 2000. Dalam chinnapperkovil pond bod mencatat nilai-nilai korelasi negatif dengan zooplankton, padahal dalam nallanchettipatti dan kadabamkulam kolam bod menunjukkan korelasi positif dengan zooplankton produksi.

Oksigen terlarut ( DO ) adalah sebuah parameter pengukuran penting air yang sangat penting dalam konteks budaya setiap air hewan seperti oksigen memainkan peranan penting dalam kehidupan proses. Dissolvedoxygen berkisar dari 2,5 untuk 7,5 ppm pada chinnapperkovil kolam, 2.0 untuk 7 ppm pada nallanchettipatti kolam dan 2.12 untuk 5 ppm pada kadabamkulam kolam. Jumlah tinggi dari melakukan tercatat selama bulan juni dan juli 2000. Mungkin ini seiring dengan melemahnya kelarutan pada suhu tinggi dan tinggi degradasi zat organik. Dalam nallanchettipatti pond melakukan nilai menunjukkan signifikan korelasi positif dengan zooplankton, sementara korelasi negatif dengan zooplankton pada chinnapperkovil dan kadabamkulam kolam. Ahmad dan krishnamurthy ( 1990 ) dan singh dan singh ( 1993 ) bermain imbang mirip kesimpulan.
Temuan-temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa kolam Chinnapperkovil dipamerkan tingkat yang lebih tinggi dari zooplankton spesies kepadatan serta parameter psiko-kimia daripada kolam Nallanchettipatti dan Kadabamkulam. Ini mungkin tergantung pada tingkat organik pengayaan. Kepadatan spesies zooplankton relatif tinggi ini dapat dijelaskan oleh eutrofikasi efek. Monostyla sp., Keratella sp., Lapadella sp., Moinadaphnia sp., Diaptomus sp., Mesocyclopes sp., Cypris sp., Diaphanosoma sp., Brachionus calyciflorus, B. quadridentatus, B. forficula, B. sabatia, B. falcatus, B. urceolaris dan B. caudatus spesies yang dominan di kolam Chinnapperkovil dan Nallanchettipatti. Di tangan lainnya, tidak adanya di atas spesies tertentu seperti Brachionus calyciflorus, B. falcatus, B. urceolaris, Keratella sp., Lapadella sp., Diaphanosoma sp. dan Diaptomus sp. Di Kadabamkulam pond tercatat. Nogueira (2001) melaporkan bahwa di atas 15 spesies adalah indeks dari eutrofik air dan kelimpahan.

Value Of Money

Furqon
105080400111032
Universitas Brawijaya
Pendahuluan
1.1             Latar Belakang
Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu provinsi yang termasuk wilayah pesisir tingkat provinsi dengan daratan yang tidak luas.Potensi terbesar yang dimiliki oleh NTB untuk mengembangkan kegiatan ekonominya adalah potensi kelautan serta potensi pariwisata.Kegiatan ekonomi ini kemudian mempengaruhi jumlah PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) NTB secara umum.PDRB provinsi ini cenderung meningkat setiap tahun (Badan Pusat Statistik Provinsi NTB, 2012).
Ekosistem mangrove merupakan komunitas atau masyarakat tumbuhan atau hutan yang beradaptasi dengan salinitas dan pasang-surut air laut. Ekosistem ini memiliki peranan penting dan manfaat yang besar bagi kehidupan masyarakat khususnya di sekitar pantai (wawan, 2005).
Manfaat hutan mangrove secara fisik antara lain menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dari abrasi, menahan tiupan angin kencang dari laut, serta menjadi wilayah penyangga terhadap rembesan air laut (intrusi). Secara biologis hutan mangrove berfungsi sebagai tempat memijah dan berkembangbiaknya berbagai hewan air, tempat berlindung dan berkembang biak burung dan satwa lain, serta berfungsi sebagai sumber plasma nutfah. Secara ekonomis, hutan mangrove berfungsi juga sebagai penghasil kayu dan bahan bangunan, penghasil bahan baku industri, bibit ikan, tempat pariwisata, serta penelitian dan pendidikan (wawan, 2005).
Berbagai potensi ekonomi dapat diperoleh dari mangrove. Sampai saat ini manusia telah memanfaatkan mangrove sebagai sumber kayu untuk bahan bangunan, kayu bakar, dan arang. Mangrove juga menghasilkan berbagai produk nonkayu seperti obat-obatan, bahan pewarna (tanin), areal untuk budidaya ikan, garam, satwa liar, dan berbagai produk lainnya. Berbagai peran dan jasa lingkungan diberikan mangrove seperti konservasi air, mencegah intrusi, mencegah abrasi pantai, mencegah pencemaran, berperan sebagai penyedia hara bagi ekosistem laut dan estuaria. Mangrove juga berfungsi sebagai penyimpan karbon, regulasi makroiklim dan mikroiklim, melindungi lahan dan tempat tinggal dari topan dan badai, serta fungsi keanekaragaman hayati dan habitat bagi berbagai spesies langka. 

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui secara jelas dan menyeluruh dari semua rangkaian perencanaan tahap valuasi ekonomi sumberdaya alam di daerah di kabupaten Lombok bagian selatan Nusa Tenggara Barat, serta meningkatkan keterampilan analisis dalam bidang pemanfaatan ekonomi sumberdaya kelautan sebagai aplikasi ilmu-ilmu analisis matematis.
 Pembahasan
2.1 Penentuan Daerah
Kabupaten Lombok Timur merupakan satu dari 10 daerah Kabupaten/kota di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan luas wilayah 1.605,55 km² (5,43%) luas wilayah Provinsi NTB. Jumlah penduduk di daerah ini ± 1.012.852 jiwa (25%) jumlah penduduk NTB.
Penduduk Kabupaten Lombok Timur bagian Selatan masih terikat dengan jenis pekerjaan yang mengandalkan pada nelayan, pertanian, buruh, peternakan, dan jasa. Hal itu juga tercermin dari bentuk pemanfaatan lahan dan aktivitas perekonomian yang masih didominasi kegiatan- kegiatan tersebut.
2.2 Penentuan Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam tahapan valuasi ini  adalah menghitung nilai ekonomi total mangrove di daerah Lombok Timur bagian Selatan yang meliputi :
1.              Nilai penggunaan langsung berupa produk dan jasa yang dapat digunakan secara langsung, seperti kayu bakar dan arang, bahan bangunan, hasil perikanan tangkap, stok larva ikan dan udang, satwa liar, bahan pewarna, pengawet makanan dan obat-obatan, pakan ternak, garam, rekreasi dan wisata, serta pendidikan dan penelitian.
2.              Nilai penggunaan tidak langsung berupa nilai fungsional, seperti konservasi air tawar, mencegah intrusi air laut, mencegah abrasi pantai, mencegah pencemaran air tambak, penyedia hara/pakan alami untuk tambak, perluasan lahan ke arah laut, melindungi ekosistem laut dan teluk dari pendangkalan, penyimpan karbon, regulasi mikroiklim dan makroiklim, serta keanekaragaman hayati.
3.              Nilai pilihan berupa nilai kepentingan pemanfaatan di masa mendatang. 
4.              Nilai keberadaan berupa nilai yang berhubungan dengan kelangsungan habitat dari spesies pengguna.
5.              Nilai warisan berupa nilai keuntungan di masa depan

2.3       Identifikasi permasalahan
Konflik antara konservasi mangrove dengan konversinya untuk pemanfaatan lain yang dianggap lebih menguntungkan adalah salah satu masalah utama dalam pengelolaan kawasan pesisir di Indonesia. Dalam setiap konflik, mangrove selalu mengalami kekalahan, karena selama ini yang dinilai dari mangrove adalah produk fisiknya saja (tangible benefit ), sedangkan nilai jasa dan lingkungan ( intangible benefit ) diabaikan karena dianggap belum dapat dipasarkan atau secara ekonomi dinilai kecil. Tujuan penelitian ini adalah menghitung nilai ekonomi total mangrove di daerah Lombok Timur bagian Selatan.Identifikasi Fungsi dan Manfaat Mangrove
2.4 Identifikasi Fungsi dan Manfaat Mangrove
Sampai saat ini manusia telah memanfaatkan mangrove sebagai sumber kayu untuk bahan bangunan, kayu bakar, dan arang. Mangrove juga menghasilkan berbagai produk nonkayu seperti obat-obatan, bahan pewarna (tanin), areal untuk budidaya ikan, garam, satwa liar, dan berbagai produk lainnya. Berbagai peran dan jasa lingkungan diberikan mangrove seperti konservasi air, mencegah intrusi, mencegah abrasi pantai, mencegah pencemaran, berperan sebagai penyedia hara bagi ekosistem laut dan estuaria. Mangrove juga berfungsi sebagai penyimpan karbon, regulasi makroiklim dan mikroiklim, melindungi lahan dan tempat tinggal dari topan dan badai, serta fungsi keanekaragaman hayati dan habitat bagi berbagai spesies langka. 
Mangrove merupakan sumber karbon primer dalam jaring makanan berbasis detritus. Mangrove yang terdapat di daerah tropis memproduksi 25 kg C/ha/hari. Sumber makanan lain yang terdapat dalam mangrove adalah fitoplankton dan alga (benthic algae ) yang penting dalam jaring makanan berbasis pada grazing (Akhsornkoae, 1993).
Mangrove menyediakan habitat dan niche ekologis bagi berbagai spesies organisme darat dan laut, menyediakan tempat berlindung ( refuge ), tempat berkembang biak, dan areal pemijahan ( nursery ground ) bagi berbagai spesies ikan dan udang yang penting secara ekonomi dan ekologi (Dayaratne et al ., Hsieh dalam Ólafsson et al ., 2002).
Sistem perakarannya memiliki kemampuan memperlambat arus, sehingga mampu mencegah kerusakan akibat erosi pantai. Dalam keadaan arus yang tidak begitu kuat, memungkinkan terjadinya pengendapan partikel sedimen. Dengan demikian sistem perakaran mangrove juga berperan sebagai penyangga sedimentasi (Nybakken, 1982; Supriharyono, 2002).
Bowman, Davis dalam Kartawinata et al ., (1978) menyatakan bahwa perakaran bakau (mangrove) berfungsi sebagai penahan lumpur, dan karenanya ikut berperan dalam perluasan lahan. Dengan tenunan perakaran rapat, mangrove dapat menjangkar lumpur estuaria, sehingga dapat mempercepat dan memantapkan pembentukan dataran (Notohadiprawiro, 1978).
Mangrove merupakan sumber daya alam yang memiliki manfaat ekologi dan ekonomi yang sangat penting artinya untuk kesejahteraan masyarakat. Penggunaan atau pemanfaatan mangrove meliputi ; Penggunaan langsung yang berupa produk dan jasa yang dapat digunakan secara langsung, seperti kayu bakar dan arang, bahan bangunan, hasil perikanan tangkap, stok larva ikan dan udang, satwa liar, bahan pewarna, pengawet makanan dan obat-obatan, pakan ternak, garam, rekreasi dan wisata, serta pendidikan dan penelitian. Penggunaan tidak langsung yang berupa nilai fungsional, seperti konservasi air tawar, mencegah intrusi air laut, mencegah abrasi pantai, mencegah pencemaran air tambak, penyedia hara/pakan alami untuk tambak, perluasan lahan ke arah laut, melindungi ekosistem laut dan teluk dari pendangkalan, penyimpan karbon, regulasi mikroiklim dan makroiklim, serta keanekaragaman hayati. Penggunaan pilihan berupa nilai kepentingan pemanfaatan di masa mendatang.  Penggunaan keberadaan berupa nilai yang berhubungan dengan kelangsungan habitat dari spesies pengguna. Dan sebagai  warisan berupa nilai keuntungan di masa depan.
2.5           Identitas jenis, Klasifikasi dan sebaran sumber daya alam di ekosistem Mangrove
Penggunaan Nilai Nilai Tanpa tehnik yang
Penggunaan Penggunaan Disarankan
L TL P Q W K
Kayu bakar X Harga Pasar
Kayu bangunan X Harga Pasar
Hasil penangkapan ikan, X Harga Pasar
urang (ebi) dan kepiting
Stok larva ikan dan udang X Harga Pasar
Satwa liar X Harga Pasar
Bahan pewarna dan pengawet X Harga Pasar
Bahan makanan dan obat- obatan X Harga Pasar
Pakan ternak X Harga Pasar
Industri garam X Harga Pasar
Penggunaan Tidak Ekstraktif
Rekreasi dan wisata X Harga Pasar
Proksi
Pendidikan dan penelitian X Harga Pasar
Proksi
Jasa Lingkungan
Konservasi air tawar X Harga Pasar
Menghalangi intrusi air laut ke darat X Harga Pasar
Mencegah erosi/abrasi pantai X Harga Pasar
Mencegah pencemaran air tambak X Harga Pasar
Penyedia pakan alami bagi ekosistem X Harga Pasar
tambak
Perluasan lahan ke arah laut X Harga Pasar
Perlindungan laut dan teluk dari X Harga Pasar
pendangkalan
Penyimpan karbon X Harga Pasar
Regulasi mikro iklim dan makro iklim X Harga Pasar
Jasa keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati dan spesies langka X Simulasi
Survei
Kepentingan pemanfaatan di masa depan X Simulasi
Survei
Keterangan : L : Langsung Q : Quasi
TL : Tidak Langsung W : Wsrisan
P : Pilihan K : Keberadaan

2.6           Penentuan Metode Valuasi
Pengambilan data sosial-ekonomi dilakukan di beberapa instansi pemerintah terkait. Untuk membantu dalam menentukan nilai ekonomi total mangrove dilakukan pengisian kuesioner dan kegiatan wawancara. Pengambilan sampel responden dilakukan secara purposive sample atau sampel bertujuan. Populasi responden adalah kepala keluarga di Desa Pemongkong, Jerowaru, dan Batunampar yang tinggal di sekitar mangrove. Karena keterbatasan dana dan tenaga, maka jumlah sampel responden diambil masing-masing 30 orang dari masing-masing Desa.  Penghitungan nilai produk lingkungan dan jasa mangrove dilakukan dengan metode penilaian yang sesuai dengan ciri produk dan jasa mangrove. Pendekatan yang dilakukan yaitu dengan menggunakan nilai pasar untuk komoditas yang dipasarkan, dengan menentukan nilai barang pengganti (substitusi) untuk barang dan jasa yang tidak dipasarkan, dan harga bayangan yaitu harga- harga yang disesuaikan sedemikian rupa untuk menggambarkan nilai ekonomi yang sebenarnya dari barang dan jasa mangrove. Analisis nilai ekonomi total mangrove merupakan penjumlahan nilai penggunaan langsung, nilai penggunaan tidak langsung, nilai pilihan, nilai keberadaan, dan nilai warisan.
2.7           Data Kuantitatif SDAL di Ekosistem mangrove
Mangrove yang ada di daerah Lombok Timur  bagian Selatan, selain dimanfaatkan secara langsung oleh masyarakat juga memiliki nilai penggunaan secara tidak langsung. Nilai pemanfaatan tersebut merupakan nilai finansial mangrove yang nilainya bervariasi antara Rp 127.500 hingga Rp 15.024.750 /ha/th. Nilai-nilai pemanfaatan mangrove tersebut adalah sebagai berikut.
1. Nilai penggunaan langsung (NPL) Nilai penggunaan langsung mangrove adalah keseluruhan nilai produk dan jasa yang harga dari nilainya dapat ditentukan langsung dengan menggunakan harga pasar aktual. Kuantifikasi nilai penggunaan langsung mangrove di Kabupaten Lombok Timur bagian Selatan yaitu Kayu bakar Rp 127.500 /ha/ta, Kayu bangunan Rp 1.221.525 /ha/th, Hasil penangkapan ikan, urang (ebi) dan kepiting Rp 8.200.000 /ha/th, Stok larva ikan dan udang Rp 10.400.500 /ha/th, Satwa liar Rp 750.000 /ha/th, Bahan pewarna dan pengawet Rp 949. 985 /ha/th, Bahan makanan dan obat- obatan Rp 372.000 /ha/th, Pakan ternak Rp 2.268.750 /ha/th, Industri garam Rp 11.250.000 /ha/th, Rekreasi dan wisata Rp 15.024.750 /ha/th, Pendidikan dan penelitian Rp 12.575.000 /ha/th. Jumlah dari nilai penggunaan langsung adalah Rp 63.140.010 /ha/th. (Analisis Data Primer,2007).  
2. Nilai penggunaan tak langsung (NPTL) Nilai penggunaan tak langsung adalah keseluruhan nilai produk dan jasa mangrove yang harga dari nilainya ditentukan dengan shadow price . Hal tersebut dilakukan karena produk dan jasa mangrove tersebut tidak diperjualbelikan sehingga nilainya tidak dapat ditentukan secara langsung dengan menggunakan harga pasar aktual. Kuantifikasi nilai penggunaan tak langsung mangrove di Kabupaten Lombok Timur bagian Selatan adalah Konservasi air tawar Rp 425.000 /ha/th, Menghalangi intrusi air laut ke darat Rp 9.386.750 /ha/th, Mencegah erosi/abrasi pantai Rp 8.862.000 /ha/th, Mencegah pencemaran air tambak Rp 3.100.530 /ha/th, Penyedia pakan alami bagi ekosistem tambak Rp 3.650.000 /ha/th, Perluasan lahan ke arah laut Rp 1.250.000 /ha/th, Perlindungan laut dan teluk dari pendangkalan Rp 3.322.980 /ha/th, Penyimpan karbon 390.000 /ha/th, Regulasi mikro iklim dan makro iklim Rp 10.044.850 /ha/th, dan  Jumlah dari semua nilai penggunaan tidak langsung adalah Rp. 40.432.110 (Analisis Data Primer, 2007). 
3. Nilai pilihan (NP) Kuantifikasi nilai pilihan mangrove di Kabupaten Lombok Timur Bagian Selatan Keanekaragaman hayati dan spesies langka US$ 27 = 270.000 /ha/th, Kepentingan pemanfaatan di masa depan  US$ 27 = 270.000 /ha/th, Jumlah Rp 540.000.- /ha/th (Analisis Data Primer, 2007). 
4. Nilai Keberadaan (NK) Penghitungan nilai keberadaan mangrove didasarkan pada willingness to pay (WTP) atau keinginan membayar masyarakat. Formulasi WTP yang digunakan meliputi parameter-parameter yang menggambarkan nilai penghargaan masyarakat terhadap keberadaan mangrove yang tergantung pada kondisi sosial ekonominya misalnya: pendapatan, umur dan pendidikan. Rata-rata willingness to pay yang diberikan responden terhadap keberadaan mangrove sebagai warisan di daerah penelitian rata-rata Rp 100.000/ha/th. Nilai ini layak diberikan masyarakat mengingat ekosistem ini diketahui masyarakat potensial untuk areal tambak yang dianggap menguntungkan. Mangrove juga merupakan tempat wisata, selain untuk menyalurkan hobi memancing juga tempat menangkap kepiting, kerang pada saat air surut. Kuantifikasi nilai keberadaan mangrove di Kabupaten Lombok Timur Bagian Selatan adalah Warisan Rp 100.000.- /ha/th. Jumlah Rp 100.000.- /ha/th (Analisis Data Primer, 2007). 
2.8           Perhitungan Nilai Ekonomi
TEV = UV + NUV = (DUV + IUV + OV) + (BV + EV)
 
. Penghitungan nilai ekonomi total mangrove dilakukan dengan menghitung nilai penggunaan langsung ( direct value ), nilai penggunaan tidak langsung ( indirect value ), nilai pilihan, dan nilai keberadaan. Nilai ekonomi total mangrove dilokasi  dapat dihitung dengan rumus :

Keterangan:
TEV = Total nilai ekonomi IUV = Nilai penggunaan tidak langsung

UV   = Nilai penggunaan OV = Nilai pilihan

NUV = Nilai intrinsic EV = Nilai keberadaan

DUV = Nilai penggunaan langsung BV = Nilai kebanggaan/warisan

Jika luas mangrove di lokasi 482,63 hektar, maka diperoleh nilai valuasi sebagai berikut;
1.     Nilai Langsung (DUV)
Dari jumlah data kuantitatif total Nilai Langsung diperoleh nilai Rp 63.140.010 dan di kalikan dengan  482,63 ha = Rp 30.473.263.026
2.     Nilai Tidak Langsung (IUV)
Dari jumlah data kuantitatif total Nilai Langsung diperoleh nilai Rp 40.432.110 dan di kalikan dengan  482,63 ha = Rp 19.513.749.249
3.     Nilai Pilihan (OV)
Dari jumlah data kuantitatif total Nilai Langsung diperoleh nilai Rp 540.000 dan di kalikan dengan  482,63 ha = Rp 260.620.200
4.     Nilai Keberadaan (EV) sekaligus Nilai Warisan (BV)
Dari jumlah data kuantitatif total Nilai Langsung diperoleh nilai Rp 100.000 dan di kalikan dengan  482,63 ha = Rp 48.263.000
TEV = Rp 30.473.263.026 + Rp 19.513.749.249 + Rp 260.620.200 + Rp 48.263.000
= Rp 104.212.120 /ha/th
Jadi Nilai ekonomi total mangrove di Kabupaten Lombok Timur bagian Selatan adalah Rp 104.212.120 /ha/th.
Analisa
Dari perhitungan nilai ekonomi mangrove, dapat kita analisa bahwa nilai yang tertinggi diperoleh dari penggunaan secara langsung yaitu pada rekreasi dan wisata. Hal ini berarti daerah Lombok Timur bagian selatan ini lebih berpotensi untuk tempat wisata dan rekreasi. Dengan demikian perlu adanya pelestarian lingkungan sehingga daerah tersebut dapat terjaga keasriannya sehingga dapat menambah minat para wisatawan domestic dan wisatawan asing yang dapat menambah pemasukan daerah tersebut.
Penutup
3.1             Kesimpulan
Dari valuasi ekonomi pada kabupaten Lombok Tomur bagian selatan provinsi Nusa Tenggara Barat dapan disimpulkan bahwa penggunaan sumber daya alam mangrove secara langsung dengan penggunaan tidak langsung bias dikatakan 2 : 3. Hal ini dapat kita liat dengan nilai valuasinya yaitu NPL = Rp 63.140.010 dan NPTL = Rp. 40.432.110.  Dengan demikian ditingkatkannya sumber daya alam tidak langsung, maka penggunaan sumber daya alam secara langsung dapat meningkat pula. Jadi untuk meningkatkan valuasi penggunaan secara langsung, harus meningkatkan penggunaan secara tidak langsung terlebih dahulu. Karena mangrove merupakan habitat ikan serta menyerap karbon yang sangat menentukan jumlah populasi ikan yang bisa dimanfaatkan. Hal ini juga untuk menjaga kelestarian sumber daya untuk masa yang akan datang.  
3.2 Saran
Mengingat mangrove memiliki nilai manfaat produk nonkayu dan jasa lingkungan yang cukup tinggi, maka pengelolaannya dapat diarahkan pada maksimalisasi pemanfaatan hal tersebut. Pemerintah dan para pihak perlu mengambil langkah khusus untuk menciptakan pasar lokal, nasional, dan internasional bagi produk nonkayu dan jasa lingkungan mangrove sehingga dapat dikelola dan dimanfaatkan secara optimal.

           

Daftar Pustaka
Aksornkoae, S., 1993. Ecology and Management of Mangrove . IUCN Wetland Program, IUCN
            Bangkok. Thailand.
Kartawinata, K., Adisoemarto, S., Soemodihardjo, S., dan I.G.M. Tantra., 1978. Status
            Pengetahuan Hutan Bakau di Indonesia. Makalah Seminar Ekosistem Hutan Mangrove
I, Jakarta.
Knox, G.A., 1986. Estuarine Ecosystem: A System Approach, volume I. CRC Press, Inc. Boca
            Raton. Florida. 
Notohadiprawiro, T., 1978. Beberapa Sifat Tanah Mangrove Ditinjau dari Segi Edafologi.
            Prosiding Seminar Ekosistem Hutan Mangrove I , Jakarta.
Nybakken, J.W.,1982. Marine Biology: An Ecological Approach . Harper & Row, Publishers.
            New York.
Ólapsson, E., Buchmayer, S., dan M.W., Skov., 2002. The East African Decapods Crabs
            Neosarmatium Meinerti (De Man) Sweeps Mangrove Floors Clean of Leaf Litter. Ambio
31: 569-573.
Perry, D.M., 1988. Effect of Associated Fauna on Growth and Productivity of Red Mangrove.
Ecology 69: 1064-1075. 
Sikong, M., 1978. Peran Hutan Mangrove Sebagai Tempat Asuhan ( Nursery Ground )
Berbagai Jenis Ikan dan Crustacea, Makalah Seminar Ekosistem Hutan Mangrove , Jakarta.  
Supriharyono, 2002. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir Tropis
            PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Tandjung, S.D., 2001. Dasar-dasar Ekologi. Bahan Kursus AMDAL Tipe A. Pusat Penelitian
            Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada dan Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan, Yogyakarta
Tomlinson, P.B., 1986. The Botany of Mangrove . Cambridge Tropical Biology Series.

Cambridge University Press, New York