perpustakaan online

Kamis, 29 Desember 2011

TENTANG ZOOPLANKTON BESERTA BUDIDAYANYA


MAKALAH
TENTANG ZOOPLANKTON BESERTA BUDIDAYANYA

Disusun oleh :

Furqon 105080400111032
Kelas G Planktonologi


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011








ZOOPLANKTON

Pengertian Plankton

Plankton adalah mikroorganisme yang hidup melayang dalam air, dimana kemampuan renangnya terbatas, menyebabkan mikroorganisme tersebut mudah hanyut oleh gerakan atau arus air (Bougis, 1976). Plankton sebagai organisme yang tidak dapat menyebar melawan pergerakan massa air, yang meliputi fitoplankton (plankton nabati), zooplankton (plankton hewani) dan bakterioplankton(bakteri).

Menurut Nybakken (1992), plankton adalah kelompok-kelompok organisme yang hanyut bebas dalam laut dan daya renangnya sangat lemah. Kemampuan berenang organisme-organisme planktonik demikian lemah sehingga mereka sama sekali dikuasai oleh gerakan air, hal ini berbeda dengan hewan laut lainnya yang memiliki gerakan dan daya renang yang cukup kuat untuk melawan arus laut. Plankton adalah suatu organisme yang terpenting dalam ekosistem laut, kemudian dikatakan bahwa plankton merupakan salah satu organisme yang berukuran kecil dimana hidupnya terombang-ambing oleh arus perairan laut (Hutabarat dan Evans, 1988).Menurut ukurannya, plankton dibagi ke dalam beberapa kelompok, yaitu makroplankton (lebih besar dari 1 mm), mikroplankton (0,06 mm – 1 mm) dan nanoplankton (kurang dari 0,06 mm) meliputi berbagai jenis fitoplankton. Diperkirakan 70 % dari semua fitoplankton di laut terdiri dari nanoplankton dan inilah yang memungkinkan terdapatnya zooplankton sebagai konsumer primer (Sachlan, 1972).Berdasarkan daur hidupnya, plankton terbagi dalam dua golongan yaitu holoplankton yang merupakan organisme akuatik dimana seluruh hidupnya bersifat sebagai plankton, golongan kedua yaitu meroplankton yang hanya sebagian dari daur hidupnya bersifat sebagai plankton (Bougis, 1976; Nybakken, 1992).
Berdasarkan keadaan biologisnya, Newel (1963) menggolongkan plankton sebagai berikut : (a) Fitoplankton yang merupakan tumbuhan renik, (b) Zooplankton yang merupakan hewan-hewan yang umumnya renik.

Zooplankton

Pengertian Zooplankton

Zooplankton merupakan anggota plankton yang bersifat hewani, sangat beraneka ragam dan terdiri dari bermacam larva dan bentuk dewasa yang mewakili hampir seluruh filum hewan. Zooplankton memiliki ukuran yang lebih besar dari fitoplankton (Nontji, 1987).Effendi (1997) membagi ukuran zooplankton dengan ketentuan khusus, yaitu makrozooplankton yang berukuran lebih besar dari 2 cm, dan mesozooplankton yang berukuran 200 – 20.000 m. Larva ikan maupun ikan-ikan muda yang bersifat planktonik disebut ichtyoplankton umumnya berukuran besar. Umumnya zooplankton mempunyai alat gerak seperti flagel, cilia atau kaki renang, namun tidak dapat melawan pergerakan air (Raymont, 1963).

Komposisi dan Kelimpahan Zooplankton Komposisi jenis zooplankton sangat bervariasi di berbagai wilayah laut. Bagian terbesar dari organisme zooplankton adalah anggota filum Arthropoda dan hampir semuanya termasuk kelas Crustacea. Holoplankton yang paling umum ditemukan di laut adalah Copepoda. Copepoda merupakan zooplankton yang mendominasi di semua laut dan samudera, serta merupakan herbivora utama dalam perairan-perairan bahari dan memiliki kemampuan menentukan bentuk kurva populasi fitoplankton. Copepoda berperan sebagai mata rantai yang amat penting antara produksi primer fitoplankton dengan para karnivora besar dan kecil (Nybakken,1992). Romimohtarto dan Juwana (1998) menyatakan bahwa Crustacea merupakan jenis zooplankton yang terpenting bagi ikan-ikan, baik di perairan tawar maupun di perairan laut. Diantara anggota filum Arthropoda, hanya Crustacea yang dapat hidup sebagai plankton dalam perairan.Menurut Davis (1955), kelimpahan zooplankton sangat ditentukan oleh adanya fitoplankton, karena fitoplankton merupakan makanan bagi zooplankton. Silvania (1990) mengemukakan bahwa di perairan fitoplankton mempunyai peranan sebagai produsen yang merupakan sumber energi bagi kehidupan organisme lainnya. Hal ini juga didukung oleh Arinardi (1977) yang menyatakan bahwa kepadatan zooplankton sangat tergantung pada kepadatan fitoplankton, karena fitoplankton adalah makanan bagi zooplankton, dengan demikian kuantitas atau kelimpahan zooplankton akan tinggi di perairan yang tinggi kandungan fitoplanktonnya.

Zooplankton merupakan organisme penting dalam proses pemanfaatan dan pemindahan energi karena merupakan penghubung antara produsen dengan hewan-hewan pada tingkat tropik yang lebih tinggi. Dengan demikian populasi yang tinggi dari zooplankton hanya mungkin dicapai bila jumlah fitoplankton tinggi. Namun dalam kenyataannya tidak selalu benar dimana seringkali dijumpai kandungan zooplankton yang rendah meskipun kandungan fitoplankton sangat tinggi. Hal ini dapat diterangkan dengan adanya “The Theory of Differential Growth Rate” (Teori Perbedaan Kecepatan Tumbuh) yang dikemukakan oleh Steeman dan Nielsen (1973) yang menyebutkan bahwa pertumbuhan zooplankton tergantung pada fitoplankton tetapi karena pertumbuhannya lebih lambat dari fitoplankton maka populasi maksimum zooplankton akan tercapai beberapa waktu setelah populasi maksimum fitoplankton berlalu.Selain itu terdapat pula teori yang menerangkan terjadinya hubungan terbalik antara zooplankton dan fitoplankton, teori ini dikenal dengan “Theory of Grazing” yaitu dimakannya fitoplankton oleh zooplankton yang dikemukakan oleh Harvey et. al (1935). Bila populasi zooplankton meningkat, pemangsaan fitoplankton akan sedemikian cepatnya sehingga fitoplankton tidak sempat membelah diri, jika jumlah zooplankton menurun dan menjadi sedikit maka hal ini memberi kesempatan kepada fitoplankton untuk tumbuh dan berkembang biak sehingga menghasilkan konsentrasi yang tinggi (Davis, 1955).

Distribusi Zooplankton Penyebaran fitoplankton lebih merata dibandingkan dengan penyebaran zooplankton. Zooplankton beruaya ke arah mendatar dan tegak mengikuti kelompok fitoplankton dan jika sudah mencapai tingkat kepedatan tertentu perkembangan zooplankton akan berkurang sedangkan fitoplankton bertambah (Nybakken, 1992).Zooplankton melakukan migrasi secara vertikal. Migrasi vertikal ialah migrasi harian yang dilakukan oleh organisme zooplankton tertentu ke arah dasar laut pada siang hari dan ke arah permukaan laut pada malam hari. Rangsangan utama yang mengakibatkan terjadinya migrasi vertikal harian pada zooplankton adalah cahaya. Cahaya mengakibatkan respon negatif bagi para migran, mereka bergerak menjauhi permukaan laut bila intensitas cahaya di permukaan meningkat. Sebaliknya mereka akan bergerak ke arah permukaan laut bila intensitas cahaya di permukaan menurun (Prasad, 1956).Pola yang umum tampak adalah bahwa zooplankton terdapat di dekat permukaan laut pada malam hari, sedangkan menjelang dini hari dan datangnya cahaya mereka bergerak lebih ke dalam. Dengan meningkatnya intensitas cahaya sepanjang pagi hari, zooplankton bergerak lebih ke dalam menjauhi permukaan laut dan biasanya mempertahankan posisinya pada kedalaman dengan intensitas cahaya tertentu.

Di tengah hari atau ketika intensitas cahaya matahari maksimal, zooplankton berada pada kedalaman paling jauh. Kemudian tatkala intensitas cahaya matahari sepanjang sore hari menurun, zooplankton mulai bergerak ke arah permukaan laut dan sampai di permukaan sesudah matahari terbenam dan masih tinggal di permukaan selama fajar belum tiba.Migrasi vertikal merupakan suatu fenomena universal yang dilakukan oleh zooplankton tertentu. Perangsang utama yaitu cahaya, namun perangsang ini dapat dimodifikasi oleh faktor lain seperti suhu. Beberapa alasan zooplankton melakukan migrasi vertikal ialah
(1) untuk menghindari pemangsaan oleh para predator yang mendeteksi mangsa secara visual;
(2) untuk mengubah posisi dalam kolom air; dan
(3) sebagai mekanisme untuk meningkatkan produksi dan menghemat energi (Nybakken, 1992).

Peranan Zooplankton

Brooks (1969) menjelaskan bahwa zooplankton yang meliputi semua hewan yang umumnya renik adalah bersifat herbivora yang memakan fitoplankton. Hampir seluruh zooplankton sangat tergantung pada fitoplankton dan pada trophic level zooplankton menempati tingkat kedua setelah fitoplankton (Davis, 1955).Dalam rantai makanan, fitoplankton dimakan oleh hewan herbivora yang merupakan konsumen pertama. Konsumen pertama ini pada umumnya berupa zooplankton yang kemudian dimangsa pula oleh oleh hewan karnivora yang lebih besar sebagai konsumen kedua. Demikianlah seterusnya rangkaian karnivora memangsa karnivora lain (Nontji, 1987).Sebagai herbivora primer di ekosistem perairan, peranan zooplankton sangat penting artinya karena dapat mengontrol kelimpahan fitoplankton. Dengan demikian zooplankton berperan sebagai mata rantai antara produsen primer dengan karnivora besar dan kecil (Nybakken, 1992). Struktur komunitas dan pola penyebaran zooplankton dapat dijadikan sebagai salah satu indikator biologi dalam menentukan perubahan kondisi perairan. Indeks Keanekaragaman Indeks keanekaragaman atau “Diversity Index” diartikan sebagai suatu gambaran secara matematik yang melukiskan struktur informasi-informasi mengenai jumlah spesies suatu organisme. Indeks keanekaragaman akan mempermudah dalam menganalisis informasi-informasi mengenai jumlah individu dan jumlah spesies suatu organisme. Suatu cara yang paling sederhana untuk menyatakan indeks keanekaragaman yaitu dengan menentukan persentase komposisi dari spesies di dalam sampel. Semakin banyak spesies yang terdapat dalam suatu sampel, semakin besar keanekaragaman, meskipun harga ini juga sangat tergantung dari jumlah total individu masing-masing spesies (Kaswadji, 1976) .
Indeks keanekaragaman dapat dijadikan petunjuk seberapa besar tingkat pencemaran suatu perairan. Dasar penilaian kualitas air berdasarkan nilai indeks keanekaragaman dapat dilihat dalam Tabel 1.





Tabel 1. Kriteria Kualitas Air Berdasarkan Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiever (Wardoyo, 1974)

Nilai Indeks Kualitas Air Keterangan
3,0 - 4,5 Tercemar sangat ringan Menurut Shetty et al (1963)
2,0 - 3,0 Tercemar ringan
1,0 - 2,0 Tercemar sedang
0,0 - 1,0 Tercemar berat


Indeks Keseragaman

Dalam suatu komunitas, kemerataan individu tiap spesies dapat diketahui dengan menghitung indeks keseragaman. Indeks keseragaman ini merupakan suatu angka yang tidak bersatuan, yang besarnya antara 0 – 1, semakin kecil nilai indeks keseragaman, semakin kecil pula keseragaman suatu populasi, berarti penyebaran jumlah individu tiap spesies tidak sama dan ada kecenderungan bahwa suatu spesies mendominasi populasi tersebut. Sebaliknya semakin besar nilai indeks keseragaman, maka populasi menunjukkan keseragaman, yang berarti bahwa jumlah individu tiap spesies boleh dikatakan sama atau merata (Pasengo, 1995).Indeks Dominansi.Dominansi jenis zooplankton dapat diketahui dengan menghitung Indeks Dominansi (C). Nilai indeks dominansi mendekati satu jika suatu komunitas didominasi oleh jenis atau spesies tertentu dan jika tidak ada jenis yang dominan, maka nilai indeks dominansinya mendekati nol (Odum, 1971).


Parameter Lingkungan
Kehidupan organisme dalam air sangat tergantung pada kualitas air setempat, sehingga baik tumbuhan maupun hewan yang termasuk dalam ekosistem perairan secara langsung maupun tidak langsung dapat dipengaruhi oleh faktor fisika dan kimia airnya (Odum, 1971).Faktor abiotik seperti cahaya, suhu, kecerahan, salinitas dan ketersediaan unsur-unsur hara sangat menentukan kelimpahan plankton sebagai salah satu komponen biotik di dalam perairan (Welch, 1952).

-Arus
Arus adalah gerakan massa air permukaan yang ditimbulkan terutama oleh pengaruh angin. Arus dipengaruhi pula oleh faktor-faktor lain seperti gravitasi bumi, keadaan dasar, distribusi pantai dan gerakan rotasi bumi terutama arus-arus yang skala lintasannya besar seperti arus-arus laut bebas (Nybakken, 1992).Akibat yang paling menguntungkan dari adanya arus ialah adanya kemungkinan transpor bahan-bahan makanan dari satu daerah ke daerah lain. Tetapi adapula kemungkinan bahwa bahan-bahan pencemar terangkut ke daerah yang lebih luas. Arus membantu menyebarkan organisme, terutama organisme-organisme planktonik. Arus juga menyebarkan telur dan larva berbagai hewan akuatik sehingga dapat mengurangi persaingan makanan dengan induk mereka (Koesoebiono, 1981). Selanjutnya oleh Wickstead (1965), dikatakan bahwa arus sangat penting artinya bagi sebaran plankton di laut. Arus permukaan maupun arus dasar perairan menyebabkan plankton dapat tersebar tidak merata dalam volume air laut.Menurut Mason (1981), berdasarkan kecepatan arusnya maka perairan dapat dikelompokkan menjadi berarus sangat cepat (> 100 cm/dtk), cepat (50 – 100 cm/dtk), sedang (25 – 50 cm/dtk), lambat (10–25 cm/dtk) dan sangat lambat (< 10 cm/dtk).

-Suhu (˚C)
Suhu merupakan parameter yang penting dalam lingkungan laut dan berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap lingkungan laut. Menurut Hutabarat dan Evans (1988), suhu adalah salah satu faktor yang amat penting bagi kehidupan organisme di lautan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas metabolisme maupun perkembangbiakan organisme tersebut. Selanjutnya Odum (1971) menyatakan bahwa suhu air mempunyai peranan penting dalam kecepatan laju metabolisme dan respirasi biota air, sehingga kebutuhan akan oksigen terlarut juga meningkat. Menurut Wardoyo (1974), makin tinggi suhu, kadar garam dan tekanan parsial gas-gas yang terlarut dalam air maka kelarutan oksigen dalam air berkurang.Pengaruh suhu pada plankton larva tidak seragam di seluruh perairan dan terhadap masing-masing kelompok atau populasi. Pada telur yang sedang berkembang dan larva dari hewan laut, toleransi terhadap suhu air laut cenderung bertambah ketika mereka menjadi lebih tua. Dalam perubahan suhu tersebut, pertumbuhan larva dipercepat oleh suhu yang lebih tinggi (Romimohtarto dan Juwana, 1998).Menurut Ray dan Rao (1964), secara umum suhu optimal bagi perkembangan plankton adalah 20˚C - 30˚C. Selanjutnya Shetty et al (1963) mengatakan bahwa setiap organisme hidup mempunyai batas toleransi terhadap suhu di sekitarnya.

-Salinitas

Salinitas adalah garam-garam terlarut dalam satu kilogram air laut dan dinyatakan dalam satuan perseribu (Nybakken, 1992). Selanjutnya dinyatakan bahwa dalam air laut terlarut macam-macam garam terutama NaCl, selain itu terdapat pula garam-garam magnesium, kalium dan sebagainya (Nontji, 1987). Kandungan garam di laut tidak sama di berbagai tempat. Sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan, dan aliran sungai. Friendrich (1969) mengemukakan bahwa Copepoda mampu hidup pada kisaran salinitas tertentu bahkan pada kondisi anaerob untuk Copepoda pelagis. Acartia longiremis hidup pada kisaran salinitas 6 – 35 o/oo , Centropages hamatus hidup pada kisaran salinitas 13 – 23 o/oo , Paracalanus parvus pada kisaran 19–34o/oo , dan Acrocalanus gibber dapat menyesuaikan diri pada kisaran salinitas 32 -35 o/oo .Salinitas mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan organisme, misalnya dalam hal distribusi biota laut akuatik. Salinitas merupakan parameter yang berperan dalam lingkungan ekologi laut. Beberapa organisme ada yang tahan terhadap perubahan salinitas yang besar, ada pula yang tahan terhadap salinitas yang kecil (Nybakken, 1992).

Menurut Sachlan (1972), pada salinitas 0 - 10 o/oo hidup plankton air tawar, pada salinitas 10 – 20 o/oo hidup plankton air tawar dan laut, sedangkan pada salinitas yang lebih besar dari 20 o/oo hidup plankton air laut.
Derajat Keasaman (pH).Nilai pH merupakan hasil pengukuran konsentrasi ion hidrogen dalam larutan dan menunjukkan keseimbangan antara asam dan basa air. Adanya karbonat, hidroksida dan bikarbonat akan meningkatkan keasaman (Saeni, 1989).Boyd dan Linchtkopler (1979) menyatakan bahwa pH air sangat dipengaruhi oleh karbondioksida sebagai substansi asam. Fitoplankton dan vegetasi air lainnya mengurangi konsentrasi karbondioksida dalam air selama proses fotosintesis sehingga pH air akan turun pada malam hari.
Nilai pH suatu perairan adalah salah satu parameter yang cukup penting dalam memantau kualitas air. Nilai pH dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain aktifitas biologis misalnya fotosintesis dan respirasi organisme (Pescod, 1973). Menurut Omori dan Ikeda (1984) menyatakan bahwa pH air laut dianggap sebagai salah satu faktor utama yang membatasi laju pertumbuhan plankton dan nilainya berkisar antara 7,0 – 8,5.Suatu perairan dengan pH 5,5 – 6,5 dan pH yang lebih besar dari 8,5 termasuk perairan yang tidak produktif dan perairan dengan pH antara 7,5 – 8,5 mempunyai produksi yang sangat tinggi (Kaswadji, 1976).

-Oksigen Terlarut

Oksigen adalah suatu zat yang sangat esensial bagi pernafasan dan merupakan suatu komponen yang utama bagi metabolisme ikan dan organisme lainnya. Oksigen di perairan bersumber dari difusi udara, fotosintesis fitoplankton dan tumbuhan air lainnya, air hujan dan aliran permukaan yang masuk, sehingga tinggi rendahnya kadar oksigen dalam air banyak bergantung pada kondisi gelombang, suhu, salinitas, tekanan parsial gas-gas yang ada di udara maupun di air, kedalaman serta potensi biotik perairan. Makin tinggi suhu, salinitas dan tekanan parsial gas-gas terlarut di dalam air, maka kelarutan oksigen dalam air makin berkurang (Odum, 1971).Menurut Hutagalung dkk (1997), adanya kenaikan suhu air, respirasi (khususnya malam hari), lapisan minyak di atas permukaan laut dan masuknya limbah organik yang mudah terurai ke lingkungan laut dapat menurunkan kadar oksigen dalam air laut.Oksigen dibutuhkan oleh semua organisme, termasuk plankton. Pada siang hari proses fotosintesis akan menghasilkan gelembung oksigen yang akan dimanfaatkan oleh organisme laut termasuk zooplankton. Pengurangan oksigen dalam air dapat mengurangi kecepatan tumbuh dan menyebabkan kematian. Menurut Pescod (1976) kelarutan oksigen 2 ppm sudah cukup untuk mendukung kehidupan biota akuatik, selama perairan tersebut tidak mengandung bahan toksik.

-Kekeruhan

Kekeruhan adalah suatu ukuran biasan cahaya di dalam air yang disebabkan oleh adanya partikel koloid dan suspensi yang terkandung dalam air (Wardoyo, 1974). Selanjutnya dikatakan bahwa warna air umumnya disebabkan oleh senyawa-senyawa organisme nabati seperti tanin, asam humus, gambut, plankton dan tanaman air. Kekeruhan air umumnya memiliki sifat-sifat yang berlawanan dengan kecerahan air. Kekeruhan merupakan sifat optik dari suatu larutan yaitu hamburan dan absorbsi cahaya yang melaluinya dan tidak dapat dihubungkan secara langsung antara kekeruhan dengan kadar semua zat suspensi karena bergantung juga kepada ukuran dan bentuk butir (Alaerts dan Santika, 1987).Boyd (1979) menyatakan kekeruhan dapat disebabkan oleh suspensi partikel, yang secara langsung dan tidak langsung akan mempengaruhi organisme perairan. Kekeruhan yang tinggi mengakibatkan pertumbuhan organisme yang menyesuaikan diri pada air yang jernih menjadi terhambat dan dapat pula menyebabkan kematian karena mengganggu pernafasan (Michael, 1994).Kekeruhan yang tinggi dapat mengkibatkan terganggunya sistem osmoregulasi misalnya pernafasan dan daya lihat organisme akuatik termasuk zooplankton, sehingga dapat mempengaruhi perkembangbiakan plankton larva dan dapat mengakibatkan kematian (Effendi, 1997). Menurut Baka (1996) bahwa kekeruhan perairan yang kurang dari 5 NTU tergolong perairan yang jernih.

Macam-macam zooplankton yang bisa di budidayakan
-Rotifera, terutama Brachionus sp.
 





-Cladocera, terutama Moina sp., dan
-Daphnia sp.

-Brachiopoda, terutama Artemia sp.
Berbagai macam zooplankton lainnya seperti infusoria (paramecium), jentik- jentik nyamuk, anak tiram, anak tritip (Balanus sp), anak bintang laut (Arbacia sp.), dan lain-lain.
Dengan membudidayakan plankton secara intensif, maka kita akan dapat menyediakan makanan burayak dalam jumlah yang cukup, tepat waktu, dan berkesinambungan. Oleh karena itu, dalam usaha pembudidayaan udang, kerang dan ikan ataupun kepiting, perlu kita selenggarakan pula pembudidayaan plankton sebagai persediaan makanan burayak.
BudidayaZooplakton
Adapun beberapa glongan dari zooplankton yang digunakan sebagai pakan alami dan perlu dibudidayakan sebagai pakan alami burayak diantaranya adalah :
1.Budidaya Infusoria
Infusoria adalah salah satu kelas dari philum Protozoa. Dalam kelas Infusoria ini kita mengenal subkelas Ciliata, yaitu kelompok hewan-hewan bersel satu yang berbulu getar (silia). Beberapa jenis Ciliata yang sering kita dengar adalahParamaecium caudatum, Colpoda cicullus, Didinium nasutum, dan colpidium campylum.
Infusoria umumnya hidup di air tawar, misalnya di sawah-sawah yang banyak jeraminya.Namun ada juga diantaranya yang hidup di air laut. Makananya terdiri dari bakteri, protozoa lain yang lebih kecil, ganggang renik, ragi dan detritus yang halus. Oleh karena itu Infusoria biasanya menghuni perairan-peraiaran yang tercemar, yang sedang mengalami proses pembusukan yang berat.
Paramecium relatif berukuran besar (80 – 350 mikron). Dengan mata telanjang nampak seperti bintik putih yang berrgerak-gerak. Bentuknya yang mirip sandal sehingga banyak yang menyebutnya binatang sandal. Seluruh permukaan tubuhnya berbulu getar dan dipakai juga sebagai alat gerak, muluitnya berupa lekukan yang terletak pada ujung tubuh yang lancip.
Colpoda tubuhnya sedikit pipih, cembung pada bagian punggung dan datar pada bagian perut. Lubang mulut sel mengrah ke depan dengan dikelilingi bulu getar. Didinium berbentuk agak bulat panjang, dengan bulu getar tersusun dalam rangkaian. Ujung depan tubuhnya mempunyai bangunan seperti krucit yang menonjol. Sedangkan Colpidium berbentuk lonjong dengan lubang mulut sel terletak ditengah-tengah tubuh.
Untuk pengembangbiakan bibit Infusoria (khususnya Ciliata) dapat di jumpai di alam, dengan cara menggunakan pipet panjang, beujung halus dan berbola penyedot yang besar. Karena Infisoria suka bereang –renang bebas di antara akar-akar tanaman air (seperti Teratai dan Eceng gondok), lagi pula ia tidak suka terhadap sinar matahari langsung.
Dengan alat tersebut kita meyedot air langsung pada sarangnya. Air yang telah disedot ditampung dibotol dan diamati di mikroskop apakah terdapat bibit Infusoria atau tidak.
Untuk mempermudah pengamatan Ciliata yang bergerak lincah perlu dihambat dengan serabut kapas, serabut kertas lensa, agar-agar, selatin, atau tragakan. Selain itu dapat juga digunakan metil selulose (10 g metil selulose dalam 90 ml air suling). Apabila kita sudahmendapatkan bibitnya selanjutnya dapat kita tularkan dalam media panangkaran.
Untuk penangkaran bibit tersebut, kita dapat menggunakan air rebusan jerami. Media tersebut dibuat dengan merebus 70 g jerami kering yang telah dipotong kedalam air suling selama 15 menit. Setelah dingin kita saring dan diencerkan dengan air suling lagi sampai volume 1,5 L.
Selain air rebusan jerami, kita juga dapat menggunkan media lain seperti air rebusan kacang panjang, air rebusan kecambah, air rebusan daun selada, atau air beras.
Setelah kita mengetahui media dan bibitnya, maka media yang telah kita buat diencerkan lagi dari 10 ml ke 100 ml kemudian dituangkan ke cawan petri dan bibit Ciliata yang sudah ada kita masukan. Cawan petri ditutup dengan kain sutra dan disimpan ditempat yang gelap dengan suhu berkisar 280 C. Setelah 1-2 minggu biasanya bibit telah berkembang menjadi banyak.
Ciliata yang sudah banyak inilah yang kita gunakan sebagai pakan dari burayak-burayak ikan yang kita pelihara, terutama burayak yang sedang beralih makanan dari fitoplankton ke zooplanktone. Apabila medium bididaya sampai berbau busuk, maka perlu penggantian air. Air yang lama kita buang perlahan dengan selang secara bertahap, yang kemudian kita masukan air baru dengan menggunakan selang juga, sampai volumenya kembali seperti volume awal.

2.Budidaya Brachionus
Branchionus adalah hewan renik panktonik termasuk dalam philum Trochelminthes, kelas Rotatoria (rotifera) subkelas Monogononta, ordo Notomatida, subordo Hydatinia, family Branchiodae. Beberapa jenis yang kita kenal antara lain adalah Brannchionus plicatilis, B. pala, B. angularis, B. mollis, B. kuadratis, dan B. puncatus.
Ukuran tubuhnya antara 50-300 mikron dengan struktur tubuh yang sangat sederhana. Ciri khas yang digunakan untuk penaman Rotatoria atau Rotifera adalah terdapatnya suatu bangunan yang disebut korona. Korona ini bentuknya bulat dan berbulu getar, yang memberikan gambaran seperti sebuah roda, sehingga dinamakan Rotifera.
Secara alami Branchionus suka memakan jasad-jasad renik yang lebih kecil dari pada dirinya. Antara jenis jantan dan betina terdapat perbedaan bentuk yang menylok, dimana yang jantan ukurannya lebih kecil dari betina. Perkembangbiakan secara partenogenesis dan dalam 8-12 hari dapat menghasilkan sebanyak 5 butir telur.
Hewan ini dapat ditemukan diperairan tawar, payau,atau laut yaitu tergantung jenisnya. Penangkapan hewan ini bisa menggunakan plankton net. Setelah didapat kita tempatkan pada tempat pembibitan agar menjadi banyak. Tempat pembibitan kita buat dari air rebusan kotoran kuda atau pupuk kandang lainnya. Mula-mula kita rebus 800 gr kotoran kuda kering kedalam 1 L air. Setelah mendidih selama 1 jam kita dinginkan dan disaring. Air saringan kita encerkan dengan air hujan yang telah di rebus dengan volume dua kali lipat rebusan kotoran kuda. Media yang sudah jadi kita masukkan kebotol ukuran 1 galon dan kita tulari bibit protozoa dan ganggang renik sebagai pakan Branchionus, seelah 7 hari baru kita masukkan bibit Branchionus. Biasanya bibit akan berkembang baik setelah mencapai waktu 1-2 minggu.
Cara lain untuk pembibitan yaitu dengan cara menenmpatkannya kedalam medium air hijau (green water) yang sudah terdapat fitoplanktonnya (Chlorella dan Tetraselmis). Setelah beberapa hari maka akan berkambang menjadi lebih banyak dan siap digunakan sebagai pakan burayak.
.
3.Budidaya Kutu Air
Kutu air termasuk dalam udang-udangan renik berfilum Arthopoda, kelas Crustacea, subkelas Entomostraca, ordo Phylopoda, subordo Cladocera. Contoh yang terkenal adalah Moina (100-1000 mkron) dan Daphnia (1000-5000 mikron). Diantara udang-udangan lainnya, kutu air termasuk yang paling primitif.
Ciri umumnya adalah bentuknya gepeng dari samping kesampaing. Dinding tubuh membentuk lipatan yang menutupi bagian tubuh pada kedua belah sisinya, sehingga nampak seperti kerang-kerangan. Diatas tubuh bagian belakang pada cangkang membentuk kantong yang berfungsi untuk tempat penmpungan dan perkembangan telurnya.
Kutu air (khususnya Moina dan Daphnia) hidup pada air tawar, jarang yang hidupnya di laut yaitu Podon dan Evadne. Makananya berupa tumbuh-tumbuhan renik dan detritus dengan cara menggerakkan kaki-kakinya yang pipih. Gerakan tersebut menimbulkan arus yang membawa makanan sampai dekat mulutnya.
Hewan ini biasa hidup pada suhu 22-3o C dengan pH 6,6 – 7,4. Umur biota ini dapat mencapai 30 hari dan setiap 2 hari sekali beranak yang kurang lebih jumlanya 33 ekor untuk Moina sedangkan Untuk Daphnia hanya sampai 12 hari dimana setiap 1-2 hari bisa beranak sampai 29 ekor.
Untuk mendapatkan bibit, kita bisa membelinya pada peternak kutu air yang sekarang sudah diperjual belikan. Biasanya pada Balai Budidaya dan Panti pembenihan udang dan ikan.
Untuk mengamati ada tidaknya bibit disuatu perairan, bisa menggunakan lempengan putih yang kita benamkan ke air. Dengan latar belakang putih, kutu air akan tampak seperti kumpulan awan. Pengamatan akan lebih mudah jika kita mengamatinya pada pagi hari yang cerah. Bibit kemudian ditempatkan pada media penangkarang yang terbuat dari air tawar yang sudah dimasukkan potongn jerami kering dan pupuk kandang masing-masing 0.2 kg/m2 tapi ditunggu setalah berwarna kecoklat-coklatan yang mengindikassikan fitoplankton sudah tumbuh pada media tersebut sebagai pakannya.
Penangkapan bibit harus pagi- pagi dengan peralatan sebuah seser terbaut dari kain saringan plankton. Garis tengah seser 20-25 cm bertangkai 2 m. Pengamatan kita lakukan disekitar kayu-kayu terapung, tunggul pohon atau tanaman yang sedang membusuk. Setelah kita menemukan tempat hidupnya, kita harus segera menangguknya dengan seser. Pada waktu menagguk, kita lakukan sambil membuat olakan sehingga kutu air yang berada dibawah akan naik keatas.
Hasil tangkapan ditempatkan pada ember berisi air tawar 20 L, karena kutu air sensitif terhadap panas maka kita perlu sedia es batu sebagai pendinginnya. Wadah ditutup dan pada tutupnya diberi lubang-lubang.
Bibit yang kita tangkap segera kita masukkan ke bak penangkaran yang telah kita sediakan. Secara berkala (1-2 kali dalam seminggu) air medianya kita pupuk lagi dengan pupuk kandang dengan ukuran yang sama seperti waktu pertama. Apabila kepadatan sudah mencapai 4000 ekor / L, maka kita sudah dapat memanennya yang biasanya dicapai antara 7-10 hari. Apabila hasil panen kita banyak sehingga tdak habis sekali pakai, maka kita bisa menyimpannya pada lemari es “freezer” bukan refrigerator.

4.Budidaya Artemia
Artemia atau “Brine Shrimp” adalah sejenis udang-udangan primitif yang termasuk dalam philum Anthropoda, kelas Crustacea, subkelas Branchiopoda, ordo Anastroca, famili Artemiidae. Hewan ini hidup planktonik pada perairan berkadar garam tinggi ( antara 15-300 permil). Suhu yang dikehendakipun tinggi (antara 25-30o C) degan oksigen terlarut sekitar 3 mg/Ldan pH antara 7,3 – 8,4.
Artemia dewasa mampu mencapai panjang 1-2 cm dengan berat sekitar 10 mg. Anaknya yang baru menetas (nauplius instar 1) panjangnya mencapai 0,4 mm dengan berat sekitar 15 mikrogram. Secara alami makanannya berupa detritus, ragi laut, bakteri, ganggang renik dan biota lainnya yang ukurannya50 mikron kebawah.
Perkembangbiakan dengan biseksual dan partenogenesis. Perkembangan pada jenis biseksual harus melalui perkawainan antara betina jantan. Pada kedua jenis perkembangbiakan tersebut bisa terjadi ovovivipar maupun ovipar.
Ovoviviparitas biasaya terjadi pada keadaan lingkungan yang cukup baik dengan kadar garam kurang lebih 150 permil dengan kandungan oksigen yang cukup baik. Sedangkan oviparitas terjadi apabila keadaan lingkungan nya buruk. Telur yang bercangkang tebal itu memang disiapkan untuk keadaan lingkungan yang buruk, bahkan juga kekeringan. Sementara itu embrio yangberada dalam cangkang beristirahat (diapauze), jika kaeadaan sudah menjadi baik kembali maka telur akan menetas menjadi burayak, yang selanjutnya akan hidup normal seperti biasa.
Artemia dewasa dapat hidup hingga 6 bulan, sementara induk- induk betinanya akan beranak atau bertelur setiap 4-5 hari sekali. Setiap kali dapat menghasilkan 50-300 ekor anak atau telur. Anak-anak Artemia akan menjadi dewasa setelah berumur 14 hari.
Setelah Artemia meninggalkan sejumlah telur, sementara itu keadaan lingkungan tetap saja memburuk maka Artemia rela untuk mati. Tetapi jenis Artemia tidak akan punah karean apabila lingkungan sudah membaik kembali, telur-telur itu akan beramai-ramai untuk menjadi induvidu baru.
Untuk mendapatkan bibit artemia, kita dapat membeli bibit berupa kista (telur artemia) yang diawetkan di kaleng. Dewasa ini yang sering berkembang di indonesia adalah telur Artemia merk Greatwall dari Cina yang merupakan jenis partenogenesis dan merk Bio Marine dari Great Salt Lake yang merupakan jenis biseksual dari Amerika.
Apabila kita telah mendapatkantelurnya, tahap untuk mendapatkan bibit yaitu kita harus menetaskan telur tersebut terlebih dahulu secara khusus. Anaknya yang baru menetas (nauplius) akan dijadikan sebagai sebagai bibit untuk penebaran.
Untuk menetaskan Artemia kita perlu wadah bening dan dengan alas (dasar) berbentuk krucut, sedangkan ukurannya boleh bermacam-macam mulai dari kapsits 3 L sampai 75 liter. Dengan media air laut biasa (kadar garam kurang lebih 30 permil), jumlah kepadatan telur yang kita tetaskan antara 5-7 g/L. Dengan suhu 25-30o C sedangkan kadar oksigennya harus lebih dari 2 mg/L. Oleh karena itu medianya harus kita udarai, baik dengan blower, kompresorataupun aerator yang disambungkan dengan selang plastik dan tidak usah menggunakan batu aerasi dengan pengudaraan secukupnya saja. Selain untuk aerator, aliran udara tesebut juga berfungsi untuk mengaduk telur artemia yang berada dibawah agar tersebar merata.
Untuk merangsang proses penetasan kita gunakan lampu TL untuk pencahayaanyang di tempatkan disamping wadah dengan pencahayaan sekitar 1.000 luks. Dalam waktu 24-36 jam setalah pemasukan telur, biasanya telur-telur itu sudah menetas menjadi anak artemia (nauplius). Selagi burayak masih belum perlu makan (kurang dari 24 jam sesudah menetas), harus kita tangkap. Sebelum penangkapan, pengudaraan harus dimatikan terlebih dahulu. Kemudian bagian atas wadah penetasan kita tutup dengn kain atau plastik hitam, sedangkan bagian bawahnya kita sinari. Setelah itu kita tunggu 5-10 menit.
Dengan cara demkian, maka cangkang telurnya yang telah kosong akan mengapung ke permukaan, sedangkan anak Artemia akan mengumpul ke bawah, karena tertarik dengan pencahayaan. Selanjutnya anak artemia kita sedot dan kita tampung agardan kita cuci (rendam) agar kotoran hilang. Anak Artemia yang sudah bersih itulah yang akan dijadikan sebagai bibit pada Budidaya massal.







Daftar pustaka
Handayani, Sri dan Mufti P. Patria. 2005 www.zaldibiaksambas.file.wordpress.com
Jusadi, Dedi. 2003. BUDIDAYA PAKAN ALAMI.
Dwirastina, Mirna. 2011. Pengamatan  Zooplankton Di Sungai Siak,RIAU

MAKALAH PLANKTONOLOGI “ ZOOPLANKTON (Artemia salina) “


MAKALAH PLANKTONOLOGI
“ ZOOPLANKTON “

Disusun oleh :
Furqon 105080400111032
Kelas G Planktonologi




FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011



MAKALAH PLANKTONOLOGI “ ZOOPLANKTON (Artemia salina) “
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Zooplankton seperti halnya organisme lain hanya dapat hidup dan berkembang dengan baik pada kondisi perairan yang sesuai seperti perairan laut, sungai dan waduk.Zooplankton merupakanplankton berupahewan, padamulanyaorganism tersebutdiklasifikasikankedalamkelompokzooplankton tetapi dengan seiring perkembangan penelitian maka terungkap sifat mikrotrofi maka ada tingkatan yang mampu memproduksi makanansen diri (fotosintesis). Peranan zooplankton menempatiposisi penting dalam mantai makanan dan jaring – jaring kehidupan di perairan (Fachrul, 2007).Fitoplankton memegang peranan yang sangat pentingdalam suatu perairan, fungsi ekologinya sebagaiprodusen primer dan awal mata rantai dalam jaringmakanan menyebabkan fitoplankton sering dijadikanskala ukuran kesuburan suatu perairan. Tingkatberikutnya adalah pemindahan energi dari produsen ketingkat tropik yang lebih tinggi melalui rantai makanan.Zooplankton merupakan konsumen pertama yangmemanfaatkan produksi primer yang dihasilkanfitoplankton. Peranan zooplankton sebagai mata rantaiantara produsen primer dengan karnivora besar dankecil dapat mempengaruhi kompleksitas rantai makanan dalam ekosistem perairan.Zooplankton merupakan plankton hewani yang terhanyut secara pasifkarena terbatasnya kempuan bergerak. Sebut saja Artemia salina.Udang air garam (Artemia) adalah filumArthropoda, kelasCrustacea. Artemia adalahzooplankton, seperti copepoda dan Daphnia yang digunakan sebagai makanan hidup untuk ikan tawar dan laut. Ada lebihdari 50 strain geografis Artemia.

1.2. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini agar pembaca dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan plankton khususnya zooplankton serta peranannya dalam kegiatan budidaya dan mampu nerapkannya.

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pakan Alami : Artemia
Artemia merupakan pakan alami yang sangat penting dalampembenihan ikan laut, krustacea, ikan konsumsi air tawar dan ikan hiasair tawar karena ukurannya yang sangat kecil. Disamping ukurannya yang kecil, nilai gizi Artemia juga sangat tinggi dan sesuai dengan kebutuhan gizi untuk larva ikan dan krustacea yang tumbuh dengan sangat cepat. Sampai saat ini Artemia sebagai pakan alami belum dapat digantikanoleh pakan lainnya. Artemia biasanya diperjual belikan dalam bentukkista/cyste, sehingga sebagai pakan alami Artemia merupakan pakanyang paling mudah dan praktis, karena hanya tinggal menetaskan kistasaja. Akan tetapi, menetaskan kista Artemia bukan suatu hal yangdengan begitu saja dapat dilakukan oleh setiap orang. Sebabmembutuhkan suatu keterampilan dan pengetahuan tentang penetasanitu sendiri. Kegagalan dalam menetaskan kista Artemia barakibat fatalterhadap larva ikan yang sedang dipelihara.

2.2 Klasifikasi
Menurut Bougis (1979) dalam Kurniastuty dan Isnansetyo (1995) adalah sebagai berikut:
Phylum   : Anthropoda
Kelas : Crustacea
Subkelas  : Branchiopoda
Ordo : Anostraca
Familia : Artemidae
Genus : Artemia
Spesies : Artemia salina google2011

2.3 Morfologi
Pada tiap tahapan perubahan instar nauplius mengalami moulting. Artemia dewasamemiliki panjang 8-10 mm ditandai dengan terlihat jelas tangkai mata pada kedua sisibagian kepala, antena berfungsi untuk sensori. Pada jenis jantan antena berubah menjadialat penjepit (muscular grasper), sepasang penis terdapat pada bagian belakang tubuh.Pada jenis betina antena mengalami penyusutan.
Kista Artemia sp. yang ditetaskan pada salinitas 15-35 ppt akan menetas dalam waktu 24-36 jam. Larva artemia yang baru menetas dikenal dengan nauplius. Nauplius dalampertumbuhannya mengalami 15 kali perubahan bentuk, masing-masing perubahanmerupakan satu tingkatan yang disebut instar (Pitoyo, 2004).
Artemia salina dewasa (San Francisco ras) tumbuh selama 5-6 minggu pada 80-literakuarium digunakanuntukmengisolasi hemoglobin ekstraseluler.

2.4 Ekologi
Artemia sp. secara umum tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 25-30 derajat celcius.Kista artemia kering tahan terhadap suhu -273 hingga 100 derajat celcius. Artemia dapatditemui di danau dengan kadar garam tinggi, disebut dengan brain shrimp. Kulturbiomasa artemia yang baik pada kadar garam 30-50 ppt. Untuk artemia yang mampumenghasilkan kista membutuhkan kadar garam diatas 100 ppt (Kurniastuty danIsnansetyo, 1995).

2.5 Reproduksi
Chumaidi et al., (1990) menyatakan bahwa perkembangbiakan artemia ada dua cara,yakni partenhogenesis dan biseksual. Pada artemia yang termasuk jenis parthenogenesispopulasinya terdiri dari betina semua yang dapat membentuk telur dan embrioberkembang dari telur yang tidak dibuahi. Sedangkan pada artemia jenis biseksual,populasinya terdiri dari jantan dan betina yang berkembang melalui perkawinan danembrio berkembang dari telur yang dibuahi.

2.6 Penetasan cystae Artemia
Sutaman (1993) mengatakan bahwa penetasan cystae artemia dapat dilakukan dengan 2cara, yaitu penetasan langsung dan penetasan dengan cara dekapsulasi. Cara dekapsulasidilakukan dengan mengupas bagian luar kista menggunakan larutan hipoklorit tanpamempengaruhi kelangsungan hidup embrio.Cara dekapsulasi merupakan cara yang tidak umum digunakan pada panti-panti benih,namun untuk meningkatkan daya tetas dan meneghilangkan penyakit yang dibawa olehcytae artemia cara dekapsulasi lebih baik digunakan (Pramudjo dan Sofiati, 2004).Subaidah dan Mulyadi (2004) memberikan penjelasan langkah-langkah penetasan dengancara dekapsulasi, sebagai berikut: 1. Cystae artemia dihidrasi dengan menggunakan airtawar selama 1-2 jam; 2. Cystae disaring menggunakan plankton net 120 mikronm dandicuci bersih; 3. Cystae dicampur dengan larutan kaporit/klorin dengan dosis 1,5 ml per 1gram cystae, kemudian diaduk hingga warna menjadi merah bata; 4. Cystae segeradisaring menggunakan plankton net 120 mikronm dan dibilas menggunakan air tawarsampai bau klorin hilang, barulah siap untuk ditetaskan; 5. Cystae akan menetas setelah18-24 jam. Pemanenan dilakukan dengan cara mematikan aerasi untuk memisahkan cytaeyang tidah menetas dengan naupli artemia.Pramudjo dan Sofiati (2004) cystae hasil dekapsulasi dapat segera digunakan (ditetaskan)atau disimpan dalam suhu 0 derajat celcius – (- 4 derajat celcius) dan digunakan sesuaikebutuhan.Dalam kaitannya dengan proses penetasan Chumaidi et al (1990) mengatakan kistasetelah dimasukan ke dalam air laut (5-70 ppt) akan mengalami hidrasi berbentuk bulatdan di dalamnya terjadi metabolisme embrio yang aktif, sekitar 24 jam kemudiancangkang kista pecah dan muncul embrio yang masih dibungkus dengan selaput. Padasaat ini panen segera akan dilakukan.

2.7 Pengayaan Artemia
Pengayaan (enrichment) artemia dengan menggunakan beberapa jenis pengkaya misalnyascout emultion, selco atau vitamin C dan B kompleks powder dilakukan selama 2 jam(Suriawan,2004).Selanjutnya diperjelas oleh Subyakto dan Cahyaningsih (2003) bahwa pengayaan pakanalami menggunakan minyak ikan, minyak cumi-cumi, vitamin ataupun produk komersiallainnya membutuhkan waktu 2-4 jam untuk mendapatkan hasil yang baik. Artemia yangakan dilakukan pengayaan adalah yang baru menetas (nauplius) (Mukti, 2004).BBAP Situbondo (2004) mencatat bahwa pemberian tambahan vitamin C dengan carapengayaan dengan dosis 0,1 – 0,5 ppm pada media pengayaan artemia dapatmeningkatkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva kerapu. Syaprizal (2006) jugamemperoleh hasil dengan pengayaan vitamin C sebanyak 2 mg/l ke artemia dapatmeningkatkan kelulusan hidup benur udang windu dan diperoleh kemungkinan adanyakelulusan hidup lebih tinggi dengan penambahan dosis vitamin C.

2.8 Artemia Salina (BRINE SHRIMP)
Artemia merupakan kelompok udang-udangan dari phylum Arthopoda. Merekaberkerabat dekat dengan zooplankton lain seperti copepode dan daphnia (kutu air).Artemia hidup di danau-danau garam (berair asin) yang ada di seluruh dunia. Udang initoleran terhadap selang salinitas yang sangat luas, mulai dari nyaris tawar hingga jenuhgaram. Secara alamiah salinitas danau dimana mereka hidup sangat bervariasi, tergantungpada jumlah hujan dan penguapan yang terjadi. Apabila kadar garam kurang dari 6 %telur artemia akan tenggelam sehingga telur tidak bisa menetas, hal ini biasanya terjadiapabila air tawar banyak masuk kedalam danau dimusim penghujan. Sedangkan apabilakadar garam lebih dari 25% telur akan tetap berada dalam kondisi tersuspensi, sehinggadapat menetas dengan normal.
Gambar 1. Artemia salina Kista tertua artemia pernah ditemukan oleh suatu perusahan pemboran yang bekerjadisekitar Danau “Salt Great”. Kista tersebut diduga berusia sekitar lebih dari 10000 tahun(berdasarkan metoda “carbon dating”). Setelah diuji, ternyata kista-kista tersebut masihbisa menetas walaupun usianya telah lebih dari 10000 tahun.

2.9 Siklus Hidup
Siklus hidup artemia bisa dimulai dari saat menetasnya kista atau telur. Setelah 15 – 20jam pada suhu 25°C kista akan menetas manjadi embrio. Dalam waktu beberapa jamembrio ini masih akan tetap menempel pada kulit kista. Pada fase ini embrio akanmenyelesaikan perkembangannya kemudian berubah menjadi naupli yang sudah akanbisa berenang bebas. Pada awalnya naupli akan berwarna orange kecoklatan akibat masihmengandung kuning telur. Artemia yang baru menetas tidak akan makan, karena mulutdan anusnya belum terbentuk dengan sempurna. Setelah 12 jam menetas mereka akanganti kulit dan memasuki tahap larva kedua. Dalam fase ini mereka akan mulai makan,dengan pakan berupa mikro alga, bakteri, dan detritus organik lainnya. Pada dasarnyamereka tidak akan peduli (tidak pemilih) jenis pakan yang dikonsumsinya selama bahantersebut tersedia diair dengan ukuran yang sesuai. Naupli akan berganti kulit sebanyak 15kali sebelum menjadi dewasa dalam waktu 8 hari. Artemia dewasa rata-rata berukuransekitar 8 mm, meskipun demikian pada kondisi yang tepat mereka dapat mencapaiukuran sampai dengan 20 mm. Pada kondisi demikian biomasnya akan mencapi 500 kalidibandingakan biomas pada fase naupli.
Dalam tingkat salinitas rendah dan dengan pakan yang optimal, betina Artemia bisamengahasilkan naupli sebanyak 75 ekor perhari. Selama masa hidupnya (sekitar 50 hari)mereka bisa memproduksi naupli rata-rata sebanyak 10 -11 kali. Dalam kondisi superideal, Artemia dewasa bisa hidup selama 3 bulan dan memproduksi nauplii atau kistasebanyak 300 ekor(butir) per 4 hari. Kista akan terbentuk apabila lingkungannya berubahmenjadi sangat salin dan bahan pakana sangat kurang dengan fluktuasi oksigen sangattinggi antara siang dan malam hari.
Artemia dewasa toleran terhadap selang suhu -18 hingga 40 ° C. Sedangkan temperturoptimal untuk penetasan kista dan pertubuhan adalah 25 – 30 ° C. Meskipun demikian halini akan ditentukan oleh strain masing-masing. Artemia menghendaki kadar salinitasantara 30 – 35 ppt, dan mereka dapat hidup dalam air tawar salama 5 jam sebelumakhirnya mati.Variable lain yang penting adalah pH, cahaya dan oksigen. pH dengan selang 8-9merupakan selang yang paling baik, sedangkan pH di bawah 5 atau lebih tinggi dari 10dapat membunuh Artemia. Cahaya minimal diperlukan dalam proses penetasan dan akansangat menguntungkan bagi pertumbuhan mereka. Lampu standar grow-lite sudah cukupuntuk keperluan hidup Artemia. Kadar oksigen harus dijaga dengan baik untukpertumbuhan Artemia. Dengan suplai oksigen yang baik, Artemia akan berwarna kuningatau merah jambu.
Warna ini bisa berubah menjadi kehijauan apabila mereka banyakmengkonsumsi mikro algae. Pada kondisi yang ideal seperti ini, Artemia akan tumbuhdan beranak-pinak dengan cepat. Sehingga suplai Artemia untuk ikan yang kita peliharabisa terus berlanjut secara kontinyu. Apabila kadar oksigen dalam air rendah, dan airbanyak mengandung bahan organik, atau apabila salintas meningkat, artemia akanmemakan bakteria, detritus, dan sel-sel kamir (yeast). Pada kondisi demikian merekaakan memproduksi hemoglobin sehingga tampak berwarna merah atau orange. Apabilakeadaan ini terus berlanjut mereka akan mulai memproduksi kista.


2.10 Penetasan Kista Artemia
Kista artemia dapat ditetaskan secara optimal, apabila sarat-sarat yang diperlukannyadapat dipenuhi. Beberapa syarat tersebut adalah:
Salinitas antara 20-30 ppt (parts per thousand) atau 1-2 sendok teh garam per liter airtawar. Untuk buffer *bisa ditambahkan magnesium sulfate (20 % konsentrasi) atau ½ sendok teh per liter air.Suhu air 26 – 28 °C.Disarankan untuk memberikan sinar selama penetasan untuk merangsang proses.Aerasi yang cukup; untuk menjaga oksigen terlarut sekitar 3 ppm pH 8.0 atau lebih,apabila pH drop dibawah 7.0 dapat ditambahkan soda kue untuk menaikkan pH.Kepadatan sekitar 2 gram per liter.Sebelumnya dapat dilakukan proses dekapsulisasi untuk melunakan cangkang.Dekapsulisasi dapat meningkatkan peresentase keberhasilan sampai dengan 10%.Penetasan dapat dilakukan pada semua jenis wadah.. Untuk mempermudah “pemanenan”penetasan bisa dilakukan dalam akuarium berbentuk prisma terbalik, atau berdasarkanprinsip “kamar gelap dan terang”. Pemanenan paling mudah dilakukan dengan cara disiphon.PenetasanArtemiadapatdilakukan, baik pada skala keci lmaupun skala besar. Penetasan Artemia dapat pula dikerjakan didaratan maupun di daerahpantai.Wadah penetasan Artemia dapat dilakukan dengan wadah kaca, poly etilen (ember plastik) atau fiber glass.Ukuranwadah dapatdisesuaikan dengan kebutuhan, mulai dari volume 1 l sampai dengan volume 1 ton bahkan 40 ton. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam penetasan Artemia adalah bentuk dari wadah. Bentuk wadah penetasan Artemia sebaiknya bulat. Hal ini dikarenakan jika dia aerasi tidak ditemukan titik mati, yaitu suatu titik dimana Artemia akan mengendap dan tidak teraduk secara merata. Artemia yang tidak teraduk pad aumumnya kurang baik derajat penetasannya, atau walaupun menetas membutuhkan waktu yang lebih lama.Sebelum diisi media penetasan,wadah Artemia dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan sikat sampai bersih.Agar sisa lemak atau lendir dapat dihilangkan, pada waktu mencuci gunakanlah deterjen.Media untuk penetasan Artemia dapat menggunakan air laut yang telah difilter.Hal ini ditujukan agar cystedari jamur atau parasit tersaring.Penyaringan dapat dilakukan dengan menggunakan filter pasir atau filter yang dijual secara komersial seperti catridge filter misalnya. Disamping dengan air laut, media penetasan Artemia juga dapat dilakukan dengan menggunakan air laut buatan.Airlaut ini dibuat dengan jalan menambahkan garam yang tidak beriodium ke air tawar.Garam yang digunakan harus bebas dari kotoran.Jumlah garam yang dibutuhkan berkisar antara 25-30 g per liter air tawar,sehingga memiliki kadargaram 25-30 ppt. Setelah garam dimasukkan maka media harusdiaerasisecarakuat agar garam tercampur merata.Wadah penetasanArtemia untuk skala besar. Volume 100liter dan dapat digunakan untuk menetaskan 1–3 kaleng Artemia sekaligus Wadah penetasan Artemia yang dibuat dari galon air minum bekas. Volume 15 liter.Wadah penetasan Artemia yang dibuat dari botol plastik bekas air minum kemasan. Digunakan untuk menetaskan Artemia skala kecil (+ 1 liter).Wadah penetasan Artemia terbuat dari ember.Cara dengan panen menggunakan system sipon.

2.11 Dekapsulisasi
Dekapsulisasi merupakan suatu proses untuk menghilangkan lapisan terluar dari kistaartemia yang “keras” (korion). Proses ini setidaknya akan mempermudah “bayi” artemiauntuk keluar dari “sarang”nya. Dan kalaupun tidak berhasil “menetas”, kista yang telahdidekapsulisasi masih bisa diberikan kepada ikan/burayak dengan aman, karenakorionnya sudah hilang, sehingga akan dapat dicerna dengan mudah. Disamping ituproses ini juga sekaligus merupakan proses disinfeksi terhadap kontaminan sepertibakteri, jamur dll.Bahan yang diperlukan adalah larutan pemutih/bleaching agent (natrium hipoklorit)12.5%. Kalau anda menggunakan produk komersial, pastikan konsentrasi dankemungkinan adanya kandungan bahan lain. Untuk ilustrasi berikut saya berikan contohcara untuk melakukan dekapsulisasi kista artemia sebanyak 5 gram.Rendam 5 g kista artemia (kurang lebih 1.5 sendok teh) dalam 400 ml air tawar, beriaerasi, dan biarkan selama 1-2 jam, hingga kista tersebut mengalami hidrasi dengan baik.Hal ini ditandai dengan bentuk kista yang sudah membentuk bulatan sempurna.Kemudian tambahkan larutan pemutih sebanyak 27 ml. Penambahan pemutih akanmenyebabkan kista berubah warna menjadi coklat kemudian manjadi putih dalam waktukurang lebih 2 menit. Selanjutnya dalam 5-7 menit kista akan berubah warna menjadiorange. Apabila 95% kista telah berwarna orange hentikan reaksi; kemudian segera cucidengan air bersih sampai bau klorin hilang.Kista sekarang siap ditetaskan atau bisa disimpan dalam kulkas untuk selama 1 minggu.Apabila akan disimpan lebih lama, kista perlu didehidarsi kembali dengan menggunakanlarutan garam 30%. Setelah didehidrasi, kista dapat disimpan dalam kulkas untuk selama2-3 bulan.